PART 17

13.3K 919 49
                                    









PART 17

Nara berkata seperti itu karena ia ingin segera memproteksi dirinya. Ia tidak ingin terlalu lama terlibat bersama Martin jika pria itu memang hanya ingin bermain-main. Karena sesungguhnya ia sadar jika dirinya sudah memiliki ketertarikan terhadap Martin. Ia suka dicium oleh pria itu, dan tidak masalah saat beberapa bagian tubuhnya dijamah sekaligus dicumbu.

Selama ini, ia tidak pernah berciuman ataupun berpelukan dengan seorang lelaki di saat mereka tidak sedang memiliki hubungan apa pun.

Seumur-umur, Nara hanya pernah berciuman dan bermesraan dengan kedua mantannya. Selain itu ... ya, hanya Martin. Dan Nara tidak tahu harus menganggap Martin sebagai apa. Karena ia merasa jika hubungan mereka sekarang masih tidak jelas.

Semalam saja, tak lama setelah ia bertanya sampai kapan permainan di antara mereka akan selesai, pria itu malah memilih untuk pulang. Padahal, sebelumnya, Martin sangat keras kepala dan terus membujuknya agar diperbolehkan untuk menginap.

Akibat hal itu, Nara jadi semakin yakin kalau Martin memang tidak serius dan hanya ingin bermain-main. Ia bahkan nyaris tidak bisa tidur semalaman suntuk, karena terus memikirkan Martin serta ketidakseriusan pria itu, dan pagi ini ia baru saja selesai mengganti password di pintu.

Ia sengaja tidak langsung memberitahukan tentang password barunya itu kepada sang ibu, atau siapa pun. Karena sebelumnya, seluruh keluarganya mengetahui apa password apartemen ini. Termasuk istri dari kedua kakak lelakinya.

Nara lantas kembali duduk di hadapan kitchen island, dan mulai mendekatkan permukaan cangkir teh ke hadapan bibirnya. Ia langsung menandaskan isinya saat itu juga, karena sisa teh di cangkir itu memang sudah sangat mendingin setelah tadi ia tinggal.

Setelah ini, rencananya Nara akan berbelanja kebutuhan sehari-harinya. Mungkin nanti ia akan sekalian makan siang di luar. Karena persediaan bahan makanannya memang sudah habis, dan hanya tersisa beberapa butir telur saja.

Itu pun sudah dipakainya untuk isian sandwich sebagai menu sarapan.

Begitu selesai mencuci semua piring kotor di dapurnya, Nara pun segera mandi dan bersiap-siap. Sekitar pukul setengah 10-an, ia sudah rapi dan cantik mengenakan one shoulder knit yang dipadukan dengan celana jeans. Sementara college triomphe bag keluaran celine tampak sudah tersampir di salah satu bahunya. Ia akan langsung pergi ke super market.

Hampir 3 jam-an waktu yang dihabiskan oleh Nara di sana, karena ia memang membeli cukup banyak bahan makanan. Termasuk buah, dan segala macam. Ia sempat makan siang di super market itu sebelum benar-benar bertolak pulang. Sedangkan sopir pribadi ibunya tampak sudah stand by untuk membantunya memasukkan seluruh barang belanjaan.

Saat itulah, Nara tak sengaja melihat sebuah mobil—mirip seperti mobil Martin—baru saja melintas di basement.

Namun, saat itu Nara tidak mau terlalu ambil pusing. Ia segera masuk ke dalam mobilnya sendiri begitu selesai memasukkan sekaligus menyusun semua barang belanjaannya tadi.

“Oh iya, Non. Barusan tadi Ibu titip pesen. Katanya, tolong bilangin Non Nara jangan lupa buat cek WA dari Ibu.” Darman—sopirnya Sarah yang sering mengantar-jemput Nara—tampak berbicara sembari melirik anak majikannya itu melalui spion tengah.

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang