Sebelum itu..
Balik lagi pada tiga 'pekerja gelap' dadakan yang kini hampir menyelesaikan tugasnya. Beberapa box besar sudah rapi tersusun di rak.
"Gue gak nyangka akan semudah ini." Bisik Ola pada El disebelahnya, mereka berdua sama-sama menatap barang ilegal itu dengan perasaan puas, lega, dan agak ngeri.
El mengangguk, "gue malah perihatin karena barang ini sebenarnya gak se langka dan serumit itu dicari, rasanya gak se nikmat anggur mahal di pasar dunia, selera elit disini benar-benar payah."
Tak lama kemudian Gopal memanggil dari belakang untuk meminta bantuan mendorong satu box terakhir ke tumpukan box itu. "Total ada 150 botol dan 3 kg mariyuana." Tukas seorang pekerja yang berada disamping mereka bertiga.
"Kalian tidak boleh pulang sebelum manager sialan kalian itu memastikan kalian bersih dan tidak membocorkan apa-apa setelah dari sini." Pekerja itu malah mengatakan perkataan yang bisa dibilang sebagai ancaman.
"Bocorkan apa ya bang? Perasaan botol disini gaada yang bocor." Curcol Gopal seperti orang kebingungan.
El dan Ola saat itu agak merinding, tapi tidak apa-apa, intinya tenang dan coba berpikir positif, pasti ada cara untuk bisa melenyapkan kamera ini sebelum mereka memeriksanya.
"Ehm, kalo ke toilet sebentar gapapa kan? Gue kebelet soalnya." Gadis itu memperlihatkan ekspresi meringis.
Awalnya pekerja itu tidak memperbolehkan, namun gadis ini terus saja memelas dan mengancam akan buang air disini jika tidak diperbolehkan.
"Lima menit." Tegasnya.
Ola langsung terbirit-birit menuju toilet, segera ia pecahkan kamera pengintai miliknya dan menenggelamkannya ke dalam kloset. File kecil yang ada didalam kamera itu sudah ia sembunyikan disela-sela ikat rambutnya, untung saja ia sempat mengirim isi video disini kepada Rhea dan Shenna dirumah.
Ketika sudah beres, Ola langsung keluar. Langkahnya langsung terhenti ketik ia mendengar suara teriakan dan kemarahan bercampur satu dari sisi kanannya.
Ola mengendap-endap melihat apa yang terjadi, ternyata suara itu adalah suara Jordan yang terlihat pusing tujuh keliling dan marah besar. "Ibu harus segera ditemukan, jika tidak saya akan permalukan kalian semua!!"
"Ibu?" Ola pikir 'ibu' yang dimaksud disini adalah orangtuanya Jordan sendiri, tapi bukankah untuk pengusaha tingkat dewa seperti Jordan bisa saja mengesampingkan masalah lain diatas kepentingan perusahaannya?
Ditengah pikiran yang amburadul dan masih menerka-nerka kejadian, tangannya tiba-tiba diseret keluar dan dibawa entah kemana dan oleh siapa.
Ternyata itu adalah manager nya sendiri, ia menarik jauh Ola dari Jordan dan membawanya keluar dari kantor secepat mungkin. Tak disangka El dan Gopal sudah keluar terlebih dahulu.
"Nih, gaji kalian hari ini." Meta mengeluarkan tiga amplop dan membagi masing-masing satu.
"Setelah ini gaada lagi kerja tambahan seperti tadi, gue hampir mati karena hampir ketahuan Jordan barusan." Meta berusaha mengatur napasnya.
Ketiganya saling berpandangan, "jadi memang benar kami dipekerjakan tanpa diketahui bos?"
"Udah, sstt.. sstt.. gausa kebanyakan omong, syukur kalian bisa dapat bonus segede itu, atau kalian bisa mati ditangan Jordan." Meta bergidik ngeri, namun jelas-jelas hal ini nyata adanya.
Tidak ada yang boleh bekerja mengangkat benda-benda penting untuk transaksi nya seperti siang ini, namun Meta tetap saja melanggarnya karena merasa tak adil.
"Yaudah makasi, kita pergi dulu." Tanpa basa-basi El langsung menarik Gopal dan Ola menjauh dari Meta.
Selama diperjalanan mereka tak habis pikir dengan apa yang terjadi barusan, "gila kali kalo sampe iya, gue gak mungkin mempertaruhkan nyawa gue demi bonus ini." Ucap Gopal agak emosi.
"Yang terpenting kita aman dan udah jauh dari sana, gimana kalo kita ke padepokan lo aja, mumpung hari udah sore juga." Ajak Ola mencoba mengalihkan suasana.
"Wahh kalian beneran mau mampir?" Gopal langsung exited seketika.
El mengangguk, "jauh gak dari sini?"
"Gak juga, depan sana belok kiri." Gopal menunjukkan arahnya.
Seketika dahi El dan Ola mengernyit, mengingat jalan yang diarahkan Gopal mengarah kedalam hutan, "beneran disana?" Ola memastikan lagi.
"Yap." Gopal sangat yakin.
Masuklah mereka kedalam sana, memang jalan ini mengarah ke hutan, namun siapa sangka sebelum kita benar-benar akan memasuki hutan, berdirilah sebuah bangunan klasik dan sangat ramai dikelilingi anak-anak disana.
"Assalamualaikum!!" Teriak Gopal dengan semangatnya.
Semua anak-anak yang semula sibuk dengan aktivitasnya masing-masing langsung berlari mengejar Gopal dan memeluknya. El dan Ola sangat senang melihat pemandangan ini.
"Ayah, ayah kok pulangnya lama?" Tanya seorang anak laki-laki yang menunjukkan wajah kecewa.
"Maafkan ayah ya, ada pekerjaan mendadak tadi, oiya kak Mannah mana?" Tanya Gopal kemudian sambil celingak-celinguk melihat kedalam rumah.
Anak laki-laki itu menunjuk kearah rumah, "itu sedang masak mie goreng."
"Wahh kebetulan sekali, kita ada tamu kakak-kakak cantik teman kerja ayah, silakan salim kakaknya." Tutur kata Gopal mendadak halus lembut dan sopan.
Anak-anak laki-laki itu berbondong-bondong menyalami Ola dan El, bahkan mereka mengajak Ola dan El mengobrol santai.
"Kakaknya cantik, Nico boleh gendong gak?" Ucapnya pada El.
"Boleh." El lalu menggendong anak usia 4 tahun tersebut dengan sekuat tenaga, ia senang bisa berinteraksi seperti ini dengan anak-anak manis disini.
Nico kecil terus mencubit semua hal yang ada diwajah El, mulai dari hidung sampai mulut. Ola terkekeh melihat nya apalagi El yang merasa geli melihat tingkah anak ini. "Mirip kayak mama." Ucap Nico setelahnya.
El menatap penasaran kepada Gopal tentang maksud perkataan anak ini.
"Anak-anak disini rata-rata yatim piatu dan anak buangan, dia nengok sosok ibunya di diri lo, gue hadir disini untuk menempa mereka menjadi kuat." Tegas Gopal.
El lalu menurunkan Nico karena mulai rewel, sementara Ola disana langsung menganga seketika mendengar perkataan Gopal. "Anak sebanyak ini anak buangan?"
Gopal mengangguk kikuk, "ayo kita ngobrol lebihnya didalam saja."
Mereka masuk bersama-sama kedalam, alangkah terkejutnya El dan Ola mendapati Mannah saat ini tengah menyiapkan teh hangat dan beberapa piring mie goreng di meja.
"Mannah? Lo disini?" Ola terperanjat dan hampir girang.
Mannah sama kagetnya, ia langsung memeluk El dan Ola dengan perasaan lega. "Apa kabar kalian? Rhea sama anes gimana?"
"Kami baik, sangat baik ketika liat lo udah secerah dan segemilang ini." Ujar El tersenyum lebar.
Sementara Gopal disana ikutan kaget karena tak menyangka Mannah kenal dengan El dan Ola. "Kok bisa jadi reunian gini ya? Hahahah."
"Mereka yang bantu Mannah keluar dari lingkaran dosa di desa Mannah waktu itu, ayah." Mannah langsung bercerita intinya.
Gopal mangut-mangut, "iya ya, keliatan sih mereka ini dari awal kayak diam-diam menjalankan sesuatu."
"M-maksud lo?" Ola langsung tergagap.
"Sebenarnya kalian bekerja di perusahaan Jordan bukan semata-mata mencari uang kan? Kalian pasti ada niat lain." Mata Gopal tampak tajam melihat kearah El dan Ola, seketika suasana disini menjadi berbeda.
El dan Ola saling menatap, "itu gak mungkin." El mengibaskan tangannya, masih mengelak tentunya.
"Kalian ingin membongkar aktivitas ilegal yang dijalankan Jordan, bukan?"
***
To be continued..
eh eh ehh?? ada yang sadar tu..Ayo vote dan comment untuk kelanjutan cerita ini ya, sebentar lagi konflik akan berganti menjadi klimaks.
Big love,
rosaekavania❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
R.O.S.E
AksiWarning! 🔞 Rhea, Ola, Shenna, dan Eleanna. Mereka tidak akan balas dendam atas luka yang mereka terima, justru mereka akan bertekad dan memastikan tidak ada perempuan-perempuan setelahnya yang akan mendapat luka yang sama. Lalu bagaimana mereka bis...