"Dasar tidak becus!"
BRAK
Tubuh Jeongin terhempas kelantai akibat pukulan pria besar yang tepat mengenai perutnya. Di dapur restoran kecil itu ia diberikan pelajaran oleh bossnya sebab tak sengaja melakukan kesalahan kecil yaitu menumpahkan minuman milik salah satu pelanggan di sana.
"Kelakuan cerobohmu itu bisa membuatku rugi! Kau mengerti?"
Pria bertubuh gemuk itu mengambil salah satu panci penggorengan di wastafel lalu menghantamkannya pada Jeongin berkali-kali sampai kepala pemuda itu terluka dan mengeluarkan darah.
Jeongin hanya bertahan di posisinya, sang boss yang masih dikuasai amarah kemudian menginjak-nginjak tubuhnya dengan tenaga penuh. Sedangkan dua rekan kerjanya yang lain hanya mampu melihat karena mereka takut bila ikut campur maka mereka akan dihajar juga bahkan paling parah dipecat.
"Haishhhh manko!"
Setelah puas menyalurkan kemarahannya, pria itu pun pergi dari area dapur dan kembali duduk di balik meja kasir untuk mencumbu uang-uang kesayangannya. Sedangkan di dapur Jeongin duduk termenung, dua rekannya tak berani mendekat dan mereka melihat bagaimana tatapan Jeongin yang begitu dingin. Lelaki itu bahkan tampak tidak merasakan sakit dari luka dan lebam di tubuhnya. Mereka iba, tapi sikap Jeongin yang seperti inilah yang membuat mereka urung untuk membantunya.
________________________________________________________________________________
Malam itu, suasana kota tampak tenang. Tentu saja karena ini sudah hampir larut malam, Jisung duduk sendirian di kursi yang ada di stasiun kereta bawah tanah jurusannya lagi dan lagi sembari membaca sebuah buku.
Hingga seseorang datang dan duduk di samping dirinya. Dan aneh, dari hela nafas sosok itu saja Jisung sudah bisa menebak siapa orang yang kini ada di sampingnya. "Aku pikir kau tidak ke sini malam ini," bisik Jisung pelan tanpa alihkan perhatiannya dari barisan kalimat yang tersurat rapih dalam lembaran buku berwarna putih kekuningan.
"Tapi aku di sini, sekarang."
Orang itu, Jeongin mebalas perkataan Jisung dengan tatapan yang tertuju pada garis wajah apik milik Jisung. Dibubuhi sedikit senyum di sudut bibirnya yang kembali terluka, ia beralih perhatikan narasi yang Jisung baca. Sampul buku itu bertuliskan cetakan tebal yang berbunyi "TO THE LIGHTHOUSE" karya seorang novelis modernis wanita yang memiliki nama pena Virginia Woolf.
"Ramsay Family.... ya?"
"Kau tau buku ini?"
"Aku pernah membacanya," Jeongin tanpa sadar teringat sedikit kilasan dirinya di masa lalu.
"Kalau begitu, siapa tokoh yang paling kau sukai di dalam buku ini... Eh? Wajahmu kenapa, Je?"
Jisung membulatkan matanya ketika menoleh dan melihat kondisi wajah Jeongin yang tampak dihiasi beberapa luka lebam. "Apa gangster-gangster itu memukuli kau lagi?"
"Ah, aku hanya dapat teguran kecil dari bos-ku. Bukan masalah besar."
"Bukan masalah besar apanya? Lukamu parah..."
Jisung menutup buku bacaannya, kemudian menggasak tas miliknya dan mengambil kotak kecil yang berisikan beberapa obat dan juga plaster kecil bergambar panda, sama seperti yang ia pakaikan pada luka Jeongin beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandare Boy🔞 (JeongSung)
FanfictionKetika si psikopat jatuh cinta. Warn: -Bxb‼️ -Mature‼️ -Gore/Spllater naration‼️ -Violent scene‼️ -Bad Ending‼️ Child? GO AWAY‼️