Bertepatan dengan hari Senin yang teramat sangat panas dan juga hari wajib untuk upacara, jadi ya sudah kita upacara.
"Panas ya na." Keluhku pada Hana yang berbaris disampingku.
"Masih nanya? Ur eyes blind kah?." Aku hanya terkekeh melihat reaksinya, seperti muka meme pada stiker WhatsApp.
Suara ramai derap hak sepatu juga sedari tadi telah didengar, Pak guru dan anak-anak PMR berlari kalang kabut karna banyak siswa yang tumbang, namun tetap saja upacara ini terus berlangsung.
"Panas ya? Ini tisu buat lap keringat kamu." Aku melirik Satya yang sedari tadi mengipas-ngipas tubuhnya dengan tangan yang diayun-ayunkan, kemudian aku mengambil beberapa tisu dari saku rokku dan memberikan pada Satya.
Hitung-hitung caper sedikit lah hehe
"Makasih ya, tapi ga usah gapapa kok." Agak sakit rasanya ditolak, tapi karna aku tidak mau malu jadi ya aku paksa sampai dia mau.
"Maksa banget si." Hana meyenggol lenganku pelan dan berbisik.
Aku hanya tersenyum, melihat tisu ku yang digunakan oleh Satya, entah seperti melayang saja. Lucu si liatnya, salting banget.
Asal kalian tau, di chat kita berdua sangat sangat ramai karna selalu saja ada hal random yang kita bahas, tapi kalau disekolah ya diem-diem an seperti orang asing.
Sampai....
"Diem dong, berisik banget!." Suaranya cukup berat, membuatku kaget sedikit.
"Ah, maaf ya." Aku menoleh sedikit ke belakang, dan rupanya ketua OSIS. Menganggu kesenanganku dan saat itu juga mood ku hancur seperti kaca yang jatuh.
Entah sudah berapa menit dan sudah berapa siswa yang tumbang akhirnya selesai juga upacara ini, cukup lama karna ada pergantian kepala sekolah dan pastinya pidatonya juga cukup panjang.
Berjalan gontai menuju ruang kelas, sambil sesekali melirik kearah Satya. Satya, dia adalah laki-laki pertama yang aku suka dan maka dari itu aku seperti jatuh sejatuh-jatuhnya sama dia.
Dia masuk dalam tipeku, dia rajin, rapi, sopan, pintar, siswa teladan, tidak banyak bicara, cool, dan walaupun dia nampak aga cupu tapi dia sangat manis jadi tidak bosan jika terus menatapnya.
"Na, apa sekarang aja ya?." Hana, teman sebangku ku sejak tahun pertama kami, dan dia juga orang pertama yang aku ajak kenalan dan sekarang kita jadi teman sedekat ini.
"Pulang sekolah aja kali, la." Aku hanya mengangguk kemudian duduk di kursiku sambil sesekali mengintip Satya yang duduk di sudut kiri kelas, beruntung aku duduk di kursi tengah jadi aku bisa melihatnya dengan jelas.
Sepanjang jam pelajaran, jantungku berdegub tak karuan, fokusku juga kemana-mana dan tiba-tiba saja sudah bel pulang sekolah, aku benar-benar seperti orang linglung, kelabakan membereskan buku-bukuku sampai Hana yang disampingku mengernyit.
"Satya, ntar tolong bantu aku sama Mila ya, ngerapihin kursi sama meja. Kelompok piket kita pada tumbang di uks." Entah takdir apa yang disajikan sampai 5 teman-teman anggota piket tumbang saat upacara tadi, dan untuk Hana terimakasih bangett.
Mila, namaku Mila. Gadis SMA yang biasa-biasa saja, cukup pandai beradaptasi dan orang yang sedang membidik Satya.
Semua orang telah meninggalkan ruang kelas, suara gaduh antara kursi dan meja cukup membuat pengang di telinga. Salah tingkah sudah menjadi makanan sehari-hari setiap dekat dengan Satya, dan menurutku tidak mungkin jika dia tidak menyadari perasaanku padanya. Aku tidak bisa membayangkan gadis yang biasa saja berpacaran dengan lelaki yang bernotabe sebagai siswa teladan dan juga pandai dikelas.
"Satya, aku minta maaf banget. Aku sudah ga bisa mendam perasaan ini lagi, aku- "
"Ayo pacaran."
"Tidak ada hal yang lebih indah kala aku dan kamu menjadi kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Room In My Heart
FantastikAda beberapa persen hal yang tak bisa dilepaskan begitu saja, semua sudah tersusun rapi sampai tak sadar aku memberinya sebuah ruangan tetap yang membuatnya singgah untuk waktu yang lama. Semua benar-benar indah seperti hidup dalam dunia fantasiku s...