Chapter 19 (Flashback)

135 17 1
                                    


She reminded me of dusk and the inevitable fading of all beautiful things.

Atticus, 142.

.

Warning : Mature Content. Be wise, we warn you.

Flashback, tahun ketujuh.

"Apa yang kau lakukan berpelukan dengan Potter seperti itu?"

"Malfoy! Berhentilah mengagetiku seperti itu!" Hermione ternegah-engah dan berteriak ke arah Draco yang membuatnya melompat terkejut.

Draco masih bersandar di pintu kamar Hermione, bersedekap sambil cemberut tidak suka "Jadi kenapa? Bukankah Potter milik Weselette?"

"Apa masalahmu?"

Draco mendekati Hermione dan memojokkannya "Tentu saja itu menjadi masalah. Apa kau selalu semesra itu dengan teman lelakimu? Setelah Weasley sekarang Potter, eh?"

Hermione mengernyitkan keningnya dan mendengus kesal. "Kau gila? Harry adalah sahabatku. Dia bertunangan dengan Ginny!"

"Aku tidak suka kau memeluk temanmu sedekat itu Granger!" Draco semakin mendekati Hermione dan memojokkannya ke arah tembok, menguncinya dengan kedua tangan di sisi wajah Hermione.

"Kenapa kau tidak suka?" Suara Hermione pecah. Jarak yang begitu dekat membuat Hermione gugup. Draco semakin mendekatkan wajahnya ke arah pipi Hermione yang memerah.

"Apa yang kau lakukan Malfoy!" Hermione mencoba mendorong dada Draco yang sekeras papan.

Draco hanya menyeringai "Kenapa? Bukankah setiap malam kau tidur di pelukanku?"

"Lalu mengapa? Bukankah kau juga menginginkannya?" Ketus Hermione, ia tak lagi berani menatap abu-abu yang tengah menyorotnya dengan tajam.

"Tentu saja Granger, itulah mengapa aku tidak menyukai kau memeluk Potter atau Weasley atau siapapun!"

Draco bernapas dan berbisik di tengkuk Hermione, tangannya meraih kuncir Hermione dan melepasnya. Membiarkan ikal itu terjatuh indah "Sudah kubilang, jangan pernah menguncir tinggi rambutmu seperti ini,"

"Memangnya kenapa Malfoy, mmphh,"

Draco segera membungkam bibir Hermione dengan ciuman ganas. Hermione yang pada awalnya terkejut kini mulai membuka mulutnya. Membiarkan lidah Draco bermain didalam mulutnya, mengabsen giginya satu persatu. Hermione mencengkeram rambut halus Draco dan balas mencium Draco.

Mereka melepaskan ciuman itu hanya karena masih membutuhkan oksigen. Draco terengah-engah dan menatap Hermione dengan api, Hermione balas menatap abu-abu yang kini tampak menggelap. Jika Draco adalah api, maka Hermione adalah kayu, mereka saling mencium kembali hingga keduanya terbakar.

Draco mengangkat Hermione dan menggendongnya ke arah kasur gadis itu, membaringkannya. Mencium garis dagunya dan menghirup lehernya.

"Nggh, Draco,"

Suara itu bagaikan lantunan irama merdu yang selama ini diimpikan oleh Draco, ia semakin semangat menghirup leher Hermione dan kini berakhir di cerukan lehernya.

Hermione memejamkan matanya dan memainkan rambut Draco yang halus. Ia menyukai bagaimana Draco dengan halus dan sabar menjelajahi tubuhnya inchi demi inchi. Draco tak tergesa-gesa dan sesekali menjauhkan tubuhnya. Menatap tubuh telanjang Hermione. Memainkan payudaranya dan memujanya.

"Jangan berhenti Draco,"

Draco mengerang, ia menyukai bagaimana Hermione mengeja namanya dengan indah. Ia kembali menciumi Hermione yang telanjang dan kembali ke mulutnya. Matanya telah sayu, "Kumohon, lakukan," Erang Hermione.

Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang