Bai Suzhen terdiam, sadar kepalanya kosong ketika pertanyaan itu menghardiknya.
Itu karena Mo Lushe mengira dirinya telah melawan sihir kuat Gurunya di ruang terlarang menggunakan energi cahaya. Hati Bai Suzhen beringsut dingin. Ia baru ingat lagi kalau selama ini sebenarnya sang Guru sudah tahu kalau ia adalah keturunan dewa dan ia hanya memanfaatkan Pusaka Iblis supaya menjadi satu bersama energi cahaya. Dengan penyatuan alami kedua energi itu di sebuah pusaka, maka seharusnya Bai Suzhen bisa menjadi alat yang paling dijaga Gurunya.
Namun, jika memang begitu, dirinya akan mati...
"Kemarilah. Ikut aku."
Bai Suzhen mengangkat wajah, tidak sadar kalau beban pikiran itu sudah membuat kepalanya semakin menunduk ke bawah. Di depan, Xianlong dengan pakaian putih kebiruannya sudah berjalan beberapa langkah. Melewati lorong yang berlawanan dengan lorong mulut gua di depan. Di belakang Pohon Mata Peri yang bercahaya biru ungu, ekor jubah Xianlong menyapu lantai gua yang berbatu. Para peri melayang pelan mengikut pria itu dari belakang.
Kaki Bai Suzhen refleks mengikuti. Mereka berjalan melewati lorong panjang yang gelap. Sudut-sudutnya diterangi jamur liar yang bercahaya beragam warna dengan serbuk-serbuk debu yang berkilau di sekitarnya. Bai Suzhen terus mengikuti Xianlong sampai mereka mencapai bibir gua.
Di sekitar mulut gua, beragam rumput liar dengan akar-akar pohon di samping gua meliuk-liuk dan saling menumpuk di tanah. Jalan setapak kecil membelah kerumunan rumput liar dengan bunga-bunga mekar berwarna ungu. Di sekitar bunga itu ada beberapa kupu-kupu kecil bersinar seperti kunang-kunang. Langit malam di atas kepala mereka cerah. Di kejauhan, bulan menggantung megah. Dengan sinar kebiruan dan berkas cahaya putih menyebar luas di sekitar hutan.
Sesekali, angin mengembus pelan. Membawa bunyi kepakan sayap kupu-kupu bergetar di tengah malam.
"Ini tempat apa?" tanya Bai Suzhen masih mengikuti Xianlong di belakangnya.
"Hutan Keping Sihir. Di hutan ini banyak tanaman dan binatang ajaib yang berkhasiat."
"Buat apa kau membawaku ke sini?"
Ketika Bai Suzhen mengatakan itu, mereka tiba di depan sebuah kolam luas dengan permukaan air yang tenang seperti kaca. Tak jauh dari jalan setapak yang tadi, di tengah hutan yang temaram, dikelilingi oleh cahaya biru, hijau dan ungu dari jamur-jamur liar yang tumbuh di sekitar hutan, Bai Suzhen bisa melihat pinggiran kolam yang hanya dipisahkan batu-batu kecil. Tanahnya sedikit basah oleh air. Bai Suzhen melongok ke kolam itu.
"Kau bilang kau tidak akan mengkhianati gurumu, dan berkehendak membunuh Dewa Shanqi. Tapi kau juga tidak mau Pusaka Iblismu direbut olehnya. Bukankah itu sama saja dengan melawan kehendak Gurumu?"
Bai Suzhen terdiam. Sepanjang jalan tadi, selain terpukau dengan pemandangan di sekitar hutan, ia sebenarnya memikirkan hal ini.
Xianlong menelengkan kepalanya, "kau takut mati?"
Bai Suzhen mendelik. "Aku tidak takut mati!"
"Kalau begitu, serahkan saja Pusaka Iblis itu pada Mo Lushe dan biarkan dia menguasai kekuatan itu. Dengan ini, kau juga tidak dianggap membelot darinya, bukan?"
Memang semudah itu masalahnya selesai. Tapi hati kecil Bai Suzhen seketika tersendat.
Setelah apa yang terjadi hari ini, setelah ia jatuh dari Tanah Iblis dan mendarat di Tanah Bening, sebagian dirinya sulit menolak rasa penasaran yang lama-kelamaan memenuhi hatinya. Selama ini Bai Suzhen tinggal di Tanah Iblis, tidak pernah sekalipun melihat dunia luar. Bohong jika ia tidak terpukau dengan keindahan dan kecantikan Tanah Cahaya. Namun selebihnya itu hanya perasaan samar-samar yang menyangkut dalam hatinya.
Terlebih, ia masih ingin bertanya lebih kenapa gurunya membuat takdir hidupnya jadi seperti ini. Keputusan sang guru untuk mengambil pusakanya secara sepihak dengan dalih dirinya membelot tetap bukan tentang kebenaran. Sejak awal Bai Suzhen tahu itu, namun ia hanya tidak menerima kenyataannya dan berusaha melepaskan diri dari tuduhan 'pengkhianatan' dan berusaha membunuh Dewa Shanqi dengan tangannya sendiri. Padahal semua orang tahu kalau itu mustahil.
"Apakah benar kalau dua energi yang berlawanan dijadikan satu maka kekuasaan bisa diraih dalam sekejap oleh seseorang?" tanya Bai Suzhen pelan.
"Hmm... tergantung. Secara harfiah, cahaya dan kegelapan adalah energi yang berlawanan. Namun jika ada makhluk yang bisa mengendalikan kedua energi sekaligus, maka ia orang hebat. Dikategorikan sebagai makhluk kuat," jelas Xianlong.
"Kalau begitu, masuk jenis apa orang itu? Iblis? Dewa?"
"Tidak keduanya," kata Xianlong menggeleng, "ia adalah sosok penetral."
Kening Bai Suzhen mengernyit. "Apa itu?"
Xianlong mengayunkan tangan, mengajak Bai Suzhen mendekati kolam. Permukaannya yang tenang nampak seperti kaca. Bulan dan beragam jamur-jamur yang bersinar memantul dari atasnya. Lalu dengan ayunan pelan, Xianlong mengangkat tangan. Seberkas sinar kebiruan melayang di udara. Berkas-berkas debu dari sinar itu jatuh ke atas kolam.
Air kolam yang tenang merespons. Bayangan hitam yang tadi memenuhi permukaannya, kini berangsur-angsur berubah menjadi sebuah kilasan peristiwa. Bai Suzhen tertegun melihatnya. Kolam ini seperti Cermin Masa Lalu milik Mo Lushe di Istana Hei.
"Dahulu kala, Tanah Suci di dunia ini hanya ada dua. Kutub Bulan dan Gurun Matahari. Keduanya dikuasai oleh satu dewa suci; Dewi Bulan dan Dewa Matahari. Mereka saling mencintai dan menikah. Meski kedua energi mereka berbeda, tapi banyak roh-roh yang mendukung. Sayangnya, walaupun mereka sama-sama seorang dewa yang kuat, hati mereka tetap lemah. Terkadang, rasa takut memenuhi hubungan keduanya. Takut salah satu dari mereka mati, takut cinta mereka dilenyapkan oleh langit, dan sebagainya. Tanpa sadar, rasa takut kedua dewa itu membentuk energi samar yang memenuhi langit. Energi-energi samar yang lahir dari rasa takut itu adalah bentuk dari iblis.
"Semakin kuat rasa takut mereka, semakin besar kekuatan Iblis. Dengan munculnya Iblis, energi samar yang tadinya hanya seberkas bayangan, ternyata memiliki inti kekuatan yang terhubung langsung dengan kedua dewa. Dewi Bulan mengetahui hal ini, ia menurunkan kekuatannya untuk memusnahkan para iblis, namun jiwa-jiwa yang kalah dalam perang terbuang dan berubah menjadi manusia di dunia mortal. Sementara Dewa Matahari mengangkat cahaya besar untuk menutup kekuatan iblis dan menyegel mereka di Tanah Iblis.
"Peperangan antar Iblis dan para manusia yang tercipta dari bekas-bekas jiwa para roh yang jatuh ke dunia mortal membuat langit kacau. Dewa Matahari yang kuat memisahkan dunia mortal dan dunia immortal menggunakan langit. Walaupun Tanah Iblis disegel, tapi iblis tetap memiliki inti kekuatan sendiri yang bisa bertumbuh. Para dewa suci pun memisahkan dunia menjadi 4 lapis langit yang kita kenal sekarang.
"Lapis Langit Suci, Langit Immortal, Langit Giok dan Dunia Mortal. Dewa Matahari mengangkat manusia-manusia dan roh menjadi pengikutnya di Tanah Cahaya. Menjadi pasukan Tanah Cahaya yang pertama. Sementara Dewi Bulan mengumpulkan roh-roh lain untuk diajarkan kekuatan spiritual. Ibaratnya, Dewa Matahari adalah bagian pertahanan luar, Dewi Bulan adalah pertahanan dalam. Mereka tidak bisa menghancurkan inti iblis karena rasa ketakutan kedua dewa itu lambat-laun malah semakin besar.
"Sadar dengan hal alami itu, kedua dewa pun paham kalau dunia ini akan berjalan seiring kehidupannya bertumbuh dan sekecil apapun rasa takut, ia akan selalu ada. Dan saat itu, Dewi Bulan berkultivasi lama untuk menurunkan kekuatan khusus yang ia ambil dari darahnya yang suci dan dicampur dengan energi rasa takutnya. Kedua pencampuran energi itu yang nantinya membentuk sosok penetral."
Seiring Xianlong bicara, gambaran kilasan di atas permukaan kolam berubah-ubah. Mata Bai Suzhen terpaku, ia melihat seorang Dewi Bulan yang memiliki mata sendu dan senyum lembut. Rambutnya hitam dan berkilau seperti sinar bulan yang magis. Kulitnya putih, mengenakan sutra perak dengan selendang dan pita-pita menggantung di sekitar tubuhnya. Sementara Dewa Matahari memiliki wajah keras namun tetap dengan mata yang lembut. Kulitnya sedikit coklat, namun auranya kuat. Ia bersinar seperti sebongkah emas.
"Ini... apa maksudnya?" tanya Bai Suzhen tertegun.
Xianlong menoleh dan tersenyum samar, "ini adalah Kisah Iblis Setengah Dewa. Kisah ini adalah awal mula sosok penetral tercipta. Dan kisah ini diciptakan langsung oleh Dewi Bulan."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
FantasyCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...