Chapter 39 : Salah Kira

7 2 0
                                    

"Bibi, yang Yanliang inginkan bukanlah menikah denganku. Tapi dengan Qinfeng," kata Xuxian menengahi pertengkaran ibu dan anak itu. Di kursi walikota, pria yang tadi memijat keningnya seketika mengangkat wajah heran.

Yan Liang mendecakkan lidah, sementara Bai Suzhen memperhatikan keduanya takjub.

Jadi wanita ini berselingkuh? Tapi kenapa Xuxian menyelamatkannya?

"Qinfeng anak dari sarjana miskin itu?! Yang benar saja, Yanliang? Kau ini putri dari Walikota Kota Selatan. Jangan pilih sembarang orang untuk kau nikahi apalagi di saat saingannya adalah Xiao Pan dari keluarga kaya!" seru Nyonya Yan makin keras dengan mata melotot dan urat di sekitar lehernya. Suasana semakin panas dan tegang. Yanliang berdiri dari tempatnya dan menatap ibunya tak gentar.

"Kalau yang ibu pikirkan hanya uang, maka jangan jadikan aku alat untuk menguras uangmu! Aku muak dengan semua ini dan aku akan pergi dari sini!" jerit Yanliang makin keras kepala. Para pengawal di sekitar aula nampak cemas, tapi mereka tetap diam saja. Xuxian bangkit berdiri, menahan Nyonya Yan yang sudah membuka mulut.

"Bibi, aku tahu tujuan kalian menikahkan Yanliang adalah demi masa depannya. Yanliang memang sedikit naif, tapi kurasa tidak bijaksana jika kau memaksakan pernikahannya jika kedua dari mereka tidak saling mencintai," ujarnya tenang. Memberi kesempatan Yan Zhong untuk menarik napas seolah mendapat dukungan. Bai Suzhen merasa kalau walikota itu terlihat takut untuk menyela istrinya bicara.

"Benar. Setidaknya kita punya Pangeran Langit di sini. Kurasa dia cukup bijak untuk menilai permasalahan ini," sambung Walikota Yan Zhong. Istrinya melotot ke arah Yan Zhong.

"Kau akan kehilangan pertanian dan perkebunan di Hutan Shumei jika kau mendukungnya, Yan Zhong!" gerutu Nyonya Yan dengan bibir mematut dan mata melotot penuh ancaman. Tapi Yan Liang terlihat lebih tidak peduli lagi dan terus menahan napasnya. Xuxian memandangi wanita itu sejenak, tampangnya khawatir, tapi Bai Suzhen tidak bisa memahami kondisi aslinya seperti apa.

"Chang'er, aku tahu kau begitu memikirkan kondisi Kota Selatan yang begitu dingin dan selalu sarat akan pertanian. Kita memang masih harus ekspor bahan baku pangan, tapi jangan lihat dari satu sisi saja. Putrimu sendiri yang kau korbankan. Aku tidak ingin ikut campur urusan ini, tapi daripada meminta bantuan pada Keluarga Xiao, aku masih bisa mencari cara lain untuk mendapat sumber daya tanah yang lebih baik selain di Hutan Shumei," ujar Yan Zhong lembut tanpa penekanan.

Nyonya Yan mendengus, ia melirik ke arah putrinya dan Xuxian. Lalu tatapannya melunak dan ia menghela napas pelan sambil duduk di kursinya.

"Terserah padamu. Tapi Yanliang, sampai kapanpun, aku tidak mau merestuimu dengan Qinfeng, kecuali dia bisa memberiku satu hektar tanah subur seperti Keluarga Xiao. Maka aku tidak akan meragukannya lagi," kata Nyonya Yan ketus. Yan Liang mendecih, ia melengos ke belakang lalu melangkah keluar dari aula tanpa menghiraukan Xuxian. Sementara di sebelahnya, Bai Suzhen masih memandang heran dengan tangan terikat. Xuxian melihat itu dan ia langsung tersadar dan memberi hormat pada Yan Zhong.

"Tuan Yan, kurasa masalah ini sudah selesai dan pernikahan tidak akan dilanjutkan lagi, bukan?" tanya Xuxian.

Nyonya Yan sedikit mendecakkan lidah. "Aku tidak percaya kau benar-benar membantu putriku yang sangat tidak tahu diri itu. Benar-benar keterlaluan..."

Xuxian membungkuk dan menangkupkan kedua tangan. "Aku mohon maaf untuk yang satu itu. Mungkin aku terlalu percaya pada Yanliang bahwa ia bisa mendapatkan kebahagiaannya asal bersama orang yang ia cintai. Bukan hanya karena hartanya. Daripada uang, kurasa Qinfeng juga pasti memiliki sesuatu yang spesial di hati Yanliang. Harap Nyonya Yan mempertimbangkan kebahagiaan Yanliang."

"Kalau bukan Pangeran Langit, aku sudah tidak mendengarkanmu. Sudahlah, aku juga menyerah. Selain rugi uang, aku hanya mendapat malu yang lebih besar terhadap semua tamu undangan dan keluarga Xiao. Mereka masih di Restoran Chumao di tengah kota, tidak mengetahui hal ini. Sebaiknya aku bersiap menanggung semuanya," ujar Nyonya Yan sedikit sedih tapi Yan Zhong tersenyum samar.

"Istriku, kali ini serahkan saja padaku. Aku yakin mereka bisa memaklumi kondisinya. Pangeran Langit, terima kasih atas bantuanmu." Yan Zhong bangkit dan mengatupkan kedua tangan, memberi hormat. Xuxian tersenyum, membalas.

"Kalau begitu, bisa lepaskan temanku juga?"

Teman?

Bai Suzhen menatap Xuxian yang meliriknya dengan senyum kecil lalu beralih ke arah Yan Zhong.

"Pengawal, tolong lepaskan nona ini."

Seorang pengawal datang dan melepaskan kunci dari pelontar yang mengunci kedua tangan Bai Suzhen ke belakang punggung. Setelah lepas, tanpa dugaan siapapun, tangan Bai Suzhen langsung meninju pengawal yang berseragam sama dengan pria yang tadi mengikatnya. Nyonya Yan, Yan Zhong dan Xuxian sama-sama melongo.

"Ini untuk bayaran kau menangkapku," kata Bai Suzhen acuh tak acuh. Ia berbalik ke arah Yan Zhong, menatapnya yang membulatkan mata lalu ke arah Xuxian yang mengerjap takjub. Lalu tanpa mengatakan apapun ia berbalik keluar dari aula.

Di belakangnya, Xuxian nampak mengucapkan kalimat pamit pada Yan Zhong. Sementara Bai Suzhen menghentikan langkah di depan teras aula Istana Walikota Kota Tengah yang megah. Tak jauh dari belakangnya, Xuxian berseru.

"Xiao Bai!"

Di sekitar bangunan terdapat pekarangan luas dengan kolam bunga-bunga yang cantik. Tapi cuaca di sini memang terasa lebih dingin dan sering ada udara yang berembus. Bai Suzhen seketika teringat ketika dirinya bisa mengeluarkan energi cahaya dari tangannya bersamaan dengan energi iblis. Ia meratapi tangannya, mengabaikan Xuxian yang kini sudah berdiri di sampingnya, menatap heran.

"Xiao Bai?"

Bai Suzhen terkejut, ia tersadar lalu menoleh. "Maaf, tapi aku harus pergi. Bisakah kau arahkan jalannya?"

Kening Xuxian nampak mengerut. Di sekitar taman tidak ada pengawal, tapi Bai Suzhen merasa dirinya perlu cepat-cepat mengetahui informasi mengenai dunia immortal. Tapi bagaimana caranya?

"Kau mau ke mana?"

Untuk sesaat, Bai Suzhen tidak bisa mengatakan apapun. Sebelum ia memberitahu dirinya yang sebenarnya, ia perlu tahu keadaan di sekitar dunia mortal. Berita soal jantung Pusaka Iblisnya yang tercabut seharusnya tersebar, bukan? Dia iblis yang cukup terkenal dan ditakuti orang-orang lemah seperti di dunia mortal ini.

Mata Bai Suzhen terarah ke payung yang digenggam Xuxian.

"Kenapa kau selalu membawa payung itu ke mana-mana?" tanya Bai Suzhen mengalihkan pembicaraan.

Xuxian mengacungkan payungnya lalu memainkannya di tangan sambil diputar-putar dengan penuh gaya. "Ini? Ini senjataku. Omong-omong, aku tidak pernah melihat ilmu bela dirimu di mana pun. Kau dari perguruan mana? Sekte Heimao? Sekte Tianzhao? Pergerakkan kakimu selincah angin, itu keren."

Bai Suzhen sama sekali tidak merasa bangga dipuji begitu. Ia masih penasaran dengan payung Xuxian.

"Bagaimana cara kerjanya?" tanya Bai Suzhen menghiraukan Xuxian.

Xuxian menimbang-nimbang menjawab. Sambil memainkan payung, ia menawar, "aku akan menunjukkan padamu asal kau memberitahuku di mana kau mempelajari ilmu bela diri tadi."

"Aku tidak belajar darimana pun. Aku bisa dari lahir."

Pemuda itu tercengang lalu tergelak geli. "Yang benar saja? Memangnya kau apa? Dewa Shanqi? Ratu Mo Lushe."

Ketika mengatakan itu, napas Bai Suzhen tersekat. Ia kehilangan kendali emosinya lalu berbalik tanpa menjawab. Xuxian berhenti tertawa dan memandangi wanita itu kini melangkah hening meninggalkannya.

Ada sesuatu yang aneh, pikir Xuxian. Ada sesuatu yang tidak asing. Tapi apa?

***

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang