Double A

361 8 0
                                    

"Lo bisa, ga sih, ga ganggu gue?" ucap Anjani, gadis berusia 16 tahun ini sedang kesal dengan tetangga-nya, Adit, yang melempar kecoa mainan ke balkon kamar Anjani.

"Kecoa aja takut, payah," ujar Adit sambil memeletkan lidah-nya ke arah Anjani yang sekarang sedang bersedekap, menatap Adit garang.

"Paling lo liat kecoa terbang, juga takut," ujar Anjani. Adit mengangkat bahu-nya lalu masuk kembali ke dalam kamar-nya, meninggalkan Anjani yang sedang ngedumel.

Anjani dan Adit adalah tetangga. Rumah Adit dan Anjani persis bersebelahan, begitu juga dengan kamar mereka. Jadi, mereka bisa melihat satu sama lain di balkon kamar mereka masing-masing.

Anjani duduk di kursi yang ada di balkon-nya. "Ih!" Anjani melempar kecoa mainan milik Adit, entah kemana pergi-nya. Anjani menatap pemandangan dari balkon-nya.

"Ngelamun, kesambet loh," suara Adit menganggu ketenangan Anjani. Anjani mendengus.

"Bisa, ga, ga ganggu gue sehari aja?" ujar Anjani ketus. Adit terkekeh.

"Ga, gue seneng liat lo marah-marah," ujar Adit. Anjani sekarang menatap Adit dan melotot. "Liat marah-marah, kok malah seneng."

Adit tertawa. "Like like."

Anjani mengerutkan dahi-nya heran. "Apaan tuh, like like?"

"Suka-suka."

"Dasar, gila!" kata Anjani yang membuat Adit langsung masuk ke dalam kamarnya, agar tidak mendapat timpukan dari sandal Anjani. Di kamar-nya sudah banyak sandal Anjani, yang di karena kan Anjani sering melempar-nya ke Adit.

Adit tersenyum jika mengingat Anjani yang marah-marah terhadap dirinya. Entah mengapa, ia suka melihat ekspresi Anjani saat marah. Lucu, kata Adit, sih, gitu.

Sedangkan, Anjani yang sedang berada di balkon, memutuskan masuk ke kamar-nya. Karena semakin malam, udara di luar semakin dingin.

###

Anjani saat ini masih di sekolah, menunggu jemputan-nya. Ia menghela nafas. Diliriknya lagi jam tangan yang terpasang di tangan kanannya, menunjukkan pukul 17.30. Sudah 2 jam, ia menunggu supir yang menjemputnya.

Anjani tau, dirinya sudah berumur 16. Tapi, ini sudah terlalu sore. Ia tidak berani, karena dulu ia pernah punya trauma saat menaiki angkutan umum. Sehingga, sampai sekarang ia tidak berani naik angkutan umum.

"Cewek, kok belom pulang?" Anjani kenal dengan sangat jelas suara siapa itu. Suara Adit. Dia dan Adit memang satu sekolah, dan sialnya satu kelas juga.

"Lo ngapain disini?" tanya Anjani jutek.

"Ya, gue emang abis latihan basket," kata Adit.

"Ga nanya."

"Lo tadi nanya, Njani," ujar Adit gemas. Anjani hanya tertawa kecil. Baru kali ini, ia bisa tertawa saat berada dekat dengan Adit. Dan, saat itu juga, Adit terkesima dengan tawa Anjani. Eh, emang dari dulu, Adit udah terpesona sama Anjani sih.

"Lo kok belum pulang?" tanya Adit, berusaha untuk mengalihkan perhatian-nya dari tawa Anjani tadi. Wajah Anjani sekarang berubah datar kembali.

"Belum dijemput," jawab Anjani.

"Bareng gue, mau ga?" tawar Adit. Anjani menatap Adit dengan seksama, berusaha meneliti wajah Adit. Apakah ada sesuatu yang Adit rencanakan?

"Kenapa sih, ngeliatin gue kayak gitu? Naksir bilang." Anjani seketika menunjukkan ekspresi pura-pura muntah, mendengarkan omongan Adit yang begitu PD. Mana mungkin, Anjani suka dengan rivalnya sendiri.

Double A [1/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang