Tiba-tiba hujan turun. Xuxian pamit untuk pulang lebih dulu ke pondok sederhana yang ia punya di pinggir kota. Ia sengaja tidak mau pulang ke Kuil Giok dulu karena khawatir dirinya malah tertekan karena kultivasinya selalu terhambat. Di tengah jalan, Xuxian memegang payung berwarna hijau yang selalu ia bawa ke mana-mana. Payung itu adalah pusaka sekaligus senjata andalannya. Tapi tetap saja, sebuah payung, fungsi utamanya untuk menangkal air. Xuxian pun membuka payung itu dan menjaga dirinya tetap kering.
Ia pergi melintasi jalanan yang mulai basah oleh air hujan. Angin menderu sedikit dingin. Udara di sekitar Kota Selatan selalu terasa lebih dingin. Hujan malah semakin membuatnya terasa lebih buruk. Untungnya jubah hijau yang tadi Yan Liang lepaskan tetap ia simpan. Cukup untuk membuat dirinya hangat selagi berjalan menerjang hujan.
Ketika melintasi jembatan batu setengah melengkung di atas sungai di samping pasar, langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita berpakaian serba putih duduk bersandar dan memeluk lutut menepi ke dinding jembatan. Rambut wanita itu panjang dan berkilau terkena air hujan. Bajunya menempel lekat di tubuh. Ia sudah basah kuyup tapi tidak terlihat ingin menghindari hujan.
Dengan keragu-raguannya, Xuxian melangkah pelan dan mendekat. Wanita itu tidak merespons apapun. Tatapannya kosong, tapi rahangnya bergemeletuk kedinginan. Wajahnya pucat tapi matanya indah.
"Nona... apa kau baik-baik saja?"
Wanita itu tidak menjawab. Untuk beberapa saat, Xuxian setengah ragu untuk mendekat lagi. Tapi ia tidak berniat meninggalkannya basah kuyup sendirian di sini. Rintik hujan membentur permukaan payung. Membuat suara Xuxian sedikit tenggelam oleh rinai hujan. Ia mengulurkan tangan dan dengan satu jari, menyentuh tangan wanita itu.
Segera, wanita itu meliriknya dengan wajah terkejut.
"Nona..."
"Kenapa ada air di mana-mana?"
Pertanyaan itu membuat kening Xuxian mengerut. Ia menatap wanita itu beberapa saat, tapi sorot mata penuh tanyanya membuat Xuxian merasa wanita itu cukup serius.
"Apa maksudmu?" tanya Xuxian. Ia masih berjongkok di bawah payung, menatap wanita aneh itu.
"Ini... di dunia ini... sebetulnya apa yang terjadi?"
Xuxian hanya menghela napas. Mungkin dia wanita banyak pikiran atau sedang terkena musibah.
"Ini hanya hujan. Jangan takut. Kau akan baik-baik saja. Tapi sebaiknya kau meneduh. Jangan biarkan dirimu nanti sakit."
"Sakit... aku tidak akan sakit. Aku tidak bisa sakit."
Xuxian terdiam, menatap wanita itu sedikit curiga. Tapi karena hujan masih deras, ia tidak ingin mengambil pusing. Udara juga semakin dingin. Ia hanya ingin istirahat supaya besok bisa kembali memulai kultivasi.
"Baiklah. Sudah cukup. Ayo bangun." Xuxian bangkit berdiri. Ia mengulurkan satu tangan sementara wanita itu menatap tangannya bingung.
"Lihat apa? Ayo bangun. Jangan duduk sampai basah kuyup di sini. Tidak baik untukmu."
Wanita itu mendongak. Matanya yang indah dibingkai alis dan bulu mata yang basah membuat sebagian permukaan kulitnya yang sebening es dan semulus giok memberi kesan cantik yang luar biasa. Meskipun parasnya dapat membuat orang tergila-gila, Xuxian tidak memedulikan itu sama sekali. Ia hanya takut wanita itu nanti malah diculik atau mendapat musibah lain.
"Tidak baik..." gumam wanita itu. Lalu ia mengulurkan tangan dan dengan lembut, Xuxian menariknya bangun. Tak sengaja, ketika menarik wanita itu, tubuhnya tersentak dan membuat mereka berdiri saling berhadapan dalam jarak dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
FantasyCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...