13; The Show

497 39 5
                                    


"Tak ada yang lebih pahit daripada kehilangan teman berharga.,"


Jalan Chaturamit No. 11
Bang Phli Yai, Samut Prakan

Pukul 11.31

Di hari yang kian terik, setidaknya lima orang tim forensik bersama dengan ketua mereka, Jane Ramida Jiranorraphat, berkeliling mencari jejak - jejak tersisa di antara sekumpulan bukti yang ditemukan di sana. Berupa senjata tajam beragam bentuk, terpal, kardus, tali temali, dan lain - lain. Beberapa di antaranya bersih, kecuali kardus dan tali temali yang tergantung di  dinding. Ada bercak darah tersisa di sana. Kemungkinan adalah darah korban.  

"Tempat macam apa ini?," tanya Jane. "Kenapa seperti ruang penyimpanan alat praktek?"

" Ini rumah Thanawin Ruttapanakul.," jawab Dunk. "Yang meninggal belasan tahun yang lalu."

Jane menengadah. "Lalu. . . . ini semua perbuatan siapa?,"

"Aku tidak bisa menyebutkan dengan pasti ini perbuatan siapa. Tapi kita punya satu profil, yaitu pelaku mungkin orang yang berkaitan dengan dunia medis.,"

"Bagaimana kau begitu yakin orang ini berkaitan dengan dunia medis?,"

"Tidak semua orang mau melakukan ini. Sebenarnya ada beberapa kemungkinan jika ternyata bukan orang medis. Satu, dia seorang pengidap OCD yang cukup parah, jadi harus menyimpannya serapi mungkin. Dua, seorang perfeksionis psikopatik. Jadi, semua yang berkaitan dengan korbannya harus tersimpan dengan baik, rapi, sesuai dengan keinginannya. Tiga, psikopat obsesif. Psikopat itu cerdas. Berantakan sama sekali bukan ciri khasnya. Mengingat tak ada jejak tentang dirinya sama sekali, dan kami kehilangan petunjuk. Atau bisa jadi, ketiganya. Seorang pengidap OCD, obsesif, dan psikopat.,"

"Aku jadi ingat kau menyuruhku dan P'Ohm untuk memperhatikan Prom saat ia keluar dari sel sampai pulang. Jujur aku tak dapat apa - apa.," ungkap Phuwin. 

"Begitu? Tak ada yang mencurigakan?,"

Phuwin menggeleng. "Semua normal. Mobilnya, ya mobil yang dia pakai sebelumnya itu, yang ketemu di jalan tol. Tapi, em, agak beda sedikit rasanya. Mungkin hanya perasaanku. Oh ya. Yang jemput dia si Aun. Ingat tidak?,"

"Aun?,"

"Ya, Aun. Dia sekarang teman kost Prom. Mereka hanya berdua katanya.,"

Dunk diam sebentar.  "Ya, semua  kemungkinan bisa terjadi. Tapi kurasa Aun tak akan mampu untuk melakukan hal sekeji itu. Sama sekali bukan ciri khasnya. Ya, mungkin tidak ada yang harus dicurigai dari sana.,"

"Lalu, kita harus bagaimana sekarang?,"

Dunk mengambil ponsel dari saku mantelnya, mencari nama Ohm, meneleponnya. "Kita harus menghubungi si ketua dulu. Nanti dia bisa ngambek.,"

Phuwin terkekeh. Sesaat kemudian, Ohm menjawab panggilan itu. 

"Bagaimana, Dunk?," tanya Ohm.

"Kau di mana? Masih di rumahku?," Dunk balik bertanya. 

"yaa, hitungannya sama meskipun aku di rumah Joong. Ada apa?,"

"Bagus. Ngomong - ngomong, kami menemukannya di rumah nomor sebelas, Jalan Chaturamit. rumah Thanawin. Nyaris semuanya. Barang bukti yang sempurna untuk kita.,"

"Benarkah!? Seperti apa!?,"

"Seperangkat alat, dan. . .. alasnya. Banyak lagi. Dan kita punya satu lagi. Pelaku kemungkinan seorang yang berkecimpung di dunia medis. Alat - alat yang dimilikinya sangat rapi. Kata Nona Jane seperti alat - alat operasi. Kan, jelas sekali. Aku tidak tau apa pelaku memperhitungkan ini atau tidak. Apa mungkin dia sebodoh itu mengira kita tidak akan ke sini lagi.," 

HOLD ME TIGHT  a joongdunk alternative universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang