#58

410 33 2
                                    

Batu Lou

-Adelene Dé Cloups-

"Adelene, Adelene ..." panggil Eliza sambil berlari kecil menyusul Adelene dan Elmerda di antara kerumunan orang-orang yang berbelanja.

Adelene menoleh ke belakang, ia berhenti dengan tangannya menggenggam pergelangan tangan Elmerda erat. Setelah menemui Elmerda dan menonton perkelahian antara Elmerda dan salah seorang Lady, Eliza dan yang lainnya memilih untuk kembali ke kediaman Arlene.

Teriknya matahari tidak bisa mereka hindar. Memilih untuk berdiam di rumah Arlene karena sihir Alesya yang dapat membuat sebuah kolam dadakan untuk mereka mandi.

"Kau kenapa?" tanya Adelene merasa aneh.

Keringat meluncur dari dahi Eliza.

"Disini sangat panas," gerutu Eliza. Ia mendongak dan menegakkan tubuh. "Oh ya, aku merasakan adanya peri lain yang berada di Kerajaan Phalia dan dia adalah peri penjaga," jelas Eliza.

Bangsa peri dapat mengetahui salah satu dari mereka jika berada di dunia manusia biasa. Dapat mendeteksi keberadaan peri lain dengan jarak ribuan kilometer. Setiap peri memiliki antena yang tersembunyi di dalam tubuh mereka, berada di salah satu tubuh yang berbeda bagi setiap peri.

Antena tersebut berguna untuk mendeteksi pergerakan bangsa peri dan keberadaan peri peri yang lain di suatu daerah yang bukan dari wilayah immortal. Kegunaan antena yang berada di setiap peri tergantung tingkatan mereka. Buktinya adalah Eliza, tidak semua peri dapat mendeteksi keberadaan peri lain. Eliza adalah seorang Putri.

Untuk peri tingkat rendah atau peri biasa, peri pekerja dan yang tidak memiliki jabatan atau pangkat apapun, antena di tubuh mereka hanya bisa untuk melindungi mereka dari marabahaya yang mungkin akan mencelakakan mereka.

Bentuk antena bukan seperti antena kupu-kupu. Hanya sebuah simbol yang dirahasiakan oleh bangsa peri, karena bagi selain bangsa peri antena mereka sangatlah berguna untuk memperpanjang masa hidup.

Wajah Adelene nampak terkejut, "saat kita berada di Kerajaan Shira itu?"

Eliza nampak berpikir. Ia meringis sejenak saat teringat dengan wajah yang ia lihat beberapa hari lalu.

"Ah dia. Gadis itu adalah saudari tiriku."

Wajah melongo Adelene dan Eliza yang meringis. "Tapi, bukan dia yang berada di Kerajaan Phalia. Aku merasakan peri penjaga yang berada sedikit jauh dari tempat kita berada saat ini," kata Eliza.

Gadis berambut putih keperakan itu mengangguk sebagai balasan. Matanya menatap Elmerda yang sedari tadi diam tak bersuara.

"Kau ingin ikut denganku, 'kan?" tanya adelene memastikan.

"Tidak ada hal lain lagi yang akan aku lakukan selain mengikuti mu."

Adelene menatap Eliza serius, "temui lah dia, siapa tahu peri penjaga itu tahu tentang batu Lou yang berada di Kerajaan ini."

Eliza mengangguk patuh. Ia kembali mengenakan tudung kepala, tersenyum tipis menatap Adelene dan berbalik pergi untuk menemui peri yang ia rasa menjaga sebuah benda yang sangat misterius.

Senyum Adelene terpatri di bibir. Menatap Elmerda lalu, menarik tangan Elmerda untuk mengikuti langkahnya.

"Ikut aku. Belilah makanan dan kebutuhan mu dan Kakakmu yang benar-benar kau butuh. Aku heran denganmu, tubuhmu tak terlalu berisi, tapi kenapa kau nekat untuk menjadi wanita panggilan?"

-Adelene Dé Cloups-

Eliza telah kembali pada malam hari. Mereka yang berada di kediaman Arlene berkumpul di ruang tengah yang sangat luas. Eliza pun duduk di samping Kalio yang diam kaku, sesekali Elio melirik Eliza yang bercucuran keringat dari dahi gadis itu.

"Kau darimana El?" tanya Ravi.

"Menemui seorang peri yang berada cukup jauh dari tempat kita sekarang."

Mereka memandang Eliza tak mengerti. Untuk apa Eliza menjumpai peri yang berada di wilayah manusia. Makhluk legenda yang berada di wilayah manusia biasa bukanlah hal yang tabu, walaupun tidak banyak, tapi ada beberapa makhluk legenda yang berada di wilayah manusia. Entah itu untuk tugas atau memang para makhluk seperti mereka ingin merasakan dunia luar.

"Aku mendapatkan informasi penting!"

"Eh, hai-" sapa Elmerda yang baru saja tiba. Dia diundang Adelene untuk makan malam sebenarnya. Melihat mereka sedang berkumpul, Elmerda merasa sedikit Canggu.

Semua mata tertuju pada Elmerda yang mengenakan pakaian yang longgar dan tidak seperti biasanya.

"Hai, kemarilah dan duduk di sampingku," kata Adelene seraya menggeser posisi duduknya untuk memberikan tempat kosong untuk Elmerda duduki.

Elmerda dengan rasa canggung duduk di samping Adelene dan ikut dalam perbincangan mereka, walaupun dirinya sama sekali tidak mengerti.

"Lanjutkan ucapan mu!" seru Adelene.

Eliza yang tadi diam tersadar dan mulai melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong oleh kehadiran Elmerda.

"Aku menemui peri itu karena merasakan kalau peri itu menjaga sesuatu yang memiliki energi yang sangat kuat. Tadi, aku sempat bertanya kepadanya, tapi ia sangat ketus padaku. Peri itu adalah peri penjaga dengan elemen air."

Adelene terdiam.

Air?

Ia meyakinkan dirinya bahwa peri yang mereka perbincangkan sekarang adalah peri yang menjaga batu Lou.

Elmerda melirik Adelene sekilas.

"Adelene, apa boleh aku bertanya?"

Adelene sontak menoleh dan menatap Elmerda cukup lama. Mereka yang berada di sana hanya diam menyimak apa yang akan dibicarakan oleh Adelene dan Elmerda.

Anggukan menjadi jawaban atas pertanyaan Elmerda.

"Kenapa kau bisa tahu kalau aku yang dapat memegang batu itu? kalau bukan aku yang dapat memegang batu itu usahamu dan waktu yang kau pakai berarti sia-sia."

Semuanya terdiam. Pertanyaan dan perkataan Elmerda sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka. Yang mana memang mereka hanya mengikuti kemana Adelene melangkah menuju pemegang batu sihir sebelumnya.

Saat inilah mereka berpikir bagaimana bisa Adelene mengetahui siapa pemegang batu itu? walaupun kertas yang menjadi sumber informasi mereka, tapi itu tidaklah memberikan informasi yang cukup detail.

Senyum Adelene mengembang.

"Karena aku dapat melihat cahaya yang keluar dari tubuh orang yang terpilih sesuai dengan warna batu yang aku cari."

-Adelene Dé Cloups-

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang