Kita baru sampai ke rumah yang entah rumah siapa itu saat jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Di ruang tamu ada Mas Shiddiq, Mas Brian serta Witton yang sepertinya sedang menunggu kami sembari menonton televisi.
"Buset, Bang. Lo borong semua barang yang ada di supermarket?" Ucap Mas Brian mewakili Witton dan Mas Shiddiq yang melihat kami dengan tatapan tak menyangka.
Ya bagaimana tidak? Di paling depan, ada aku membawa dua kresek besar. Kemudian dilanjut Mas Je membawa satu kardus berukuran sedang. Begitu pula dengan Darpa. Benar kata Mas Brian, daripada belanja kita lebih pantas disebut memborong.
"Kelakuan manusia di belakang noh." Darpa maksudnya Mas Je. "Balik-balik tekor deh gue."
Witton beranjak dari sofa untuk membantu membawakan kresek yang ada di tangan kanan aku. Melihat tingkah Witton, Mas Shiddiq pun ikut berdiri dan mengambil alih kresek di tangan kiri aku.
"Elah, Bang. Kan udah lima tahun kita gak ketemu. Itung-itung–"
"Apa?!" Potong Mas Je cepat.
"Langsung dibawa ke dapur aja, La?" tanya Mas Shiddiq tanpa mempedulikan keributan di belakang sana.
"Iya, Mas. Makasih, ya."
"Itung-itung jajanin gue, Bang. Udah lama gue gak ngerasa dijajanin sama Bang Je."
Aku mengikuti langkah Mas Shiddiq dan Witton yang berjalan ke arah dapur. Di belakangku ada Mas Je, Darpa dan Mas Brian.
"Bukan minta dijajanin lo mah tapi meres dompet gue. Lagian lo kan udah kerja. Bisa jajan sendiri."
"Gaji gue udah gue kasihin ke Bunda semuanya."
"Disimpen di meja makan aja, Mas." Aku memberi arahan pada Mas Shiddiq. "Makasih Mas Shiddiq. Makasih Witton."
"Masama, Shayla."
"Sama-sama, La. Gue bantu bongkar ya."
"Sekarang kita siapin bakarannya yok, Bri," ajak Witton pada Mas Brian yang sedaritadi mengekor di belakang Mas Je.
"Yok, Brou. Lo juga ikut kita." Mas Brian menarik Darpa untuk menjauhi area ruang makan. Padahal sepertinya Darpa masih ingin berdiam lebih lama di sini.
"Gue mau bantu Shayla."
"Ngga. Lo gak akan bantu. Lo cuma bakal nambahin beban Syahla."
***
Setelah menyelesaikan ibadah secara berjamaah, tepat saat jam delapan malam kita semua sudah berkumpul di halaman belakang. Di sana sudah rapi dan terang dengan bantuan beberapa lampu.Dekat kolam ikan terdapat bakaran yang apinya sudah menyala dan di samping kanan bakaran ada meja yang diatasnya terdapat daging serta segala macam bahan makanan yang akan dibakar. Kemudian tak jauh dari sana ada enam kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar.
Tugas bakar membakar ronde pertama adalah Mas Brian dan Witton. Sedangkan kami berempat lainnya sudah duduk di kursi dengan ditemani cemilan serta minuman. Agar tidak sepi, Mas Je memutar lagu secara acak dari ponselnya untuk menemani acara kami malam ini.
"Mbak," panggil Darpa.
"Iya?"
"Ketemu Bang Je di mana?"
Mendengar pertanyaan itu, sontak aku menoleh ke arah Mas Je.
"Kepo lo." Mas Je menjawab lebih cepat dari pada aku.
"Ish, gue nanya sama istri lo kok." Lalu Darpa mengulang pertanyaannya,"Ketemu di mana, Mbak?"
"Di Bumi sih, Dar." Entah di bagian mana yang lucu, tapi Darpa tertawa mendengar jawabanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me
ChickLitPerasaan kosong, kesepian, takut, dan ingin hilang dari Bumi adalah hal yang selalu ingin aku lupakan. Tapi nyatanya, mereka selalu kembali datang. Lagi dan lagi. Kadang kala ingin menyerah, namun aku masih waras untuk tidak mengakhiri hidup dengan...