#70 Mulai Membaik

91 17 22
                                    

"Silakan." Tzuyu tak menyangka pelanggan hari ini cukup banyak. Dia tak punya waktu untuk membuat iklan dan merekrut seseorang. Lalu, karyawan-karyawan yang pernah bekerja dengannya, sebagian sudah punya pekerjaan semua. Hanya ada 2 orang yang bisa membantu.

"Tzuyu, biar aku saja. Kau harus beristirahat. Dari tadi kau terus berjalan ke sana ke mari." Sudah hampir 3 kali Hyeri mengomel. Namun, Tzuyu tak kunjung mendengarkan. Wanita itu terus saja melayani para pelanggan yang datang silih berganti.

"Haruskah kutelepon Jungkook agar kau mau mendengarkan? Aku tahu kau senang karena salon ini kembali ramai, tapi ... Kau tidak bisa melewati batasmu. Dengarkan aku dan istirahat sekarang."

Tzuyu menghela napas. Dia hampir lupa dengan Byeoul karena terlalu bersemangat. Namun, dia sungguh merasa baik-baik saja. "Baiklah, Eonni. Kau tidak apa-apa mengerjakannya sendiri?"

"Kau lupa? Saat kita pertama kali membuka salon ini, aku yang mengerjakan segalanya. Tenanglah." Hyeri tersenyum. Gadis dengan rambut dicepol dan pakaian seragam serba hitam itu menyentuh bahu Tzuyu. "Kau harus memasang iklan sekarang. Setidaknya agar kita tidak kerepotan lagi."

Tzuyu tak menyangka pengaruh Yena akan cukup bagus. Bukan hanya karena statusnya. Menurutnya Yena memang cukup cantik. Kini wajahnya juga makin berseri karena Seungho begitu menyayanginya. Dia harap Yena bisa jadi model untuk salonnya juga.

Tzuyu menyandarkan tubuhnya pada kursi yang dia duduki sembari memejamkan mata. Dia akan tidur siang sebentar untuk memulihkan kembali energinya. Jadi, mereka bisa bekerja secara bergantian.

"Byeoul, aku yakin kau sekuat diriku. Kau tahu? Demi dapat ayahmu, aku ikut dalam proyek pembangunan sampai kuku-kukuku patah," gumam Tzuyu diakhiri senyum. Dia sebenarnya masih merasa jika semuanya mimpi. Apalagi saat ada Byeoul.

"Ah ya, apa ayahmu baik-baik saja sendirian di sana?"
















"Ini benar-benar gila." Jungkook meremas rambutnya. Cara gila Tzuyu sepertinya malah membuatnya gila. Sudah berbagai nomor yang ada dalam daftar dia hubungi. Namun, yang dia dapat malah sama seperti sebelumnya.

"Telingaku rasanya panas," gumam Jungkook. Dia memilih menghentikan cara gila dengan menghubungi semua orang. Satu hal yang membuatnya lebih lelah adalah karena dia hanya sendirian.

Lokasi yayasan yang cukup dekat dengan desa tempatnya tinggal sebelumnya, tentu malah terasa sulit merekrut seseorang. Mereka malah kukuh mengatakan yayasan yang dibangun oleh Tzuyu untuk penyetaraam pendidikan itu sebagai yayasan penuh tipuan.

"Padahal anak ini sudah hampir lulus. Orang tuanya malah langsung memutus beasiswanya," gumam Jungkook sembari membaca resume yang kini berada paling atas. Anak yang baru masuk kelas 9 itu harus berhenti sekolah setelah rumor-rumor jahat itu tersebar. Dia berhenti sekolah dan orang tuanya meminta pemutusan beasiswa itu karena takut putranya dijual setelah lulus.

"Apa ... Aku perlu menemuinya?"

***

Jungkook mencoba mengatur napas saat tiba di pasar. Menurut penuturan gurunya, anak itu bekerja di pasar setelah putus sekolah. Mereka sudah berkali-kali membujuk, namun orang tuanya terus menolak. Sama seperti orang tua yang lainnya.

"Katanya dia bekerja sebagai pelayan di sini," gumam Jungkook sembari mengedarkan pandangan. Dia pernah mengalami hal yang sama. Bedanya, dia masih beruntung soal dukungan. Dia bisa mengenyam pendidikan meski harus bekerja keras untuk biayanya.

Langkah pria dengan balutan jas biru itu terhenti di sebuah kedai mie. Dia melihat anak itu tengah membaca buku sembari menunggu pelanggan. Kedai mie itu tak terlalu sepi juga tak terlalu ramai. Jadi, anak itu bisa cukup santai dan membaca bukunya.

Anak laki-laki dengan balutan celemek hitam bercap nama kedainya itu segera menutup buku kala mendengar denting lonceng berbunyi. Dengan sangat gesit dia mengambil buku menu kemudian memberikannya dengan sangat ramah pada Jungkook.

"Aku ingin mie ini 2," ujar Jungkook sembari menunjuk salah satu menunya, membuat anak laki-laki itu segera tersenyum dan berjalan menuju dapur untuk memberitahukan pesanan yang baru saja masuk.

Lagi, sembari menunggu anak itu kembali membaca bukunya. Dia bisa merasakan dengan kuat tekad anak itu untuk belajar. Bagaimana bisa kedua orang tuanya meminta anak itu untuk berhenti?

Anak itu meletakkan kembali bukunya saat mendengar ucapan orang dapur yang memberitahu soal pesanan yang sudah selesai. Dia segera mengambilnya dan menyajikannya di meja Jungkook.

"Duduklah, aku ingin bicara denganmu."

"S-saya?"

Jungkook tersenyum kemudian mengangguk. "Kau ... Lee Minjae 'kan? Boleh aku bicara sebentar denganmu sembari makan mie ini?"

"Tapi ...."

"Kau bisa pergi jika ada pelanggan. Hanya sebentar, aku janji."















"Astaga, dia ke mana?" Tzuyu terus mengulang apa yang dia lakukan. Yap! Menghubungi suaminya. Sudah jam segini dan pria itu masih belum datang menjemput. Padahal, biasanya pria itu sudah menghubunginya.

"Kenapa? Dia tidak bisa dihubungi?"

"Eonni, kita makan malam berdua saja. Aku kesal." Tzuyu menarik tangan sang asisten. Dia lapar karena lupa tak makan siang. Sekarang dia malah harus menunggu Jungkook yang tak tahu sedang apa dan di mana.

"Dia tidak mengabarimu?"

"Hanya bilang dia menemukan ide gila. Ide gila seperti apa yang membuatnya menghilang seperti ini?" Tzuyu mengakhiri kalimatnya dengan decakan. "Tunggu, dia ... Tidak benar-benar gila 'kan?"

"Segila-gilanya dia, dia masih lebih waras jika dibanding denganmu. Kau ingin makan malam apa? Haruskah kuhubungi dulu restorannya?"

"Eonni, bagaimana jika dia benar-benar gila? Kita harus menghentikannya 'kan?" Dalam bayangan Tzuyu, suaminya kini sedang melakukan hal gila dengan pergi ke tengah kota dan melakukan aksi untuk membuktikan yayasannya tak bersalah.

Hyeri tertawa setelah menebak apa yang ada di pikiran Tzuyu sekarang. "Aku yakin dia hanya sedang sangat pusing dengan daftar sponsor yang harus dia yakinkan dan calon-calon penerimanya. Dia tidak segila itu."

"Ah ... Benar juga. Dia tidak mungkin gila."

"Bagaimana dengan daging sapi? Aku yang traktir," ujar Hyeri yang membuat Tzuyu segera mengerutkan dahi. "Kau pikir aku tidak punya uang?"

"Aku saja yang mentraktirmu."

"Aku mentraktir Byeoul sebenarnya. Karena dia tidak bisa makan sendiri, jadi kau yang kutraktir."

"Byeoul lebih suka toppoki buatan Oppa," ujar Tzuyu.

"Baiklah baiklah, untuk Tzuyu, ayo." Hyeri menggandeng lengan Tzuyu. Meski baginya Tzuyu masih gadis sama yang selalu melakukan hal gila, namun sekarang dia terlihat jauh lebih baik. Apalagi semenjak ada bayi. Tzuyu lebih tenang.

"Eonni, serius kau yang traktir? Kartumu tidak tertinggal 'kan?"

"Ada, Tzuyu. Apa kau tidak percaya padaku? Aku sungguh-sungguh akan mentraktirmu."

"Eonni biasanya akan bilang begitu dan ternyata kartunya tertinggal," gumam Tzuyu. Meski dia bisa membelinya sendiri, tetap saja rasanya berbeda jika seseorang yang membelikannya.

"Kali ini tidak, Tzuyu. Astaga, kau bisa berpikiran buruk tentang orang lain. Biasanya kau hanya berpikir yang baik-baik sampai mudah dimanfaatkan."

*****

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang