ACDD 45# BUAH CINTA

21.8K 1.3K 30
                                    

ACDD 45# BUAH CINTA

"Keinginan setiap perempuan setelah menikah adalah diperlakukan selayaknya anak sendiri oleh mertuanya."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Huek

Entah sudah ke berapa kalinya, pagi ini Aisfa memuntahkan cairan bening dari perutnya. Wajahnya terlihat pucat pasi. Tubuhnya seolah tak bertenaga. Untung saja di rumahnya saat ini ada mertuanya yang berkunjung. Kalau tidak ada mereka, Aisfa pasti kerepotan sendirian karena Gus Alfatih sedang bekerja.

"Apa gak sebaiknya kita bawa Aisfa ke rumah sakit, Umi?" usul Gus Adnan tak tega melihat kondisi menantunya.

"Iya, Nak. Kayaknya kamu sakit. Mukamu pucat sekali."

Aisfa menggeleng dengan sisa tenaga. "Abi, Umi, Aisfa gak papa kok. Mungkin cuman lagi kecapean aja."

"Nanti Abi bilangin ke Alfatih biar dia mempekerjakan pembantu untuk Nak Aisfa biar kamu tidak kecapean. "

"Nggak perlu, Bi. Biasanya Aisfa mampu. Cuman kali ini aja, mungkin karena perubahan cuaca lagi gak menentu jadi Aisfa sedikit tidak enak badan."

Ning Naya menghela napas. "Yasudah kalau memang tidak mau ke rumah sakit, tapi harus minum obat ya, Nak. Biar nggak semakin parah. Aisfa taruh di mana kotak obatnya?"

"Ada di kamar, Umi. Biar Aisfa ambil dulu."

Sebelum Aisfa beranjak, Ning Naya mencegahnya. "Biar Umi saja, Nak yang ambil. Disebelah mana kamu menyimpannya?"

"Di laci nakas, Umi. Maaf Aisfa repotin umi," ucap Aisfa tak enak hati.

"Gak repot kok. Jangan sungkan sama Umi. Anggap Umi ini sebagai ibu kandung kamu sebagaimana Umi menganggapmu seperti putri kandung Umi sendiri."

"Baik, Umi." Aisfa tersenyum haru.

Ning Naya menaiki tangga menuju kamar anak dan menantunya lalu kembali dengan membawa kotak obat. Setelah itu wanita paruh baya itu membantu Aisfa meminum obat masuk angin.

"Sudah telpon Alfatih, Bi?"

"Sudah, Umi. Katanya lagi di perjalanan pulang."

Ning Naya mengangkat kaki Aisfa kemudian ditaruh di atas pangkuannya. Hal itu sukses membuat mata Aisfa melotot.

"Umi, Aisfa jadi gak sopan sama Umi," kata Aisfa meringis.

Ning Naya tersenyum. "Sudah tidak apa-apa, Nak. Umi hanya ingin memijit kakimu, barangkali enakan."

Aisfa benar-benar merasa diratukan dalam keluarga Gus Alfatih. Ia pikir menikah dan mempunyai mertua itu sangat menyeramkan seperti di cerita-cerita yang ia dengar. Namun, semua itu tidak berlaku kepada dirinya. Ia diperlakukan dengan sangat baik oleh keluarga Gus Alfatih.

Apa yang lebih membahagiakan daripada itu? Karena keinginan setiap perempuan setelah menikah adalah diperlakukan selayaknya anak sendiri oleh mertuanya.

"Kalau ada pekerjaan, bagi tugas sama Alfatih, Nak. Jangan dikerjakan sendiri biar kamu tidak terlalu kelelahan."

"Kak Alfatih sering bantuin Aisfa kok, Umi. Dia baiiik banget sama Aisfa."

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang