Aku menghapus peluhku yang terus muncul di permukaan kening yang ukurannya menyerupai biji jagung. Dengan susah payah aku memungut sampah-sampah yang ternyata lebih banyak dari dugaanku. Sekilas terlihat tidak terlalu susah tapi ketika aku mulai membersihkannya, rasa lelah segera menggerayangiku. Yang mana membuat pekerjaan itu lebih sulit dari yang kubayangkan. Aku menghela nafas dan berdiri sejenak. Sedari tadi aku terus merukuk ketika memunguti sampah-sampah yang tercecer. Hal itu membuat bagian pinggangku terasa amat sangat pegal. Aku memijat pelan pinggangku, berharap bahwa rasa pegal itu akan segera terobati ketika aku selesai memijatnya.
Tepat ketika aku hendak kembali merukuk untuk memunguti sampah itu, suara pintu yang dibuka terdengar, aku kembali berdiri hanya untuk menoleh.
"Bisa bantu aku?" tanyaku ketika dia hendak melangkah keluar dari kamarnya.
Adam menoleh singkat sebelum melanjutkan langkahannya. "Tidak," ucapnya datar. Lelaki itu berjalan ke bagian lain apartemen yang tak kuketahui jelasnya. Aku mendengus kesal sambil mengelap keringatku yang kembali mengalir. Mengingat lelaki dingin yang tak acuh terhadap apartemennya sendiri membuatku geram setengah mati. Aku tahu bahwa aku harus membersihkan apartemennya yang ia jadikan sebagai 'syarat' kembalinya benda penting bagiku. Dan aku harus menerima syarat itu dengan pasrah. Hanya saja, sangat menyebalkan bila dia tidak ikut andil dalam acara bersih-bersih ini. Maksudku, hey! Ini adalah apartemen miliknya dan dia adalah salah satu dari orang-orang yang mengakibatkan kekacauan ini.
"Cathrine, ambil saja minuman di kulkas bila kau haus."
Suara yang jaraknya tak terlalu jauh dariku itu kembali mengalihkan aktifitasku. Apa lagi setelah Cathrine?
"Oh, iya. Terima kasih," jawabku yang tak mengubris perihal nama. Lelaki itu berdiri memandangku sejenak sambil meneguk minuman kaleng yang digenggamnya. Raut wajah kesal sekaligus lelah terlihat jelas di wajahku. Dan kurasa adam tahu dengan jelas hal itu. Tapi ia tak peduli dan kembali meneguk minuman kalengnya sambil menikmati acara TV di sofa.
Setelah satu jam dia berada di kamarnya tadi dan meninggalkanku bersih-bersih sendiri, aku mengira dia tertidur pulas di kasurnya. Tapi hipotesisku itu melenceng setelah aku melihatnya keluar dengan pakaian berbeda dari yang ia kenakan sebelumnya. Rambutnya yang masih setengah basah membuatku yakin bahwa lelaki Pakistan itu sedang membersihkan dirinya satu jam yang lalu.
Tshirt putih dan jeans hitam yang robek di bagian lutut menjadi pilihan yang pas untuknya kenakan. Gaya casual itu memperlihatkan karakternya yang terkesan datar, simple, dan sangat dirinya.
Dia tak pernah tahu kalau aku terus memperhatikannya sedari tadi. Raut wajahnya yang bosan saat menggonta-ganti acara TV yang baginya tak menarik, membuatku terpanah tak dapat melepaskan pandangan dari wajah tampan itu. Rambut legamnya yang masih basah sesekali menetes di keningnya. Ia tak menghiraukan tetesan itu untuk sekedar menghapusnya atau merasa terganggu sedikitpun. Bulu mata lentik miliknya bertemu antara yang atas dan bawah saat dia berkedip. Tahukah dia bahwa secara tak langsung dia sedang menebar pesonanya? Membuatku bergejolak ingin menatap lekat mata indahnya dan menyentuh bulu mata lentik itu. Tak sadar ujung bibirku tertarik keatas, membuat lengkungan saat terus memperhatikannya.
Lelaki pakistan itu mendesah malas- ia benar-benar tidak menyukai satu pun acara TV yang ia tonton- tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku dan gugup setelahnya. Takut bila Adam tahu bahwa aku memperhatikannya sedari tadi. Dengan cepat aku kembali merukuk dan memunguti kaleng-kaleng minuman yang tercecer. Tak peduli seberapa pegal pinggangku saat ini, kuharap aku akan bisa membersihkan semuanya tepat jam lima sore. Dan setelah itu, aku akan pulang membersihkan diri serta memasak makan malamku.
"Kau yakin tidak ingin minum?" tanya Adam akhirnya, setelah membiarkan keheningan melanda. Lelaki itu berbalik badan dengan posisi yang masih duduk di sofa, ia mengamatiku sembari menunggu jawaban. Aku kembali berdiri setelah memungut kaleng terakhir yang tersisa dan memasukkannya ke dalam kantung hitam berukuran besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Between You And Love
Teen FictionCarley Sophia Tompson adalah seorang siswa pindahan dari prancis yang masuk ke sekolah baru di London. tak ada satu pun sambutan baik dari para penghuni kelas tersebut dari anak lelaki maupun perempuan. tapi ada satu pria culun bernama Calvin yang m...