4

12 3 0
                                    

Tin tin

Suara klakson mobil membuat Hyewon melihat ke arah suara itu. Senyum sumringahnya pun keluar. 

"Kak!" Sapanya setelah masuk ke salam mobil.

"Hmm..." balas singkat kakaknya.

Heeseung pun segera melajukan mobilnya. Ia menyadari bahwa mata adiknya sembap. Mungkin ini salah satu alasan mengapa adiknya ingin dijemput olehnya.

"Dek, lu kenapa?" Tanyanyya membuka obrolan.

Hyewon menggelengkan kepala enggan menjawab sang kakak. Sedetik kemudian air matanya kembali menetes.

"Gue gak mau kak sama Sunghoon." Katanya sambil sedikit terisak.

"Emang Sunghoon pernah ngapain lu sih dek?"

"Dia gitu-gitu kan temen lu juga."

"Emang dia pernah bully lu?"

"Bukannya lu yang bully dia?"

"Bukan!" Bantah Hyewon sambil memukul kakaknya.

"Zaman udah kayak gini tapi masa gue masih mau dijodohin sih kak?"

"Gak adil. Gue juga mau buat pilihan gue sendiri."

"Mama, papa, om sama tante gak ada tuh yang dijodohin."

"Masa gue dijodohin, sama Sunghoon lagi."

"Anjing." Umpat Hyewon.

"Heh!" Tegur Heeseung lalu mencubit pipi Hyewon.

"Lu ada pacar dek?" Tanya sang kakak.

"Eng.. eng... gak punya pacar."

"Terus Jake?"

Air mata Hyewon kembali menetes lagi. Ia tidak pernah mau mengakui perasaannya terhadap Jake. Ia punya perasaan lebih untuknya, namun ia juga selalu menyangkal di depan semua orang.

Ia sangat takut kehilangan Jake. Sesosok sahabat dan mungkin cinta pertama bagi Hyewon.

"Dek?"

"Eung?"

"Lu sayang sama Jake?"

"Gue juga sayang sama lu kok kak."

"Gak, gue tanya beneran dek."

"Emang, kalau gue jawab iya, kakak bisa bantu apa?"

"Oh."

"Oh?"

"Ya gue gak bisa bantu apa-apa. Semuanya udah ditetapin sama kakek."

"Lu jangan tabok gue!" Perintah Heeseung.

Padahal Hyewon enggan menabok kakaknya, ia menatap keluar jendela dan sebulir air matanya kembali keluar.

Heeseung menyadari air mata adiknya tidak kunjung berhenti.

"Udah, gak usah nangis lagi." Katanya sambil mengelus tangan adiknya.

Kini Heeseung sudah tau bahwa adiknya ini memang sedang patah hati.

Hyewon mungkin tidak mengucapkan perpisahan, tapi keadaan membuatnya harus berpisah dengan cinta pertamanya.

Ia tahu statusnya tidak jelas saat ini. Ia juga paham betul kalau ia tidak bisa berlaku apa-apa. Maka dari itu ia hanya bisa menangis sebagai pelampiasan emosinya.

Setelah berkendara hampir 1 jam, Heeseung membelokkan setirnya ke sebuah rumah makan.

"Oi, ayok makan dulu." Ajak Heeseung.

Gravity - Park Sunghoon AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang