[Chapter 8 sudah bisa kalian baca duluan di Karyakarsa. Selamat menikmati kisah menyayat hati ini, ya. Happy reading!]
Edna bisa melihat ayahnya yang menunjukkan ekspresi tidak sepenuhnya lega. Kelahiran bayi laki-laki di keluarga mereka harusnya disambut dengan suka cita. Sayangnya mereka tak bisa melakukannya, karena bayi yang Edna lahirkan tidak berasal dari hubungan resmi. Bayi itu juga berasal dari pria yang tidak dalam kondisi benar untuk bertanggung jawab. Dean sudah menikahi Jena, dan tidak ada kata berpisah jika berhadapan dengan Ayah Edna. Jika Dean dan Jena berpisah, maka kesempatan Dean akan semakin buruk untuk bisa melihat putranya.
"Jangan mencarinya lagi," ucap Anthony.
"Ayah, aku tidak pernah mencarinya. Aku tidak sebodoh itu untuk mencarinya karena kamu memiliki cerita."
"Bagus kalau kamu menyadari itu. Dean Ezra hanya akan membuat kamu terlibat dalam masalah besar. Keluarga ini ... sudah lebih dari hancur. Ayah tidak akan membiarkan kamu lebih hancur karena pria itu."
Edna mengangguk pelan, membiarkan bayinya istirahat di ranjangnya sendiri.
"Maafkan Edna karena terperangkap olehnya, Ayah."
Anthony Sanjana menggelengkan kepala tegas. "Kamu tidak bersalah, dia sendiri yang melemparkan kamu keluar dari hidupnya. Jika sedari awal dia tidak bodoh memutuskan pilihan, dia tidak akan kehilangan dan memperumit segalanya."
Dari awal memang Dean-lah yang membuat rumit keadaan. Jika cinta kenapa harus saling tak percaya? Namun, Edna menyadari kesalahannya. Masuk dalam perangkap cinta main-main yang Dean punya, semua itu awal dari kerumitan ini bermula.
"Edna, aku sudah menyiapkan rencana untukmu. Perusahaan utama boleh saja digenggam oleh Brayden sekarang. Dia berhasil menggeser posisimu. Tapi masih ada perusahaan yang akan menjadi besar bila kamu bersedia memimpinnya."
"Ayah, memimpin perusahaan tidaklah mudah. Aku sekarang memiliki seorang anak yang harus menjadi prioritas hidupku. Kesibukan menjadi pemimpin hanya akan membuat anakku kehilangan sosok orangtua."
Anthony menatap putrinya dengan gusar. Dia menginginkan Edna untuk kembali berjuang mengurus perusahaan yang pria itu miliki. Edna harus tetap maju, menjadi anak yang jelas membanggakan. Orang lain tidak perlu tahu bahwa Anthony selalu menomor satukan Edna. Orang lain hanya melihat sikap Anthony yang keras dan pilih kasih. Padahal, Anthony diam-diam melakukan segala cara agar Edna terlindungi. Termasuk dengan menyembunyikannya jauh dari siapa saja.
"Tidak ada yang bisa aku percaya selain dirimu, Edna."
"Aku bisa bekerja, menjadi bayang-bayang pemimpin yang dilihat oleh banyak orang. Aku bisa melakukannya, Ayah. Tapi aku tidak bersedia ditempatkan sebagai pemimpin asli di depan banyak orang."
Satu-satunya cara agar semua itu bisa dilakukan adalah dengan menempatkan pemimpin lain. Namun, Edna yang akan menggerakan seluruh isi perusahaan. Menjadi senjata yang tidak mudah ditembus. Dan pada siapa Anthony bisa melakukan itu?
"Kamu harus menikah kalau begitu. Pilihlah pria yang akan kamu kendalikan. Itu cara yang paling tepat."
Edna tidak suka dengan gagasan menikah. Dia sudah lelah membagi hati dan ingin fokus memperjuangkan bayinya. Namun, sang ayah membutuhkan Edna untuk menjaga kesuksesan Sanjana. Sebegitu besarnya rasa percaya Anthony hingga tak mau jika bukan putrinya yang bergerak. Edna jelas tak mau menyiakan kepercayaan itu. Tak mau membuat ayahnya semakin kecewa.
"Mason," sebut Edna.
"Mason Ragani, maksudmu?"
Edna mengangguk, dia meyakinkan sang ayah dengan perlahan. "Iya, Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Ain't Yours?
RomanceEdna tahu perasaan itu masih merangkul mereka berdua. Dean mencintainya, itu benar. Edna mencintai pria itu, juga benar. Yang tidak benar adalah banyaknya pihak yang tak mengizinkan perasaan mereka bersemi dengan indah. "Edna," ucap pria itu dan k...