Sudah sebelas tahun tiga sahabat ini menghabiskan hidup mereka di negera yang dijuluki The Black Country. Mereka tinggal disebuah rumah yang berada disebuah desa kecil dimana nuansanya masih seperti berada bak di film dongeng dimana antar rumah jaraknya cukup jauh.
Rumah yang ketiga pria itu tempati terlihat hangat dengan cerobong asap yang tiap musim dingin akan mengeluarkan asap abu-abu, bunga-bunga dan rumput hijau dihalaman, dan pagar yang terbuat dari batu dengan pintu kayu.
Sekilas memang semuanya terlihat normal, namun tidak bagi tiga laki-laki yang kini telah menginjak usia 25 tahun. Tak ada ketenangan dan rasa hangat yang mereka dapatkan disana. Setiap hari mereka akan disibukkan latihan fisik dari pagi hingga sore, kemudian dilanjut dengan pembelajaran akademik. Setiap kesalahan yang mereka perbuat, maka akan ada hukuman yang mereka dapatkan.
Suara teriakan dari pria berambut pirang mengisi hari mereka dari pagi hingga sore, sedangkan pria berambut pink mengisi hari mereka dari sore hingga larut malam.
Dua pria yang awalnya mereka kira baik, ternyata lebih kejam dari sang ayah. Nyatanya, di negeri ini, Jake, Jay, dan Steve jauh lebih menderita.
"Hari ini gue mau kalian coba nge-hack BI. Kalo lo bertiga bisa ambil uang lebih dari 5M dalam lima menit, i'll give you a holiday for a week," ujar pria berambut pink.
Tanpa bicara sepatah katapun, jari-jemari dari ketiga pria itu berlari-lari diatas keyboard. Ketiganya menampakkan wajah yang begitu serius, tak ada raut wajah panik atau gugup diantara ketiganya seakan mereka sudah terbiasa dengan tugas-tugas seperti ini.
Ctak!
"Finish Uncle Han!" Jake mengangkat tangannya lebih dulu diantara dua temannya yang lain.
Pria berambut pink yang dipanggil Uncle Han menghampiri Jake, melihat layar laptop anak didiknya, kemudian tersenyum bangga. "Good job Sia!" ucapnya, sambil menepuk pundak Jake.
Jake menatap kedua temannya yang terlihat gugup. Ia berdoa dalam hati jika Jay dan Steven dapat menyelesaikannya sebelum waktu berakhir.
"Finish Uncle Han!" kini Jay yang sudah menyelesaikan tugasnya. Dengan reaksi yang sama, Han tersenyum bangga kepada Jay. "Good job Attle,"
Waktu terus berjalan, detik demi detik. Jay dan Jake menatap Steven penuh harap. Hingga waktu tersisa lima detik, "lima, empat, tiga, dua, sa-"
"Finish Uncle Han!" seru Steve akhirnya.
Han memeriksa hasil kerja Steve, raut wajahnya sulit diprediksi. "Good job, Eve," ucap Han.
Jake, Jay, dan Steve bersorak dan saling berpelukan. Mereka bahagia karena untuk pertama kalinya setelah sebelas tahun, ada waktu istirahat untuk mereka.
"Uncle Han, terimakasih banyak... terimakasih," ucap mereka bertiga sembari membungkukkan tubuh hingga membentuk sudut 90 derajat.
"Gua kasih kalian libur, tapi bukan berarti lo bertiga bisa jalan-jalan seenaknya! Sebelum jam enam, kalian harus udah ada dirumah. Gua ngga mau denger alasan terlambat! Terlambat satu menit, 10 cambukan akan mengenai tubuh kalian. Kalo terlambat 2 menit, maka 20 cambukan yang akan kalian terima, begitupun seterusnya, paham?" ucap Han dengan nada dingin seperti biasa.
"Mengerti Uncle Han!" ucap mereka bertiga.
"Okay, hari ini sampe sini dulu. Gua sama Shua mau ke kota, rabu kita baru kembali. Kalo ada apa-apa telfon dari hp yang gua kasih,"
"Uncle Han! Kalo mau nitip sesuatu boleh?" tanya Steve.
"Ngga! Ngga ada nitip-nitip, lu pikir gua lagi liburan," tolak Han mentah-mentah.
KAMU SEDANG MEMBACA
B-SIDE
Mystery / Thriller"Kebahagiaan gue salah satunya berasal dari kalian." -Steve- "Kalian adalah keputusan terbaik dalam hidup gue." -Jay- "Gue rela melakukan apapun untuk kalian." -Jake- Ketika dalam semalam tiga sahabat mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun dala...