13

2.7K 278 8
                                    

Alvaro tersentak bangun.

Tangan kirinya mencengkram erat selimut, sementara tangan kanannya sibuk menepuk-nepuk keras kepalanya yang terasa sangat sakit saat bangun.

Nafasnya tidak beraturan, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Pandangan mata Alvaro terlihat kosong. Walaupun kegiatannya untuk memukul kepalanya tidak berhenti sama sekali.

Rasa sakit yang menggema dikepala Alvaro  tidak berhenti sama sekali berapa kali pun kuatnya Alvaro memukul kepalanya.

Melihat ke sisi sebelah kirinya.

Mata Alvaro yang terlihat tidak memiliki cahaya kehidupan.  Langsung dengan sengaja membenturkan kepalanya ke arah tembok.

Brak!!!

Brak!!!

Brak!!!

Berkali-kali Alvaro melakukan Aksinya itu, sampai membuat kepalanya di bagian dahi terlihat merah dan sudah terlihat darah.

Tapi tanpa peduli akan darah yang keluar Alvaro, terus-menerus membenturkan kepalanya ke dinding.

Sampai sebuah tangan berusaha menghentikan Aksi nekat Alvaro itu.

"Bang Gibran!!! Bangun woy!!! Bang!!! Ini Gawat Bang!"Teriak Deon Panik.

Deon terbangun karena mendengar suara berisik di bawah ranjangnya yang berada di tingkat kedua.

Dia awalnya malas untuk melihat apa yang terjadi, tapi karena suara berisik itu tidak kunjung berhenti Deon memilih mengeceknya.

Dan apa yang dilihatnya membuatnya sangat terkejut dan kaget. Alvaro anak itu tengah melakukan Aksi mencelakai dirinya sendiri.

Secara Refleks,

Kedua tangannya Deon gunakan, untuk menahan tubuh Alvaro yang seperti Banteng mengamuk ingin menyakiti tubuhnya sendiri.

Deon berusaha menahan tubuh Alvaro sekuat tenaga. Tapi Deon sadar bahwa Alvaro saat ini tidak bisa ia hentikan.

"GIBRAN!!! Bangunnnnn!"Teriak Deon sekencang-kencang nya mengagetkan seluruh orang-orang di panti yang telah tertidur nyenyak.

Gibran yang mendengar itupun juga langsung terjatuh tidak elitnya.

Dia masih berada dalam keadaan setengah sadar. Melihat ke arah adik kembarnya yang berteriak. Gibran yang awalnya ingin mengomel tentang adiknya yang membangunkannya dengan suara keras segera terpaku ketika Gibran melihat wajah Alvaro yang dipenuhi darah yang mengalir deras.

Dengan panik Gibran pergi keluar mencari pertolongan orang dewasa, setelah mengatakan kepada Deon untuk terus menahan Alvaro yang makin gencar ingin membenturkan kepalanya.

Deon mengangguk.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha menjauhkan Alvaro dari dinding yang sudah di penuhi bercak darah.

"Tenang Alvaro! Tenang!" Bisik Deon berusaha menenangkan Alvaro.

Bagai keajaiban tubuh Alvaro mendadak diam.

Sepertinya dia dapat mendengar suara bisikan Deon yang berusaha menenangkannya.

Wajah Alvaro di penuhi darah.

Alvaro menoleh untuk menatap Deon. Mata Alvaro yang kosong, terlihat berisikan bulir-bulir Air mata yang mengancam akan turun.

Alvaro menatap Deon, tapi Deon tahu bahwa Alvaro tidak menatap dirinya. Alvaro seperti terjebak di sebuah dinding matanya yang begitu kosong meneneteskan air mata  penuh mati rasa.

the rebirth of an alvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang