5. my life seems tragic

394 46 2
                                    

Maddy
I already emailed you RSPV link to my engagement party and your details to be my bridesmaid.
I hope I'll see u this Saturday. I mean it!

Rosé menatap layar ponselnya dengan nanar. Ia mengecek surel untuk melihat email yang dikirim Madeline. Sebuah link undangan ke acara pesta pertunangan dan dokumen yang merinci detail pengeluaran seorang pengiring pengantin.

"Fucking no!" gerutu Rosé begitu melihat nominal angkanya.

Siapa sangka menjadi pengiring wanita bisa sangat mahal?

"Rosie, you're up in 5!" seru Collin, seorang pramusaji di kafe tempat Rosé biasa manggung.

Menyimpan ponselnya, Rosé bangkit dari kursi dengan malas. Ia berjalan menuju sudut yang dibuat menjadi seperti panggung. Di sana sudah ada gitar kesayangannya dan perkusi lain milik kafe seperti kajoon dan keyboard.

Mengenyahkan pikirannya dari nominal pengeluaran menjadi pengiring pengantin, Rosé mengalungkan gitarnya. Ia melihat sekeliling. Hari ini kafe tidak begitu ramai. Mungkin karena masih hari Jumat, belum sepenuhnya akhir pekan.

"Hi, I'm Rosé. This is Viva la Vida by Coldplay."

Alunan gitar akustik mengalun pelan diiringi suara Rosé yang mulai melantunkan lirik demi lirik dari lagu Coldplay tersebut. Rosé melihat beberapa orang mengikuti alunan musik di meja masing-masing. Beberapa ikut bernyanyi dengannya.

Rosé memejamkan mata, menikmati lagu yang dimainkannya sendiri. Ia membayangkan diri berada di Australia. Ia dan mendiang neneknya menghabiskan malam di depan perapian, bernyanyi dan bersenandung bersama dengan ukulele tua peninggalan kakeknya.

"I know Saint Peter won't call my name. Never and honest word. But that was when I rules the world..."

Setelah lagu selesai, Rosé membuka matanya dan mendengar orang-orang bertepuk tangan. Senyumnya mengembang lebar. Ia selalu senang saat semua orang tersenyum dan bertepuk tangan untuknya. Hal itu membuat hatinya menghangat dan batinnya puas.

Saat Rosé mengedarkan pandangan, ia melihat Chanyeol duduk di kursi tinggi. Pria itu ikut bertepuk tangan kecil ke arahnya sambil bersiul. Tidak lama, Chanyeol beranjak lebih dekat ke posisi Rosé.

Apa yang dia lakukan di sini?! Batin Rosé kesal.

"Well, aku akan beristirahat lima menit dan kembali lagi." Rosé berkata di mikrofon lalu melepas gitarnya.

Untuk menghindari Chanyeol, Rosé berjalan ke arah meja tempat sebelumnya ia duduk, tapi Chanyeol segera menahan lengannya. "Great performance."

"I know." sahut Rosé dengan nada bangga dan senyum menyeringai.

Chanyeol merogoh sesuatu dari saku dan memberikannya pada Rosé. "Kurasa ini milikmu?"

Rosé menerima ponselnya yang ditemukan Chanyeol. Ia tidak ingat kalau meninggalkan ponselnya. Lagipula Rosé selalu lupa dengan ponselnya.

"Kau tahu? Tawaranku masih berlaku." ujar Chanyeol. "Aku tidak bermaksud ikut campur tapi kurasa kau membutuhkan penghasilan tambahan?"

Seharusnya Rosé langsung pergi tanpa mendengarkan Chanyeol. Tapi kewarasannya malah mempertimbangkan tawaran pria itu. Manggung di dua tempat tentu memiliki bayaran lebih besar, bukan?

"Kau tidak seharusnya melihat ponselku!" omel Rosé.

Chanyeol memprotes. "Layarmu masih menyala saat aku menemukannya."

"Apa yang kau lakukan di sini? Best lawyer in New York tidak mungkin nongkrong di sini." cibir Rosé.

Terkekeh, Chanyeol menjawab. "Ya, kau benar." ujarnya mengangguk. "Aku hanya datang untuk membeli kopi sebelum meeting dengan klien di daerah sini."

Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang