Seminggu sudah berlalu. 3 hari yang lalu Inara dan Dafa sudah resmi bercerai. Masih teringat dibenak Inara pada hari persidangan berlangsung. Hari itu dihadiri oleh keluarga Inara, keluarga Dafa dan pastinya Zanna, selingkuhan Dafa yang mungkin sebentar lagi akan berstatus sebagai nyonya Atmaja.
Sebelum persidangan, Dafa sempat mengajak Inara berbicara berdua saja. Laki-laki itu memohon agar Inara menarik gugatan ini dan meminta agar mereka hidup bersama lagi. Disitu Inara sadar bahwa Dafa begitu egois. Laki-laki itu ingin hidup bersama Inara tapi juga bersama Zanna. Sangat egois bukan?
Inara tetap bersikeras untuk berpisah. Hatinya sudah begitu hancur akibat tekanan dari mantan ibu mertuanya ditambah pengkhianatan dari Dafa. Apalagi kondisi Inara saat ini tengah hamil, wanita itu ingin fokus merawat buah hatinya.
"Kak, Lia berangkat ke kampus dulu ya! Kalau ada apa-apa langsung telfon Lia." Kata Lia yang berdiri di ambang pintu kamar Inara dengan penampilan yang sudah rapi.
"Iya Lia. Kamu sudah sering bicara begitu." Sahut Inara malas. Inara merasa sejak perceraiannya dan sejak kehamilannya, lia maupun kedua orang tuanya semakin bertambah posesif terhadap Inara. Walaupun itu untuk kebaikan Inara sendiri tapi wanita itu merasa sudah seperti anak kecil. Kadang ia bertanya-tanya yang kakak disini Inara atau Azalia sih?
"Hehehe kakak baik-baik dirumah ya. Ayah sama bunda mungkin sebentar lagi pulang." Ujar Lia.
"Iya-iya Lia, sudah sana kamu ke kampus sebelum terlambat!" Seru Inara yang sudah kesal pada sang adik.
Lia terkekeh kemudian menyalami tangan sang kakak sebelum benar-benar pergi ke kampus. Selepas kepergian Lia, Inara menghembuskan nafas lemah. Tangannya mengelus lembut perutnya yang mulai sedikit membuncit itu.
Inara merasa hatinya begitu hancur. Walaupun orang rumah tidak pernah melihat Inara menangis namun wanita yang tengah hamil muda itu selalu menangis sendirian di tengah malam dalam sujudnya. Menumpahkan segala keluh kesah pada Sang Pencipta.
Lihat, ketika dia sendirian maka air mata itu menetes tanpa bisa dicegah. Inara begitu mencintai mantan suaminya itu. Perasaan yang sudah berlabuh pastinya tidak dapat pudar secepat itu. Namun Dafa, tega mengkhianati pernikahan mereka dengan sebuah perselingkuhan hingga berujung perceraian.
Inara menangisi nasibnya dan calon anaknya. Bagaimana ketika sang anak nantinya akan bertanya mengenai ayahnya, apa yang akan Inara berikan sebagai jawaban?
Mengingat perlakuan Dafa, Zanna, dan mantan ibu mertuanya, Ariana membuat rasa marah dan kecewa Inara yang sebelumnya ditahan kembali menggebu-gebu ke permukaan. Inara tidak dendam, namun wanita itu selalu berdoa pada Sang Pencipta agar rasa sakit yang ia terima dapat terbalaskan suatu saat nanti. Jahat memang karena Inara mengharapkan kehancuran keluarga Atmaja itu namun, sakit dihatinya rasanya tak akan terobati bila masih melihat mereka bahagia.
Ngomong-ngomong tentang keluarga Atmaja, Inara jadi merindukan Valdi, orang yang begitu menyayanginya di dalam keluarga kaya raya itu. Bahkan rasa sayang Valdi terhadap Inara sudah seperti ayah dan anak, rasa sayang Valdi lebih besar dari rasa sayang Dafa ke Inara dulunya. Inara berharap Valdi selalu bahagia dan baik-baik saja.
***
"Mas, kapan kamu mau nikahin aku?" Pertanyaan yang sama selalu dilontarkan oleh orang yang sama pula. Setelah Dafa resmi bercerai dengan Inara, Zanna sudah lebih berani bermesraan dengan Dafa di depan publik. Bahkan perempuan itu sudah memanggil Dafa dengan sebutan Mas!
Orang-orang begitu terkejut saat mengetahui perihal pernikahan seorang Dafandra Khalid Atmaja dengan Inara Fadhila Xabier telah usai. Melihat kedekatan Dafa dengan Zanna yang mulai terang-terangan mendapat berbagai hujatan dari netizen. Hal itu pula membuat Zanna semakin resah, ia tidak mau di cap semakin buruk. Sehingga terus mendesak Dafa agar segera menikahinya.
"Tolong bersabarlah, Zanna. Kita akan segera menikah." Hanya itu jawaban yang selalu Dafa berikan. Dalam lubuk hatinya, Dafa selalu merasa kosong saat pulang ke rumah. Pikirannya selalu dihantui oleh Inara. Ia masih belum ikhlas berpisah dengan Inara. Setitik rasa bersalah dirasakan Dafa, namun ia tidak dapat berbuat apapun karena memang ini kesalahannya. Seharusnya Dafa tidak bermain api jika takut terbakar, bukan?
"Kamu masih memikirkan mantan istrimu itu, mas?" Tanya Zanna menampilkan raut wajah sedih.
"Tidak!" Jawab Dafa singkat. Tentu saja laki-laki itu berbohong!
"Terus kenapa kamu masih nggak mau nikahin aku mas?" Tanya Zanna menuntut.
Dafa menghembuskan nafas lelah. Pekerjaannya di kantor semakin menumpuk karena terus berdiam diri di rumah. Seharusnya hari ini ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya namun karena kehadiran Zanna yang terus merengek membuat konsentrasi Dafa jadi terbagi dua.
Dafa menarik Zanna kepangkuannya, ia mengelus lembut wajah cantik perempuan itu.
"Zanna, mas baru saja bercerai. Apa kata orang nanti kalau mas langsung menikah dengan kamu? Kamu mau beredar isu yang bukan-bukan tentang kita? Apalagi sekarang juga sudah banyak hujatan tentang kedekatan kita berdua." Ujar Dafa.
Zanna terdiam meresapi perkataan kekasihnya itu. Benar kata Dafa, lelaki itu baru saja bercerai. Tidak mungkin ia langsung menikahi Zanna. Jika Zanna terus merengek seperti itu pun akan semakin berdampak buruk.
"Yasudah." Putus Zanna dengan muka manyun.
***
Ariana berdecak kesal memandang Valdi yang semakin cuek padanya. Semenjak Valdi tau kelakuan Ariana terhadap Inara, pria itu mendiami sang istri sudah begitu lama.
Valdi sangat kecewa dengan Ariana terutama Dafa. Ia tidak menyangka istrinya itu bisa sangat jahat pada wanita baik hati seperti Inara. Karena sifat jahat Ariana itu pun kini berdampak juga pada rumah tangga mereka yang dingin tanpa ada kehangatan sedikitpun.
"Mas!" Panggil Ariana yang sudah kepalang kesal terus didiamkan seperti itu.
"Sampai kapan kamu mau diamin aku terus?" Tanya Ariana.
"Aku minta maaf, mas." Ujar Ariana memasang wajah memelas.
Valdi meletakkan koran yang ia baca ke atas meja. Matanya menyorot tajam Ariana yang tengah duduk di hadapannya.
"Minta maaf sama Inara, kamu sudah sangat jahat padanya." Suruh Valdi.
Ariana berdecak kesal. "Wanita itu lagi? Cih karena dia kamu jadi diamin aku gini!"
"Saya seperti ini karena kamu Ariana, seharusnya kamu sadar diri telah berlaku jahat pada wanita baik seperti Inara." Kata Valdi.
Ariana berdecak malas. Ia bangun dari duduknya kemudian melangkah kesal menuju kamarnya.
Valdi menghembuskan nafas kasar, ia hanya bisa memandang kepergian Ariana dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah bagaimana menyadarkan istrinya itu dari perbuatan jahatnya? Dan tidak Valdi sangka jika Ariana bisa berbuat sejahat itu. Membiarkan Dafa berselingkuh? Perbuatan yang sangat berdoaa. Menyuruh Dafa menceraikan Inara karena belum bisa mengandung? Itu mungkin hanya kedok Ariana saja. Alasan yang paling kuatnya adalah karena Ariana menganggap levelnya dengan Inara tidak setara. Yang orang lain tau keluarga Inara adalah keluarga sederhana.
"Semoga kalian tidak menerima karmanya." Lirih Valdi merasa sedih tidak bisa membawa kekuarganya ke jalan yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Jendela Hati
RomanceTidak ada yang tau kapan penyesalan datang. Juga, tidak ada yang tau kapan rasa percaya runtuh akibat pengkhianatan dari orang terdekat. 2 tahun telah mengabdikan diri pada sang suami, tidak pernah Inara sangka jika kepercayaannya dihancurkan begitu...