3

4.2K 408 18
                                    

Nasi basi yang tumpah
















Naruto merasakan dingin menusuk kulitnya, selembar gorden usang dengan ukuran satu setengah kali dua meter itu hanya bisa menghilangkan sekian persen rasa dingin dibadan sipirang. Kaki kirinya menekuk mendekati dada yang segera dipeluk erat oleh kedua tangannya begitu juga dengan kaki kanannya yang coba dia seret sepelan mungkin untuk menempel juga dengan bagian dada agar bisa dia peluk erat.

Pertahanan terakhir dan satu-satunya yang dimiliki oleh Naruto adalah dirinya sendiri, panas tubuhnya yang entah mungkin mencapai 38 lebih itu berbanding terbalik dengan rasa menggigil yang dia rasakan merata dari area leher, kepunggung sampai ke telapak kakinya.

Tidak lagi merasa sakit dari kakinya yang membusuk penuh belatung itu, dengan sedikit cahaya yang kadang pergi juga kadang datang dari kilat yang menyambar dan mengintip dari celah jendela yang terbuka membuat Naruto dapat melihat kearah dua tiga sisa nasi basi yang menjadi makanan terakhirnya kemarin dan kini masih dikerumuni segerombolan semut merah.

Gudang ini sudah bak hutan belantara, bahkan malah lebih kejam dari itu. disinilah Naruto dikurung, disiksa dan dibunuh secara perlahan, sama halnya dengan hutan belantara, disini tidak ada yang namanya rasa kemanusiaan. Setelah sekian lamanya disiksa dan menangis hingga matanya kering, nyatanya Naruto masih ingin terus menangis meratapi nasipnya yang begitu teragis ini.

Sejak hari dimana dia diperlakukan tidak adil hingga sampai detik ini Naruto masih tidak mengerti mengapa dia diperlakukan sebegininya oleh keluarganya sendiri, orang-orang yang memiliki darah dari leluhur yang sama dengannya. Setelah naruto hanya bisa menerima dengan lapang dada dia dikorbankan untuk kemajuan prusahaan dengan memaksanya, menjualnya bisa dibilang, kepada orang yang tidak lain adalah Sasuke yang tanpa diduga tertarik dengan Naruto sejak pertemuan pertama mereka disuatu pesta ulang tahun kolega Ayahnya.

Bahkan jauh sebelum itu Naruto sudah menerima diskriminasi oleh seluruh keluarga besarnya, bahkan kekuatan besar ayahnya sebagai kepala rumah tangga seakan tidak ada artinya. Ibu tirinya, Ino, adik tirinya Naruko dan Boruto, sepupu-sepupu dari pihak ayah maupun ibu tirinya, bahkan juga paman dan bibik dari pihak ayahnya, mereka semua tidak ada bedanya. Bahkan dengan fakta bahwa Naruto adalah anak pertama dari ayahnya itu tidak serta merta membuat Naruto diperlakukan baik oleh keluarganya selama ini, mendiang ibunya tentu mustahil dapat membantu sang anak begitu juga keluarga dari pihak ibu kandung Naruto yang sudah tidak memiliki hubungan dengan ibu Naruto secara tertulis sejak hari kedua orang tua kandung Naruto menikah dulu, singkatnya kedua orang tua Naruto menikah tanpa disetujui oleh kedua pihak keluarga.

Namun keluarga ibu Naruto berada di sikap yang berbeda, mereka semua sepakat untuk secara legal memutus tali keluarga dengan ibu Naruto dan jadilah saat Kushina meninggal Naruto hanya bisa bergantung dengan ayahnya, ayahnya yang nyatanya tidak begitu peduli dengannya juga.

Terbukti dengan dibiarkannya Naruto menjadi umpan bagi sasuke agar mau bekerja sama dengan prusahaan keluarga Naruto.

Naruto yang menyesali semua bagian dan setiap detik hidup yang sudah dia jalani masih menangis, suara raungan menyakitkan darinya yang membawa banyak jenis traumanya, pengucilan, pemukulan, rasa lapar, hampir gila dan kejadian dirinya yang diperkosa terus menerus oleh pamannya walau dia sudah dalam keadaan setengah membusuk seperti ini.

putar balik || sasunaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang