Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit lalu. Hampir semua siswa-siswi telah meninggalkan sekolah hanya menyisakan beberapa murid saja yang masih terlihat di sana. Tak terkecuali Arthur dan Cakra yang masih sibuk membersihkan kelasnya. Kedua sahabat itu mendapat tugas piket hari ini bersama tiga orang temannya yang lain.
"Cak lo buang nih sampah ke belakang," titah Arthur pada Cakra yang sedang menyapu kelas.
Cakra mendengus seraya memberikan sapu itu kepada teman ceweknya. Ia berjalan menghampiri Arthur yang sedang memasukkan sampah ke dalam kotak sampah.
"Buang ke mana?" tanya Cakra pada Arthur.
"Ke rumah lo juga boleh," sahut Arthur santai. Cakra lantas berdecak mendengar jawaban asal dari sahabatnya.
"Ya ke belakang lah Gendut! Tempat pembuangan sampah kan ada di belakang, di deket sumur itu," ujar Arthur memperjelas.
"Temenin gue lah, gak berani gue kalo sendirian," pinta Cakra meminta Arthur untuk menemaninya ke belakang. Lokasi pembuangan sampah di sekolah lumayan jauh dari kelas mereka. Dan harus memutari gedung musik dulu baru bisa sampai ke sana.
Arthur mengibas-ngibaskan tangannya membersihkan kotoran yang menempel di telapak tangan.
"Males. Sama Januar aja tuh," tolaknya lalu berjalan masuk ke kelas guna mengambil tas.
Semua tugas telah mereka selesaikan hanya tinggal satu saja yaitu Cakra yang kebagian harus membuang sampah.
Cakra mencebikkan bibir, ia lalu membawa kotak sampah yang sudah terisi penuh itu bersama Januar teman seperpiketannya hari ini.
"Thur kita duluan ya." Suara seorang gadis yang tak asing itu mengalihkan fokus Arthur. Dia mengangkat kepala, disusul senyuman manis yang tercetak sempurna di wajah tegasnya.
"Iya, hati-hati lo berdua."
Tidak lama selepas kepergian dua teman sekelasnya, mata sipit Arthur melihat Cakra yang berjalan ke arahnya bersama kotak sampah yang sudah kosong dan juga sendirian.
"Januar mana?" Arthur bertanya, ia bingung karena hanya mendapati Cakra yang kembali.
Cakra tak langsung menjawab, laki-laki manis itu memilih duduk di bangku panjang yang ada di depan kelas bersama Arthur. Ia juga menerima tas hitam miliknya yang Arthur ambil dari kelas. "Dia udah duluan," jawab Cakra singkat sembari menggendong tas ranselnya.
Selang beberapa menit, tampak dari arah Timur sosok Jendra dan Danish melangkah bersama setelah dari toilet.
"Lama banget lo berdua ke toilet doang. Ngapain aja sih?" tanya Arthur. Matanya menyelidik memandang Jendra dan Danish curiga. "Nyebat ya lo?" tuduhnya membuat Jendra langsung menyentil keningnya keras.
"Mata lo nyebat!" tukas Jendra cepat.
Arthur mengumpat pelan. "Abis lama bener," keluhnya.
"Nih bocah boker lama banget, capek gue nungguinnya," jawab Jendra melirik malas ke arah Danish. Sedangkan yang dilirik hanya cengar-cengir seolah tidak merasa bersalah karena sudah membuat Jendra menunggu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Teen FictionKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...