Bab 3. Mansion

7K 326 5
                                    

"Ada saatnya dimana rapuh,
Harus terlihat rapi"
-Vazaner Denard-
.
.
.
.
.

Dipagi yg cerah terlihat anak bertubuh kecil yg sedang terduduk dibrankar rumah sakit dengan pipi yg mengembung dan mulut yg mencebik kesal disertai dengan gerutu² kecil, tiada yg paham apa yg dibicarakan oleh anak ini termasuk Xander yg sudah lelah membujuk El karena dari tadi El merengek ingin pulang karena sudah muak berada dirumah sakit bau obat²tan ini dan Xander yg mulai overprotektif terhadap El pun tidak menyetujui pendapat El hingga jadilah El ngambek pada Xander.

"Pokoknya El mau pulang! koma nggak pakai titik!" Kesal El

"Haaa... pakai titik nggak pakai koma" ucap Xander membenarkan ucapan El dari tadi anak ini selalu salah pengucapan kalau bukan salah yah kebalik balik Xander mulai lelah dan bingung, El itu umur berapa sih? tapi dia tidak berani bertanya seperti itu pada El yg ada nanti El tambah mengamuk lagi.
Lagipula El tambah mengemaskan dengan ucapan yg salah² itu.

(Bucin emang) author'

"TERSERAH EL!" Teriak El pada Xander karena merasa jengah mendengar Xander terus²an memperbaiki perkataannya padahal kan El merasa pengucapannya nggak ada yg salah, emang sejak kapan diubah?

"Ok, kita pulang" putus Xander

"Yeyyyyy!!!!"




Didalam mobil

"Tidurlah baby El, Daddy akan membangunkan mu nanti saat kita sudah sampai" Xander sedang memangku El dengan gaya koala serta kepala El yg bersandar di dada bidang Xander. dengan sedikit menimang nimang tubuh El kekanan dan kekiri hingga Anak itu tertidur karena perjalanan rumah sakit kemansion masih 2 jam lagi tapi anak itu tak kunjung tertidur padahal matanya sudah terlihat mengantuk.

"Gak mau, El nggak ngantuk"
Bohong kalau El bilang nggak ngantuk karena jujurly dipangkuan Xander itu nyaman banget bikin dia pengen tidur tapi gengsi.

"Lihat mata mu mulai memerah"
Xander terus membujuk El dengan nada yg lemah lembut, pasti yg mendengar nya akan kaget tidak percaya termasuk Jeva yg sedang menyetir karena selama ia berkerja dikeluarga DENARD Xander tak pernah menggunakan nada yg seperti itu, kepada kedua anaknya saja jarang sekali.

"Gak mau, hiks, jangan paksa El"
Rengek El disertai isakan kecil.

"Cup cup jangan nangis"
"Jeva apakah kau sudah membeli apa yg kuminta?"

"Sudah tuan"jawab Jeva dengan mata yg tetap fokus menyetir.

(Pengucapan "boss" ku ubah menjadi "tuan") author'

"Berikan kepada ku" ucap Xander dengan tangan yg terulur meminta.

"Ini tuan"
Jeva memberikan botol DOT yg berisi susu kepada Xander.

"Sayangnya Daddy, yuk minum susunya dulu" bujuk Xander

"Gak mau di botol itu, El bukan anak kecil lagi" tolak El dengan sedikit mendorong botol susu tersebut.

"Siapa bilang El bukan anak kecil hm?"
Tanya Xander dengan mencoba memasukkan silikon buatan itu ke mulut El
Dan El yg sudah kelewat kantuk itu menerima² saja.
El menyesap silikon buatan itu dengan rakus dan dengan tangan yg memegang salah satu jari Xander yg sedang memegang botol dot susu itu.

"Pelan² saja baby nanti kesedak"
Peringat Xander dengan satu tangannya yg bebas mengelus punggung El.

Dimansion

Mobil xander telah tiba dimansion yg terlihat sangat mewah itu.

Jeva membukakan pintu mobil untuk Xander, Xander keluar dengan mengendong El yg sedang tidur dan berjalan masuk kedalam mansion.

"SELAMAT DATANG TUAN!" Jawab serempak bodyguard dan maid yg malah membuat si kecil terusik sontak Xander menantap seluruh bodyguard dan maid itu dengan tatapan tajamnya karena telah berani mengusik tidur baby nya.

"Cup cup, gak pa pa sayang bobo lagi ya" dengan sedikit mengayunkan tubuh El kekanan kekiri agar El kembali terlelap.
Sontak membuat Xander menjadi pusat perhatian bodyguard dan maidnya dengan tatapan yg bertanya² siapa sosok mungil digendongan seorang Xander.

"Siapa dia dad?"
Suara berat yg berasal dari arah lift mengalihkan tatapan Xander sebentar sebelum menatap sikecil kembali.

"Dia adalah baby El, Ravaniel DENARD" jawab Xander

"Apa!? Dia benaran El? Baby El? Adikku?"
Tanya Vaza dengan wajah yg datar yg bercampur terkejut.
Ya dialah Vaza, VAZANER DENARD anak kedua Xander dan juga Abang kedua El.

"Iya dia adalah baby El, adikmu"
Jawab Xander dengan tatapan tulus nya kepada El dan menekan kata adik mu.

"Biarkan aku melihat wajah adikku" Vaza
Dengan tangan yg sekan ingin mengambil El dari gendongan Xander namun dengan gerakan kilat Xander menghindar.

"Nanti saja, kau tak lihat baby El sedang tertidur? Kau bisa membangunkannya tunggu sampai dia bangun dulu.
Xander

"Cih,yasudah biarkan aku melihat wajahnya saja"

Karena wajah El bersembunyi di dada bidang Xander, Xander pun sedikit menolehkan wajah El yg tersumpal pacfier agar Vaza bisa melihat wajah El.

"Dia lucu dan mengemaskan, aku tak mengira adikku akan seimut ini, aku ingin menggigit pipinya"

Ia kira Revaniel akan sama saja seperti Daddy, dia dan abangnya dingin, tak tersentuh, dan kejam namun El sangat berbeda dan spesial.

"Kau akan membuatnya menangis"

Xander berjalan kearah lift menuju kamarnya untuk menidurkan El meninggalkan Vaza yg berdecih jengkel dengan sikap Daddy nya itu padahal kan dia masih ingin melihat wajah adiknya.

"Cih,tunggu saja kalau baby El sudah bangun, pokoknya dia akan terus bersama ku"
Gerutu Vaza dengan melangkahkan kakinya menuju mobil nya karena dia akan ke mall untuk membelikan mainan untuk adiknya agar bisa ia mainkan bersama.

Kenapa vaza menerima² saja El jadi adiknya?
Karena dia yakin keputusan Daddy nya itu sudah dia putuskan dengan penuh pertimbangan dan tentunya fakta.


Bersambung~

.
.
.
.
.
.

Jangan lupa vote dan komen!!!

Awas typo❗

See you next chapter🌜





Jumat, 1 September 2023




RAVANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang