2019

3 0 0
                                    

"Semuanya dapat sirna hilang seketika, karena Sang Kuasa sudah berucap bahwa yang digenggam si manusia bukanlah yang ditakdirkan untuknya."
....


Pertemuan,
Gue, sosial media, dan Darel.

Gue gangerti, kenapa tuhan pertemukan kita berdua di sosial media, tanpa tahu nama asli, wajah, dan bahkan gue sendiri gapernah tau gender asli darel.

Lee Taeyong, visual yang dipakai oleh darel, sejak tahun 2019, awal pertemuan kita, sampai sekarang. Gue, dikenalnya dengan nama gemoi, dan banci.

Dia selalu panggil gue dengan sebutan 'dek', karena awal pertemuan kita, kita menjalin hubungan abang dan adek dalam 'roleplay'.

Lebih tepatnya, hubungan yang gajelas.

Gue sering ceritain dia ke orang yang ada di sekitar gue, terutama temen temen gue. Tapi engga dengan nyokap bokap dan keluarga gue. Mereka semua gaada yang tau kalau gue punya hubungan jangka panjang sama seseorang yang nama aslinya pun ga pernah gue tau. Tai.

Gue sama dia selalu chatting dan saling ngasih kabar setiap hari, gue gatau gunanya apa, tapi yang jelas, era tahun 2019-2020, kita selalu chattingan. Setiap Hari.

Gue selalu berbagi keluh kesah ke dia, dan dia, selalu dan pasti nanggepin keluh kesah gue seperti apa yang gue harapkan, iya, dia.

Sekedar pengingat, gue sama darel, ketmu di salah satu grup chat whatsapp rp, dan orang yang ngepush gue temenan dan abang adek an sama dia adalah, risya. dia selalu bilang ke gue, darel orangnya se humble itu, bahkan, risya yang bilang duluan ke darel, kalau ada temannya yang mau kenalan sama dia.

Dan disinilah gue, akhirnya kita menjalin hubungan. Alasan gue masih bertahan sejauh ini di rp, adalah dia, dan begitupun sebaliknya, dia bilang ke gue, alasan dia masih di rp, adalah gue.

Dia selalu ngespesialin gue, dia yang selalu ingetin gue makan, dia yang selalu ngasih chat yang berhasil bikin gue ketawa di kala itu, setiap gue sedih, notif dia, gapernah gagal ngukir senyuman gue.

Kita sempet buat permainan telepati, waktu itu, kita sering main tebak tebakan kecil yang selalu punya jawaban sama, contohnya, warna baju, posisi sekarang, lagi dimana, hal kecil yang bisa dibilang ga sengaja kita tebak dengan benar, jadi sebuah julukan tersendiri, telepati namanya.

Dia selalu eritain kenyajian kejadian kecil yang baru aja dia laluin ke gue, entah itu mati lampu, tentang temennya, dan masih banyak lagi. Salah satu topik dominan kami saat itu, Fajar, alias julukan buat temennya dengan visualisasi ijat di upin ipin, sebenernya, masih banyak julukan lain, tapi yang selalu tertancap di otak gue cuma fajar. 

Setiap hari, setiap weekend, setiap pagi, siang, sore, dan malam, bahkan tengah malam pun, gue ditemenin sama dia, hal hal randomnya selalu  bikin mood gue naik drastis, rahang gue sakit, dan bahkan tidur gue ga karuan.

Saat semua itu gue jalanin, gue ngelupain kalau di setiap pertemuan, selalu ada perpisahan. gapernah ada yang abadi di dunia ini, dan bahkan, kami berdua belum bisa disebut berada di dalam dunia ini, kami, masih di dalam fantasi.

Game Over, the story tellingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang