Sebelum Badai menerjang

177 18 11
                                    

Naruto pulang ke rumah Myujin. Dia dipaksa oleh ibunya pak polisi ganteng itu untuk menginap di rumah kecil mereka.

Naruto ingin berteriak pada mereka, dia ingin menyanggah perkataan mereka terkait rumah Yang mereka claim kecil tersebut.

Rumahnya memang tidak terlalu besar, namun ukuran tanah rumah tersebut sebesar 2 Hektar. Ada aneka interior yang begitu memanjakan mata. Salah satu interior itu adalah bunga, bonsai, air mancur. Pokoknya saking banyaknya, Naruto tidak bisa menyebutkan semuanya.

"Naruto-sama. Anda sudah pulang?" Tanya tukang kebun yang sedang mengurus bonsai. Dia menyapa Naruto dengan hangat.

"Begitulah, Yamada-san. Apakah Myujin-Oniichan sudah pulang?" Naruto bertanya tentang kehadiran pak polisi itu.

Naruto dipaksa ibunya Myujin untuk memanggil anaknya itu Oniichan. Dia tidak tega menolak keinginan sang ibu tersebut yang memelas. Maka dari itu, ia menuruti keinginan ibu Myujin tersebut.

"Ara Naruto-chan, ayo kesini!" Ujar ibu Myujin yang sedang duduk diluar menikmati bunga bermekaran dengan indah.

"Bagaimana Kehidupan sekolahmu disini?" Ibu Myujin bertanya pada Naruto ketika ia sudah duduk di kursi depannya.

"Tidak ada yang spesial, Obaa-san." Ujar Naruto sembari mengambil cemilan lalu menyantapnya setelah memberikan jawaban pertanyaan sang ibu Myuujin itu.

"Aduh Naruto sayang, panggil aku Okaa-san dong." Ibu Myujin menggembungkan pipinya saat mengatakan hal itu.

"Kamu gerah, kan? Mau Mandi bersamaku?" Tanya Ibu Myujin menawarkan diri mandi bersama. Naruto sontak panik dan hendak kabur. Namun, kedua tangannya ditahan oleh Maid yang muncul di kedua sisinya secara tiba-tiba.

"Mau kemana, Naru-chan? Tidak ada penolakan." Ujar Ibu Myujin tersenyum cerah.

"Hanase! Hatiku belum siap!" Teriak Naruto panik. Dia diseret oleh para Maid itu.

Sang ibu Myujin tersenyum mendengar kepanikan Naruto. Sejujurnya, dia sangat ingin anak perempuan yang bisa diajak bermain bersama.

*Bath time momen*

Naruto berendam di bak mandi besar dan tidak mengenakan satupun busana. Wajahnya memerah karena pertama kali mandi sama perempuan lain dalam wujud dirinya ini saat ini.

"Naru-chan, kesinilah temani aku." Ujar sang Ibu Myujin di sudut kolam. Naruto tetap diam, mengabaikan sang ibu.

"Tidak, Okaa-san. Aku disini--Kya~" Belum sempat Naruto menyelesaikan ucapannya, sesuatu yang asing membuatnya mengeluarkan suara imut.

Sang Ibu Myuji rupanya meremas dadanya Naruto, dan itu merupakan hal yang asing bagi Naruto, makanya dia mengeluarkan suara itu.

"Eh, baru diremas, sudah mengeluarkan suara imut." Ujar Ibu Myujin. Dia kemudian lanjut memainkan dada Naruto hingga ia kembali mengeluarkan suara imut itu.

"Ayo jujur pada Ibu, kenapa kamu tidak mau mandi bersama Ibu. Jika tidak jawab, bakal terus kumainkan dada imut ini!" Perintah sang Ibu sembari memainkan dada Naruto.

"Ah~Aku menyerah!" Ujar Naruto yang tidak mau ternistakan lebih jauh. Wajahnya memerah karena tidak menyangka tubuhnya bereaksi seperti ini.

"Jadi? Bisakah kamu jelaskan?" Tanya Ibu Myujin pada Naruto. Dia menghentikan kegiatannya menggoda Naruto dan mulai jaga jarak.

"Sebelum aku jadi spirit, aku dulunya adalah seorang pria. Entah kenapa, ketika aku jadi spirit, fisikku berubah jadi perempuan." Ujar Naruto menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Begitu ya, jadi... Apakah kamu mempunyai pakaian lain?" Tanya Ibu Myujin.

Naruto menggelengkan kepalanya. Dia memberitahukan Ibu Myujin tentang kemampuan spirit yang bisa membuat pakaian dari energi spirit.

Naruto DXD: Group DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang