Bai Suzhen terus melangkah tanpa menghiraukan Xuxian yang mengikutinya dari belakang. Sambil menenteng payung berwarna hijau yang selalu ia bawa itu, Bai Suzhen membelah keramaian pasar sambil sesekali mencium aroma yang begitu harum.
"Xiao Bai, tunggu!"
Bai Suzhen berhenti di depan sebuah gerobak penjual sate daging kelinci. Aromanya begitu harum dan membuat perut Bai Suzhen seketika keroncongan. Ia tidak tahu reaksi apa yang membuatnya begitu menginginkan sate yang kini dibakar di atas arang api hingga asapnya mengepul dan begitu menggiurkan. Tapi perasaan ini mengingatkannya setiap kali ia menyerap energi kekosongan di dalam jantungnya. Rasanya begitu lapar dan mendamba.
"Silakan Nona..." sahut seorang pria yang memakai topi di balik gerobak. Melihat Bai Suzhen berhenti di depan gerobaknya untuk waktu yang lama dan hanya meratapi sate yang dihidangkan di atas piring membuat si penjual paham pembelinya sendiri.
Bai Suzhen pun tidak sungkan, ia langsung mengambil satu tangkai dan menjilat daging kelinci beberapa saat sebelum menggigitnya. Mengunyah sambil berpikir. Kenapa reaksi lapar orang-orang di dunia mortal begitu nikmat? Ada beragam rasa di dalam mulutku, sangat menarik.
Merasa cukup mengunyah dua tangkai, Bai Suzhen pun mengucapkan terima kasih. Ia berbalik dan hendak pergi, tapi si penjual sate tentu saja berseru menghentikannya.
"Eh nona! Kau belum membayar..."
"Membayar?" Bai Suzhen mengernyit. Ia heran bayaran apa yang dimaksud.
Si penjual mendengkus. "Aduh, kau ini linglung, ya? Satu tangkai sate seharga lima koin perak. Cepat berikan uangnya."
Uang?
"Dia bersamaku, bos!" Xuxian muncul setelah sekian lama terhambat oleh beberapa orang yang berkerumun di belakangnya. Bai Suzhen melirik Xuxian sambil menyipitkan mata. Di belakang pemuda itu ada banyak anak-anak, wanita paruh baya dan beberapa pria sedang berkerumun seolah berseru-seru memanggilnya Pangeran Mahkota. Kemudian Bai Suzhen teringat sebutan 'Pangeran Langit' yang Yan Zhong ucapkan.
Setelah Xuxian menyerahkan dua koin emas ke penjual, ia membawa dua bungkus berisi sepuluh sate lagi lalu menyerahkannya pada anak-anak di belakangnya. Mereka semua kegirangan dan gembira. Xuxian tersenyum lebar dan tanpa mengeluh meladeni semua ucapan pria dan wanita yang terus berterima kasih padanya.
Sambil memegang payung, Xuxian kemudian menarik Bai Suzhen. "Kita harus pergi sekarang. Ayo!"
Ternyata sate pemberiannya itu sekedar pengalihan saja supaya Xuxian bisa kabur dari keramaian. Tangan kiri Xuxian meraih pinggang Bai Suzhen yang terkejut. Ia tadinya hendak mencengkeram balik dan melepaskan diri, tapi ia terkejut ketika Xuxian membawanya terbang menaiki atap-atap kediaman, ia merasa terpaku dengan jiwanya yang terasa begitu ringan.
Di belakang, keramaian berseru-seru. Para warga mengucapkan terima kasih. Seketika Bai Suzhen terpaku dan membiarkan dirinya ikut terbang dipelukan Xuxian.
Satu hal lagi, ilmu ringan tubuhnya masih belum pulih. Ia hanya bisa menyerahkan tenaganya di tangan Xuxian. Mereka melintasi dua blok pemukiman lima menit menuju pasar kecil di tengah pemukiman. Dengan hati-hati, Xuxian menurunkan Bai Suzhen sementara payungnya menempa tanah.
Bai Suzhen memperhatikan keadaan sejenak sebelum ia beralih ke arah Xuxian yang masih memandanginya heran.
"Kau jelas-jelas bukan dari tempat ini," kata Xuxian menyampirkan payungnya ke bahu. Ketika pegangan payungnya menghadap Bai Suzhen, ada sebuah simbol berbentuk U dengan tengahnya diberi titik dan garis-garis meliuk di sebelah kirinya. Ingatan Bai Suzhen mengerjap pada pendeta yang menyerangnya di Tanah Cahaya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Between the White Snake and the Prince
FantasiCompleted. [Retelling Chinese Mythology] Bai Suzhen, siluman ular putih yang cantik harus mendapatkan kembali kepercayaan gurunya-Mo Lushe dan membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengkhianati Tanah Iblis. Gara-gara energi cahaya yang tidak sengaja...