14. Berteman dengan Luka

138 24 3
                                    

Bel pulang sekolah baru bergema beberapa menit yang lalu, dan saat ini Magara sedang berjalan di lorong untuk pergi menuju kelas Hariga karena hari ini adalah hari piket adiknya.

Sebenarnya hari ini sedikit melelahkan bagi Magara sebab tadi ia sempat berlari kesana-kemari  bersama Yerin karena dikejar salah satu anggota osis, namun rasa bahagianya lebih besar.

Pria itu senang bisa berduaan dengan Yerin dan tak mengikuti beberapa mata pelajaran. Walaupun sempat dimarahi oleh guru, dia tak merasa sakit hati sama sekali.

Senyuman lelaki itu mengembang tatkala telah sampai di kelas Hariga dan melihat adiknya yang tampak tengah menyapu lantai.

"Hariga, ayo keluar. Gara mau piket sekarang." Ucapnya.

"Mulai sekarang gue yang bakal tanggung jawab sama jadwal piket sendiri."

Ucapan Hariga membuat Magara terkejut sekaligus senang, tapi mau bagaimanapun juga ia harus tetap membantu dan mengawasi adiknya karena takut Hariga kelelahan walaupun melakukan kegiatan yang tidak berat.

"Yaudah, tapi Gara mau bantu."

Magara membantu Hariga dan beberapa siswa-siswi lainnya yang sedang piket dengan cara menyapu lantai, beruntungnya hari ini Hariga tak menyuruh teman-teman yang satu jadwal dengannya untuk pulang tanpa piket seperti biasanya.

"Lo tidur dimana?" Tanya Hariga pada Magara yang berada tak jauh darinya.

"Di rumah Jean, tapi buat hari ini dan kedepannya mungkin bakal tinggal di kontrakan." Jawab Magara.

"Uang?"

"Gara punya tabungan kok, gak usah khawatir."

"Siapa juga yang khawatir?" Magara terkekeh, adiknya memang mempunyai gengsi yang sangat amat tinggi.

Magara dan yang lainnya melaksanakan piket hingga kelas itu terlihat bersih, dan saat inilah waktu yang tepat untuk pulang karena tugas sudah selesai.

"Hariga, Gara pamit. Jangan lupa jaga diri!" Ucap Magara sembari berlari karena terburu-buru.

"Hati-hati!" Entah dorongan dari mana Hariga mengatakan itu.

"Iya!" Magara tersenyum senang, akhirnya adiknya mulai perhatian.

Pemuda itu berharap semoga hubungan antara dirinya dengan sang adik bisa menjadi lebih baik, sedari dulu dia ingin bisa dekat dan akrab dengan Hariga.

***

Selepas pulang sekolah, Magara dan Jean sudah berada di kamar Jean dengan posisi mereka duduk di kasur.

Awalnya Magara sengaja menghampiri Jean yang sedang berada di kamarnya karena kemarin malam Jean mengatakan bahwa dia ingin mengobrol bersama dirinya.

"Je, bukannya ada yang mau lo omongin?" Tanya Magara yang dibalas anggukan oleh si empu.

"Lo benci gue?" Tanya Jean yang membuat Magara sedikit kebingungan.

"Benci?"

"Kalau benci ya enggak, cuman kadang kesel aja." Jawabnya diakhiri dengan kekehan.

"G-gue mau minta maaf."

Magara tersenyum dan mengangguk, "Je, lo udah sadar kalau jadi kita jauh itu cuman gara-gara angka?"

"Iya gue sadar nilai itu cuman angka, tapi dimata ayah gue itu harta bernilai besar."

"Gak lama lagi kita naik ke kelas tiga, dan gue yakin lo pasti juara satu kelas." 

Jean tertawa mendengar ucapan Magara yang baginya terdengar sangat tidak mungkin terjadi.

Magara and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang