Take a rest for a while

153 24 3
                                    

Aku menghirup napas dalam, merasakan bagaimana udara itu memenuhi paru-paruku. Tanganku mencengkram kuat kedua pahaku, berusaha untuk menahan napas hingga menyesakkan dada. Bernapas terasa sangat sakit sekarang, apalagi bila memori beberapa hari yang lalu terus berputar di kepalaku. Rasanya aku mau mati.

"Jujur aku tidak kuat menemanimu lagi."

"Maaf, aku pikir aku butuh jarak darimu."

"Seulgi..."

Bulir-bulir air mata memenuhi kelopak mataku, hingga mataku terasa berat. Ketika aku berkedip, bulir-bulir air mata itu jatuh mengenai pangkuanku.

"Kenapa bisa jadi begini..."

Hiruk pikuk Seoul mulai menghilang ketika kami melintasi jalan tol. Supir yang diutus Seulgi untuk mengantarku menyetir dalam diam. Sepertinya pria itu mengerti bahwa aku tidak ingin mengobrol sedikit pun. Di dalam mobil hanya terdengar suara radio yang menyetel sembarang lagu.

Tidak kuat lagi menahan napas, akhirnya aku menghembuskan napas dengan kasar. Lagi-lagi aku mengalihkan pandanganku keluar, hingga sebuah notifikasi ponsel membuyarkan lamunanku.

Unnie, aku akan bicara dengan Seulgi-Unnie.

Si bodoh itu, aku akan memukulnya karena membuatmu menangis.

- Yerim

Melihat pesan itu, aku hanya bisa tersenyum. Ketika aku mengecek lebih dalam lagi, ternyata Sooyoung juga mengirimiku pesan.

Unnie, apa kau baik-baik saja?

Maaf, aku tidak bisa membantumu sebelumnya, Unnie. Aku mendengar apa yang terjadi dari Seungwan Unnie.

Aku akan mencoba bicara pada Seulgi Unnie.

Kabari aku bila kau sudah sampai di Daegu.

- Sooyoung

Pesan dari Sooyoung membuatku menaikkan alisku terkejut. Tak ku sangka Sooyoung yang jahil dan suka bercanda bisa bijak dan serius seperti ini. Aku membalas pesan kedua adikku tersebut dan meyakinkan pada mereka bahwa aku baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Aku kembali mengecek pesan yang lainnya, Seungwan juga mengirimiku pesan, begitu juga dengan kedua orang tuaku dan adikku yang bilang hati-hati di perjalanan ke Daegu. Beberapa pesan lainnya dari sesama teman-teman Idol yang menanyakan kabarku dan memberikan doa agar aku cepat pulih dan kembali lagi di dunia hiburan. Butuh waktu beberapa menit untuk membalas semua pesan tersebut, karena jujur aku bukan orang yang hobi untuk berkirim pesan.

Aku menscroll hingga pesan terakhir sebelum menghela napas pelan. Tidak ada pesan dari Seulgi. Gadis itu tidak menyampaikan apapun selain ucapan hati-hati di perjalanan sebelum kami berpisah. Karena lelah, aku menutup ponselku dan menyandarkan kepalaku pada sandaran. Perlahan, kelopak mataku terasa berat, hingga lambat laun aku pun tertidur.

***

"Apa yang kau pikirkan, Seulgi Unnie?"

Aku memejamkan kedua mataku dengan lelah. Suara amarah Yerim di siang bolong membuatku sakit kepala. Andai saja aku bisa menggunakan remote untuk mengecilkan volume suaranya, mungkin itu bisa mengurangi bebanku saat ini.

"Kali ini aku melakukan apa lagi?" Tanyaku dengan lelah.

Yerim membulatkan matanya. "Kau masih bisa bertanya?"

"Yerim, kau pikir aku cenayang? Mana bisa aku mengetahui apa yang kau pikirkan jika kau tidak menjelaskannya padaku."

Gadis bertubuh mungil itu menghela napasnya pelan. "Aku sudah tahu apa yang terjadi dengan kalian berdua dari Seungwan Unnie. Seulgi Unnie, apa kau sudah gila?"

It has been a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang