Sengaja update pagi-pagi begini, biar keburu & gak lupa.
Hampir 2000 kata nih,
Happy reading!
****
PART 08
“Lo sekarang sama Martin?!“
Itu adalah pertanyaan heboh yang dilemparkan oleh Tiffany begitu Nara membukakan pintu apartemen.
“Apaan sih,“ balas Nara sembari berbalik badan, meninggalkan Tiff yang berjalan menyusulnya untuk masuk ke dalam.
“Masa Rissa bilang kalau kalian pacaran,“ kata Tiff sembari melepaskan alas kakinya, yang membuat Nara menoleh dengan pandangan terkejut bercampur heran.
“Hah? Siapa?“
“Kalian. Elo sama Martin.”
“Ngaco!” Nara geleng-geleng kepala. Tak habis pikir. “Dasar tukang gosip,” sambungnya yang merujuk kepada Marissa. Pasti Marissa menyebarkan gosip semacam itu setelah melihat aksi heroik yang dilakukan oleh Martin di pesta kemarin malam.
Nara lantas menghela napas pelan. Setelah ini nanti pasti akan makin banyak orang yang salah paham. Karena semalam, Rina—ibunya Martin—pun sempat menanyakan tentang hal yang nyaris serupa. Tentang ia dan Martin yang dianggap sedang berpacaran.
“Tapi bener, ‘kan?” tanya Tiff yang ingin memastikan.
Nara langsung mendelik kesal ke arah sang sahabat. “Bener dari hongkong. Gue sama Martin enggak pacaran.“
“Tapi kan semalem elo dianterin pulang.“
Tiff tahu karena tunangannya yang bilang, lantaran tunagannya itu sempat melihat Nara yang masuk ke dalam mobilnya Martin selepas acara.
Nara berdecak gemas. Karena Tiff mulai ngeyel dan tidak mau percaya. “Cuma nganterin pulang, itu mah biasa.“
Ya, biasa. Karena sejak dulu pun Martin memang cukup sering mengantarnya pulang. Bahkan mengantarnya pergi ke suatu tempat. Apa lagi saat ia dan Jeandra masih bertunangan. Ia cukup sering menjadikan Martin sebagai sopir pribadinya. Tentu saja atas suruhan dari mendiang kakek pria itu di saat Jeandra sedang sibuk dan tidak bisa menemani dirinya.
Tiff yang sedang duduk di atas sofa pun mulai terlihat cemberut. Kehabisan bahan untuk menyangkal. Karena ia tahu jika sosok Martin yang mengantarkan Nara pulang memanglah bukan sesuatu yang luar biasa.
“Tapi, ada kemungkinan gak sih kalau nanti kalian bakal pacaran?“ tanya Tiff yang masih ingin membahas tentang Martin dan Nara. “Secara kan kalian berdua lagi sama-sama single sekarang.”
Kemudian Tiff pun teringat akan satu hal. “Eh, tapi, Martin lagi single gak sih?”
“Mana gue tahu. Dan gak akan ada kemungkinan apa pun, gue gak bakalan pacaran sama orang kayak gitu.“
“Yakin?”
Nara kembali berdecak, malas memberikan jawaban atas pertanyaan dari Tiffany barusan. Padahal sudah jelas. Ia dan Martin tidak mungkin menjalin hubungan. Karena mereka berdua tidak cocok.
“Gimana kalau ternyata bener, jodoh lo itu si Martin?” Tiffany kembali sibuk menganalisis, meskipun Nara tidak menggubrisnya sama sekali. Karena gadis itu tengah asyik bersih-bersih. “Lo udah capek buat nge-date sana-sini, tahunya jodoh lo udah ada di depan mata. Dan orang itu Martin. Terus, BOOM!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomansaSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...