BRAK!
Aku terbelalak, semua mata teralih pada meja kami, terkejut mendengar gebrakan meja dari tangan Sarah. Membuat pujian-pujian indah mengerubungi pendengaran kami.
"Sialan! Babi itu membuatku kaget saja!"
"Hei dua gajah kelas! Kalian berisik sekali!"
Itu terjadi setelah aku menceritakan segala hal, sebelum bertemu dengannya beberapa menit yang lalu. Aku baru tahu ternyata tangan Sarah yang ukurannya lebih mungil daripada tanganku, kekuatannya bisa ditandingkan.
"Kalau begitu, cepat ungkapkan perasaanmu kepadanya!"
Dan ini semua perkara anak laki-laki yang duduk sendirian di kantin tadi.
Huft...
Fran.
"Kamu bilang, kamu tidak pernah sekalipun mendapatkan kesempatan apa yang kamu mau... Ibuku bilang, kalau kamu menginginkan apa yang kamu mau, maka kamu harus cepat dari siapapun, untuk mendapatkannya. Pasti yang kali ini kamu bakalan mendapatkannya. Percaya denganku!" Dia memegang pundak ku, berusaha sekuat mungkin agar aku mempercayainya.
Aku heran.
Baru mengatakan seluruhnya kepada Sarah, kami bertemu hanya baru semalam... Tidak, sebenarnya karena memang ada sesuatu yang harus diberikan olehnya sebagai bentuk ucapan dari seorang tetangga baru yang memang harus mengambil hati tetangganya...
Bagaimana bisa, baru semalam aku menatap semua yang ada pada wajahnya, langsung ku ungkapkan begitu saja kepada anak itu? Aku rasa ini sebuah jalan yang akan membawaku ke dalam sifat gegabah. Walaupun sebenarnya aku memiliki perasaan takut...
Jika dia, benar-benar membuktikan perkataannya.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau. Aku sendiri juga bisa mendekatinya." Katanya, di dalam bus tadi.
"Nanti kalau aku jadian sama dia, memangnya kamu tidak mau aku traktir burger McDon*ld's? Bukannya kamu tahu, kamu belum pernah makan hamburger... Nanti pulang sekolah, aku traktir apa yang kamu mau."
Bahkan di saat suasana ku yang sedang genting memikirkan semua ucapannya, burger ternama yang tidak pernah sekalipun ku makan, terdengar tidak begitu spesial bagiku ketika mendengarnya.
Aku tidak antusias.
Malah aku merasakan sesuatu perasaan dibaliknya.
Merasa terhina.
Apa dimatanya aku seharga satu hamburger?
"Jangankan temanmu, aku sendiri juga bisa membeli hamburger itu untukmu, tahu! Dia pikir dia siapa!"
"Lagipula, kenapa kau diam saja saat dia bilang begitu!? Itu sama saja menghina dirimu!" Lanjutnya protes.
Namun pandanganku terasa sangat kosong karena terlalu jatuh memikirkan semuanya. Seperti tak ada cara lagi selain menunggu, apakah aku benar-benar menyukainya. Aku melihat Sarah mengambil cokelat yang ku beli tadi, yang sekarang tinggal dua sisanya..
"Ini! Berikan padanya, dan katakan semuanya."
Tanganku yang lemas, ditariknya dan memaksa cokelat itu terus berada di tanganku.
Di sini aku tidak tahu siapa yang sebenarnya memiliki sifat terlalu gegabah.
Aku, atau Sarah?
Tetapi jauh dari semua itu, aku juga merasa kalau aku harus mengambil kesempatan ini sebelum Viona kembali mengambil apa yang selalu ku inginkan.
"Kenapa harus cokelat? Apa anak laki-laki suka cokelat?" dengan polosnya aku bertanya.
Sarah mengangguk cepat,
KAMU SEDANG MEMBACA
From Walkman To Secret
Romance(18+) Cerita fiksi ini mengandung unsur konten dewasa, kekerasan verbal/fisik, serta pelecehan seksual. Dimohon kepada para pembaca yang sekiranya masih di bawah 18 tahun, untuk mengikuti prosedur yang tertera. Saya menyarankan para pembaca di atas...