PART 1

19.5K 746 6
                                    

Sekolah adalah tempat menyenangkan bukan? Ya jawabannya adalah benar. Sekolah akan menjadi tempat paling menyenangkan dan paling nyaman bagi kebanyakan remaja yang tengah menempuh jenjang pendidikan. Namun bagaimana jika diantara mereka ada salah satu anak yang tidak merasa begitu melainkan hal sebaliknya?

Contohnya saja salah satu siswi SMP Gardapati tidak berpikir sekolah adalah tempat menyeangkan melainkan penjara berbasis sekolah dimana para murid ditekan untuk belajar hingga sampai ke batas maksimal mereka, jika gagal pasti akan ada konsekuensi yang didapatkan.

Sekolah memang tempat yang bagus untuk mencari jati diri, tempat berkembang dan mencari teman. Teman? Sungguh bodoh. Teman hanya akan menyulitkan dan membosankan apa lagi jika yang dibilang "teman" itu memiliki banyak muka.

Vaxie Athala sosok siswi yang tengah diperbincangkan karena memiliki nilai tertinggi saat ujian kelulusan SMP Gardapati yang diselenggarakan sekarang. Banyak ucapan dan pujian telah didapatkan oleh dirinya namun tidak ada rasa senang, Bahagia atau pun bangga tercermin di wajah cantiknya. Hanya ekspresi datar dan lurus yang terlihat.

"Vaxie selamat ya kamu menjadi murid terbaik."

"Iya Vaxie selamat ya. Kamu memang hebat aku bangga padamu sebagai teman". Vaxie melirik seorang siswi yang barusan berkata dengan pandangan meremehkan. "Teman katanya?" cih menyebalkan Ketika melihat semua orang mengganggapnya teman ketika dia sedang bersinar. Padahal selama Vaxie sekolah di SMP tidak ada siswa atau pun siswi yang mau berteman dengannya setelah mengetahui sebuah fakta.

Fakta bahwa ayahnya kedapatan korupsi uang negara dan harus di penjara selama 10 tahun membuat orang-orang yang awalnya berteman dengan Vaxie memilih menjauh dengan alasan "Anak Narapidana." Bully, dikucilkan bahkan dianggap remeh telah Vaxie rasakan saat awal kelas 1 SMP semester 2 sampai dia naik kelas 2 dan terbukti bahwa ayahnya bukanlah koruptor, ayahnya hanya dijebak oleh teman baiknya, pelaku yang melakukan koruptor. Lagi-lagi kata teman sangat memuakkan baginya.

Kurang dari setaun Vaxie merasakan penderitaan tak berujung membuat dirinya bangkit menjadi sosoknya yang sekarang tanpa tawa, ekspresi, selalu sendiri dan satu hal paling penting tidak bergantung kepada orang.

"Selamat ya nak, orang tuamu pasti bangga padamu." Salah satu orang tua murid menyinggung tentang orang tuanya yang entah kenapa membuat Vaxie sedikit merasa sedih?

Tentu saja sedih, bagaimana tidak sedih jika pada hari penting seperti ini kedua orang tuanya tidak hadir dan paling parah lebih memilih pekerjaan dibanding anaknya sendiri. Untung Vaxie bukanlah dia yang dulu yang pasti menangis dengan keadaan seperti ini. Sekarang dia sudah tidak masalah, lagi pula ini lebih membuat dirinya tenang dan damai tanpa orang tuanya yang selalu membuat dirinya kecewa.

Vaxie tersenyum, lebih tepatnya pura-pura tersenyum menanggapi orang-orang yang mengelilinginya lalu lantas pergi dari tempat membosankan itu. Helaan nafas terdengar ketika dia membaca sebuah notif yang berasal dari HP mewah miliknya, ibu dan ayahnya mengirimi sebuah pesan yang membuat dirinya lelah dan marah.

PAPA

Selamat. Habis ini ayah langsung mendaftarkanmu di SMA Leksmana, tetap jadi peringkat terbaik.

MAMA

Tidak sia-sia mama selalu menyuruhmu belajar dan rajin ikut les. Habis ini jangan sia-saiakan waktu tetap belajar agar bisa menjadi kebanggakan mama.

Tidak bisakah mereka sekali ini saja peduli padanya selain menekan dan menekan terus untuk menjadi nomor satu. Ada kalanya Vaxie sempat hampir menyerah karena selalu ditekan tanpa diperdulikan apa lagi saat papa dan mamanya berpisah karena kasus papanya yang menjadi koruptor. Padahal itu hanya alasan mamanya yang berselingkuh dan ingin berpisah. Benar-benar saat yang membuat Vaxie ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Tidak ada teman, tidak ada keluarga bahkan hewanpun tidak ada yang mau mendekat dan menemaninya, sungguh sial hidupnya di dunia.

Vaxie menengadahkan wajahnya keatas menutupi sebuah kesedihan mendalam yang harus dia simpan agar tidak ada seorangpun yang tahu. Dia tidak mau dicap sebagai orang lemah.

"Aku berharap memiliki kehidupan lebih baik dari ini." Tertawa getir "Tapi itu mustahil."

Vaxie menggeleng-gelengkan kepala lalu berguman "Bicara apa aku, itu mana mungkin. Itu sudah menjadi takdirku disini"

Saat Vaxie hendak berdiri ingin pulang sebuah suara dari arah belakang menghentikannya "Bagaimana kalau  tidak?"

Ketika Vaxie menoleh seorang lelaki berusia 30 tahun berdiri dihadapannya dengan sebuah topi kerucut panjang bertengger di kepalanya.

Sosok itu mentap Vaxie memperlihatkan iris mata hitam gelap "Bagaimana jika takdir baikmu tidak disini."

"Apa yang kau bicarakan." Malas berbicara dengan orang yang tidak dikenalnya Vaxie memilih meninggalkannya.

"Takdir baik, itu yang kau inginkan bukan? Bagaimana jika aku bilang kau bisa mendapatkannya." Perkataan yang membuat Vaxie tertarik dengan ekspresi meremehkan.

"Aku tidak akan mendapatkannya, berhentilah membuang-buang waktuku."

"Kau akan menarik perkataanmu."

"Terserahlah." Saat Vaxie belum benar-benar jauh sosok tersebut tersenyum misterus.

"Malam ini ayahmu akan membawa seorang wanita yang akan membunuhnya, dan kamu akan diculik. Jika kau butuh bantuanku maka panggillah namaku "Ard", sampai jumpa." Begitu mengatakan hal tersebut sosok itu menghilang namun kata-katanya telah tertanam dalam ingatkan Vaxie Athala yang bersikeras untuk menghilangkannya.

"Hanya omong kosong."

ACADEMY MUSHLE of GENIUS PEOPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang