MET

10 1 1
                                    

Lelaki itu terus berlari sekuat tenaga. Seharusnya dia tidak masuk ke dalam hutan yang berada tepat di belakang kampusnya. Memang pada dasarnya dia yang kepoan, jadi asal masuk tanpa tahu jika hutan itu ternyata banyak binatang buas. Tetapi anehnya kenapa kampus itu di dirikan di belakang hutan. Ia terus berlari, sampai akhirnya melihat sebuah gua. Dengan cepat dia berlari menuju gua itu.

Nafasnya tersengal-sengal. Ia melihat sekeliling itu, yang ternyata di penuhi dengan tanaman liar. Seketika bulu kuduknya berdiri.

"Haduh, kenapa banyak banget tumbuhan liar di sini," ucapnya sambil mencoba menyingkirkan tanaman itu. Ia masuk ke dalam gua yang gelap gulita dengan rasa takut.
Daripada di santap binatang buas, mending di sini dulu deh, katanya dalam hati.

Ia mengernyitkan dahi, saat melihat cahaya putih kebiruan yang berada di hadapannya. Cahaya itu semakin terus bersinar, sampai ia harus menyipitkan mata untuk melihatnya. Terdengar suara seperti angin yang ingin menghempaskan benda di sekitar, dan seketika cahaya itu lenyap di gantikan seorang gadis dengan sayap yang cukup besar.

"Apa didunia ada kupu-kupu jadian?" Gumam lelaki itu sambil mendekati mahkluk di depannya.

Merasa ada sesuatu di belakang, dengan gerakan cepat gadis itu mengibaskan sayapnya. Lelaki itu seketika terpental jauh. Ia meringis kesakitan tapi tak jua menghilangkan rasa penasarannya. Alih-alih melarikan diri, lelaki itu malah mendekatinnya lagi.

Gadis berambut pirang itu masih membelakanginnya. Lelaki itu tidak bisa melihatnya dengan jelas. Ia memutuskan untuk mendekatinya dengan secara perlahan.

"Eh, ga usah takut. Saya cuman mau nanya jalan pulang. Saya lupa jalan pulang," ujar lelaki itu dengan percaya diri.

Gadis itu melihat dari ekor matanya, lelaki itu ingin mendekatinya lagi. Dengan sigap itu merentangkan sayapnya dan mengibaskannya. Dan lagi, lelaki itu terhempas jauh.

"Aduh, bisa-bisa gua encok sebelum waktunya. Kasian Kan anak cucu gua." Gerutu lelaki itu sambil memegangi punggungnya.

"Pergi!" Usir gadis berambut pirang itu tanpa melihatnya.

"Eh, mbak ubanan.. Saya juga mau pulang, tapi ga tau jalan pulang," ucap lelaki itu sambil membersihkan seragamnya yang kotor.

"Mau apa kamu ke sini?" Gadis itu membalikan tubuhnya.

Lelaki itu langsung bergerak mundur karena terkejut dengan wajah gadis di hadapannya. Cantik, tapi menurutnya aneh. Mahkluk apa sebenarnya dia? Mempunyai sayap berwarna biru, mempunyai telinga yang runcing dan juga terdapat tanda dahinya. Entah, tanda apa. Ia tidak mengerti.

Lelaki itu tidak berkata apa-apa. Gadis itu mulai bergerak memutarinya, takut-takut manusia di hadapannya akan bertindak sesuatu seperti melukainya.

"Mba, lu mending stop muterin gua kayak kincir angin," ujar lelaki itu. Dan seketika gadis itu berhenti memutarinnya.

"Perkenalkan nama saya Gala. Saya berasal dari falkutas Ilmu komunikasi." Gala mengulurkan tangannya. Gadis itu memiringkan kepalanya melihat kelakuan manusia di hadapannya.

"Pergi!" Ujar gadis itu sambil memunjukan arah jalan keluar dari goa itu. Gala menarik tangannya kembali. Ia memperhatikan dengan detail mahkluk di hadapannya. Gadis itu bertubuh mungil, hanya sebatas dadanya. Tapi ia mempunyai sayap yang cukup besar.

Gala memegang dagunya berfikir, kalau dia punya sayap seperti itu keren juga. Memang konyol. Gadis berambut pirang itu menatap Gala seperti seseorang yang sudah melakukan kriminal, sedangkan Gala menatapnya dengan serius.

"Kenapa kamu punya tanda di dahimu?" Pertanyaan itu terlontar saja dari bibirnya. Gadis itu hanya diam dan pergi meninggalkannya. Gala mengikuti gadis itu dan berhenti ketika ia melihat gadis itu terbang menggunakan sayapnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Quinna's mystical forestWhere stories live. Discover now