Seperti biasa, Viara pulang ke rumah dengan supir pribadinya, yang telah disiapkan Daddy nya. Sebenarnya Viara sangat anti dengan supir pribadi, karena menurutnya ia bisa menyupir sendiri, tapi karena Ayahnya yang terus memaksanya alhasil ia pun menurut.
“Mom, Dad?” Viara memanggil orangtuanya setelah melangkah masuk rumah, karena ia pikir mereka akan pulang mengingat ini hari ulang tahun Viara.
Namun, tak kunjung ada sahutan, pasti masih kerja. Viara hanya bisa membuang nafas kasar,
“Udah biasa,” Viara melangkah hendak menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
~°~°~
“Maksud lo apa das?”
Setelah meng-iyakan ajakan Viara, yang mengajak Dasha keluar berjalan-jalan. Kini keduanya tengah duduk santai di kursi kafe.
Dasha menaikkan kedua alisnya bingung, “Apaan?”
“Yang tadi, bodyguard bodyguard itu. Lo bilang kalau gue punya bodyguard kan? Emang lo lihat gimana?”
Dasha mengangguk paham, “Oh jadi itu, iya gue lihat ada orang berpakaian serba hitam dua orang jalan di belakang lo, postur tubuhnya kayak bapak-bapak gitu. Ya makanya gue bilang bodyguard lo,” jawabnya menjelaskan apa yang ia lihat tadi sore saat pulang sekolah.
Viara terdiam sejenak, “Ini pasti kerjaan bokap gue lagi.” ucapnya dengan nada pelan.
Dasha terkekeh, “Gapapa, enak juga tau punya bodyguard , biar aman dari penjahat-penjahat.”
Viara menghela nafas berat, “Tapi gue nggak suka.”
“Yaudah, tukaran sini, dipikir-pikir enak juga jadi lo.”
“Emang.” Setelah itu, keduanya asik bercanda ria sambil menunggu pesanan yang akan datang.
Setelah pesanan sudah datang, mereka pun memakannya sembari bercerita-cerita menemani malam persahabatan mereka.
~°~°~
Duduk bersantai di balkon kamar itu sudah menjadi kebiasaan hari-hari Viara, menikmati semilir angin yang tak berhenti menghembus. Bulan akhir memang sering terjadi angin kencang.
Sembari menatap taman dibawah, bernyanyi kecil-kecil layaknya orang yang sangat kesepian. Tapi kan memang kenyataannya begitu.
Viara menyipitkan matanya saat melihat bayangan orang di depan gerbang rumahnya. Terlihat disana banyangan itu bergerak berjalan menuju motornya, Viara baru sadar ternyata orang itu tidak sendiri, tapi bersama temannya. Viara melihat jelas kedua orang tersebut sedang berusaha menyalakan motor. Mungkin motornya mogok. Tapi kenapa mereka harus berpakaian seperti pencuri?
Mungkin sadar akan diperhatikan pemilik rumah. Salah satu dari mereka menoleh ke balkon dimana Viara berada.
“Selatan?” Mata itu, Viara melihat jelas mata orang itu mirip dengan teman kelasnya, Selatan. Kenapa selatan bisa disini? Dan kenapa temannya itu memakai pakaian seperti itu?
Viara berlari keluar rumah terburu-buru, hendak menemui orang yang dicurigainya dia adalah Selatan. Namun, saat Viara membuka gerbang, kedua orang itu sudah tidak ada.
Menoleh ke kanan kiri guna mencari keberadaan orang itu, namun nyatanya mereka sudah hilang tak meninggalkan jejak.
Viara masuk rumah, mengambil handphonenya berniat bertanya kepada Selatan.
Melihat Selatan yang ceklis satu, kecurigaan Viara semakin besar kalau orang itu memang benar Selatan.
Tapi apa motif laki-laki itu melakukan hal ini?
Namun, saat melihat jawaban Selatan, dengan sekejap perasaan curiga itu hilang. Memang benar tidak boleh suudzon pada orang.
Kalau bukan Selatan, lalu siapa?
~°~°~
Viara membuka secarcik kertas yang ia dapat di sela-sela rumput yang lebat samping rumahnya. Kertas itu basah, dan itu artinya kertas ini sudah bermalam di tempatnya.
Walaupun sudah lusuh dan tersobek sebagian, Viara masih bisa membacanya dengan jelas.
Yang di dalamnya tertulis:
'Jaga diri, dia di sekitar mu.'
Viara mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan maksud tulisan tersebut. Lebih tepatnya Otaknya tidak mampu mencerna makna kalimat tersebut.
Malas terlalu memikirkan, Viara meremas kertas tersebut lalu membuangnya asal arah.
Namun, tidak sampai disitu saja. Viara kembali dibuat tercengang dengan insial nama dibalik kertas tersebut.
'S'
Lagi-lagi kecurigaannya mengarah kepada Selatan. Apa benar laki-laki itu yang mengirim surat tersebut? Bersamaan dengan orang yang ia lihat semalam?
Dari sini lah awal semuanya.
Teror yang terus menerus datang, berupa makanan, surat, kotak hitam, chat dari orang asing. Dan orang berbaju hitam.
Memecahkan teka teki bukan suatu hal yang mudah, sama halnya dengan memecahkan rumus matematika, fisika dan kimia.
Viara pergi ke sekolah dengan fikiran yang tidak tenang, nampak dari wajahnya gadis itu menampilkan mimik cemas. Entah kenapa kejadian semalam dan tadi pagi terus melekat di ingatannya.
“Hay, Via,”
Sang pemilik nama menoleh saat mendengar suara seseorang menyapanya. Dia Dasha, sahabatnya.
Viara tersenyum tipis, ia juga menyapa balik Dasha. Dan seperti biasa mereka berdua jalan bersama menuju kelas.
“Oh ya, hari ini katanya ada pemilihan OSIS ya, kira-kira lo mau pilih siapa?” tanya Viara.
Memang benar, hari ini adalah hari pemilihan OSIS, yang mendaftar dikelas mereka hanya dua orang, Zila dan Jeffrian.
Zila, perempuan itu terpaksa mendaftarkan diri karena paksaan teman-teman kelasnya. Menurut mereka Zila memang cocok dengan jabatan itu, karena sifat tegas dan galaknya.
Dan jeffrian, laki-laki yang tidak suka berbicara, mereka semua menjulukinya dengan kulkas berjalan, padahal laki-laki itu hanya jarang bicara bukan pengirit suara layaknya cowok cool pada umumnya. Terlebih lagi jika teman-teman kelasnya sedang berkumpul, laki-laki itu biasanya pergi menjauh ke tempat-tempat yang sepi. Mungkin akibat berisiknya kelas itu.
“Jelas Zila, kalau Zila kita bisa ledek ledek kan, kalau Jeff? Paling juga diem-diem bae, dia mah gaada jiwa OSIS nya.” jawab Dasha.
Viara menyetujui ucapan Dasha barusan, karena apa kata sahabatnya itu benar semua.
~°~°~
NEXT>>>
Maaf kalau kata-kata saya kurang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑
Teen FictionBagaimana jika hidupmu yang awalnya tenang tentram menjadi kosong tak bernyawa? Rasa takut yang menghantui Viara tiap hari akhirnya terjawab. Namun, bukannya rasa aman yang ia rasakan, malah menjadi awal dari semuanya. ××× "Jangan ajari gue tentang...