Jam baru menunjukan pukul enam lewat sepuluh tapi pemuda dua puluh tahun itu sudah asik menyesap segelas kopi, sebari menghadap hamparan rumput hijau dihalaman belakang.
Setelah kemarin Fathan dimarahi oleh kakak keduanya, dia jadi punya motivasi kuat untuk melakukan hal-hal gila lagi, tidak peduli bahwa umurnya sudah dua puluh tahun atau kakak-kakaknya akan kembali memberi hukuman.
Lagi pula kakak-kakaknya itu terlalu lebay dan overproktektif. Dia hanya balap sepeda mengelilingi halaman luas rumahnya, tapi orang-orang dirumah sudah heboh seperti dia mau mebakar rumah saja.
Tuan muda jangan inilah, Tuan muda jangan itulah, Tuan Muda harus beginalah, Tuan muda harus begitulah, Dek jangan itu, Dek jangan ini dan lain-lain. Intinya dua bulan ia tinggal disini benar-benar banyak larangan dan aturan. Fix bosan sekali!
"Tuan Muda, anda darimana saja?" Rama datang, dengan nafas satu dua. Disusul dengan beberapa pengawal lain.Nah kan, baru saja dia mengerutu. Kaki tangan yang suka ngatur sudah datang lagi.
"Lagi ngadem, kenapa gak boleh?" sewot Fathan lalu menyeruput lagi kopinya yang sudah mulai dingin.
"Anda baru pulih Tuan Muda, udara dingin kurang baik untuk kesehatan anda," Rama mendekat, menyampirkan jaket dipundak Fathan.
Fathan mendelik pada Rama sambil mencibir, sedangkan Rama masih memamasang ekspresi datar.
Fathan menyeruput lagi kopinya.
Rama melirik pada Fathan dan baru menyadari kalau sang Tuan Muda meminum kopi. Dengan cepat Rama mengambil gelas itu dan langsung membantingnya ke tanah.
"Apa-apaan loe?!"
"Tuan Besar, Tuan Muda pertama, Tuan Muda ketiga, dan Tuan Zafran melarang anda minum kopi,"
"Apa urusannya sama mereka hah?! Ini badan gue! Mereka gak berhak ngatur!"
"Kopi tidak baik bagi kesehatan anda Tuan Muda," Rama mencoba memberi penjelasan.
"Alah bulshit! Gak ada orang yang langsung mati karena minum kopi! Kenapa sih loe semua pada ngatur hidup gue?! Gue bukan bocah!" bentak Fathan emosi.
"Anda harus tenang Tuan Mud--"
"Tenang loe bilang! Saat hidup gue diatur-atur orang dengan seenak jidat, loe pikir gue bisa tenang hah?! Gue lebih baik mati kalau gini caranya!"
"Fathan jaga ucapanmu! Abang tidak suka!" bentak Adnan yang baru saja datang dengan Bima dibelakangnya.
-----
Halaman depan rumah kini dipenuhi dengan para pengawal dan maid yang berjajar rapi. Ekspresi mereka datar, namun tidak bisa menyembunyikan rasa ketakutan mereka.
Adnan duduk disana bersama Fathan di sampingnya. Ia menatap wajah para bawahannya tanpa ekspresi.
"Kenapa kalian bisa sampai kecolongan? Bukannya saya sudah memerintahkan kalian untuk mengawasi Tuan Muda ketiga!" Adnan berucap datar.
"Rama jelaskan!" sahutnya lagi.
Rama maju ke depan, ia menatap sang Tuan besarnya seperti memberikan sebuah kode.
"Saya mengaku telah lalai Tuan. Seharusnya saya menyadari lebih awal," ucap Rama
"Baiklah, kamu sudah mengakui kelalaianmu. Berarti terima hukumanmu!" putus Adnan
Bima sebagai kepala pengawal Akhirnya maju. Ia mendekat kearah Rama. Tanpa Aba-aba...
Bug
Satu bogeman diwajah Rama
Bug
Dua pukulan di perut Rama
Bug
Tiga pukulan dikaki kanan Rama.
"Stop!"
"Gue Bilang stop bangsat!" teriak Fathan, dia benar-benar sudah tidak tahan
"Kalau mau pukul, pukul gue! Ini cuma gara-gara gue minum kopi dan keluar tanpa izinkan!" ucap Fathan mengebu.
"Oke mulai sekarang gue akan patuh dan gak akan minum kopi lagi, puas loe!" sahutnya lagi sambil menatap kakak pertamanya tajam dan berlalu pergi.
Adnan tersenyum miring, triknya ternyata berhasil.
"Bawa Rama ke ruang kesehatan, obati lukanya," perintah Adnan.
----
Sudah dua jam Fathan mengunci diri didalam kamar, tidak peduli dengan ketukan pintu maid yang mengantarkan makan siang. Dugaannya salah, ternyata sang kakak sudah mengetahui kelemahannya. Ah sial! Ternyata pergerakannya sudah dibaca.
Fathan menghembuskan napas keras. Sepertinya dia harus menurunkan tempo permainan agar sang kakak tidak curiga. Untuk itu Fathan bangkit dari posisinya berbaring, kemudian keluar dari kamar.
Ia terkejut, saat melihat didepan kamarnya banyak pengawal yang berjaga dan dua maid yang masih berdiri dengan nampan makanan ditangannya.
Fathan akan mengambil nampan itu, tapi pengawal yang berjaga dengan sigap langsung mengambilnya.
"Kalian boleh pergi," ucap Fathan pada dua maid itu.
"Anda ingin makan dimana tuan muda?" tanya pengawal itu.
"Di halaman samping dekat pavilium,"
Pengawal itu mengangguk paham dan mengikuti tuan mudanya.
Sesampainya disana Fathan duduk disalah satu kursi, sambil menyantap makanannya tanpa minat. Jujur ia sedang mengkhawatirkan Rama. Ia sedikit merasa bersalah.
"Anda ingin yang lain Tuan Muda?" tanya pengawal disampingnya, saat melihat tuan mudanya tidak berselera makan.
"Tidak perlu. Oh iya, Bang Rama gimana keadaannya?" Fathan balik bertanya.
"Wakil kepala masih beristirahat diruang kesehatan Tuan Muda,"
"Bawa gue kesana!"
"Tapi Tuan Mud--"
"Kali ini aja tolong, gue gak akan macem-macem. Kalian bisa ikutin gue," Fathan memohon.
Pengawal itu sedikit menghela napas, lalu menghubungi seseorang lewat aerpiece.
Hai apa kabar? Semoga selalu sehat! Semoga suka dengan part ini ya, jangan lupa tinggalkan jejak.
Thanks udah mampir😊
Salam hangat💕
Sukabumi, 13 september 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK SULTAN
RandomKisah tentang Fathan pemuda yang terbiasa hidup sendiri namun kini harus merasakan aturan hidup yang rumit karena mereka yang mengaku sebagai kakaknya. Akankah Fathan terbiasa? Atau malah tak betah dan ingin menikmati hidup sebagai anak kosan seper...