Prolog

515 37 9
                                    

Kalau saja bukan karena ingin membeli buku tebal ini, tidak akan Maikha menjelajahi mall ini atas rekomendasi temannya. Ditambah lagi ia lupa akan letak toko buku dan sempat menyasar sehingga kakinya cukup pegal karena mengelilingi mall. Rasanya sama melelahkan dengan melakukan visite pasien ataupun berdiri berjam-jam di kamar operasi.

Terdengar teriakan histeris dan kehebohan dari lantai bawah mall tempat Maikha. Tentu saja membuat orang-orang mendekat akan rasa ingin tahu yang diluar nalar. Rasa ingin tahu yang kebanyakan bukan ke arah positif, namun negatif. Sebab dalam keadaan seperti itu, ramainya orang-orang berkerumun hanya diam memerhatikan tanpa melakukan apapun bahkan parahnya merekam kejadiaan naas tersebut.

"itu kenapa ya pak?" tanya Maikha pada laki-laki paruh baya yang baru melakukan perpindahan lantai mall dengan bantuan eskalator.

"itu ada orang tiba-tiba gak sadar terus keliatannya sesak nafas gitu mbak."

Maikha refleks melepaskan paper bag khas sebuah toko buku dan bergegas menuruni tangga eskalator tanpa menunggunya bekerja turun dengan semestinya. Ia berlari sekuat tenaga untuk mencapai titik kumpul itu.

"Permisi dan maaf sebelumnya, saya anak koas. Mohon yang tidak berkepentingan untuk menjaga jarak" setelah memastikan keadaan aman untuk menolong korban, karena untuk melakukan pertolongan pertama perlu dipastikan keadaan sekitar aman, baik untuk korban maupun penolong. Setelahnya, perempuan yang berlabel koas itu melakukan pemeriksaan. Mulai dari mengecek respon korban.

Unresponsive. Tidak ada respon yang korban berikan setelah ia memanggil dan menepuk pelan "tolong panggil ambulance atau siapkan mobil untuk ke rs," perintah Maikha setelah melakukan pemeriksaan.

Nafas dan nadi juga tidak teraba

Prosedur Basic Life support berdasarkan pedoman AHA tahun 2020, terdiri dari Danger, Respon, Shout for help, Circulation, Airway, and Breathing.

Maikha kemudian melakukan prosedur airway, yang gunanya untuk membebaskan jalan nafas. Ia melakukan teknik Head tilt–chin lift dan memastikan tidak adanya sumbatan jalan napas.

Memperbaiki posisi pasien, kedua tangannya dibentuk seperti anyam. Meletakkan anyaman jarinya di 1/3 tulang sternum untuk melakukan prosedur RJP atau kompresi dada dengan cepat durasi kurang dari 2 menit.

Prosedur setelah 30x kompresi dada yaitu breathing. Tidak adanya bag valve mask, terpaksa Maikha memberikan nafas buatan manual, mounth to mount. namun bibirnya tidak menempel dengan pasien. Ia mengakalinya dengan melingkarkan jari dan telapak tangan kanan untuk menghantarkan nafas ke pasien, sementara tangan kiri menjepit hidung pasien. 

"Mas, tetap sadar ya" instruksinya kepada korban yang sudah memberikan respon batuk ketika ia sedang melakukan kompresi dada ulang.

Suara sirine ambulans semakin jelas, petugas kesehatan datang dengan mendorong bed. Syukur ambulans dan tenaga kesehatan datang tepat waktu sehingga ia tidak perlu menginstruksi masyarakat umum untuk melakukan pemindahan korban ke mobil dengan penuh ekstra. Karena jika dalam pemindahan korban tidak benar maka akan menyebabkan komplikasi lainnya yang fatal.

"Mai, lo ikut masuk juga."

"Eh Kak Dimas, iya kak." Rupanya satpam mall menghubungi rumah sakit tempatnya koas yang hampir 2 tahun ini, sehingga beberapa petugas kesehatan cukup akrab dan mengenalnya dengan baik karena ia pernah berjaga di IGD beberapa bulan yang lalu.

Tanpa di sadari, baik Maikha maupun korban tersebut menautkan tangan selama perjalanan. Tanpa mereka sadari pula itulah awal mula kisahnya.

***

Ditulis : 24 Agustus 2023
Dipublikasi : 18 Januari 2024
Revisi : 18 Mei 2024

Terima Kasih sudah baca, vote, komen, dan supportnya.
Tanpa kalian tulisan ini tidak akan sempurna.

Haii apa kabar? i'm back!
Ada pembaca Damara disini?

Dari tanggal penulisan dan publikasi, cukup jauh ya. Karena memang baru sekarang tergerak untuk berkembang dan produktif  lagi. selain karena waktu, pengen lebih matang aja konsep dan alur cerita ini gimana.

Bukan Halo DekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang