"Cepetan ngapa woii!"
Vania menggebrak pintu bilik toilet yang digunakan oleh Verra.
"Ya elah bentar ngapa! Bajunya nyangkut di kepala! Hijab gue geser! Argh!!" Verra berseru frustrasi.
"Cepetan, Ver. Yang lain udah pada di lapangan." Bella memberitahu. Mata gadis itu terus tertuju ke lapangan voli.
"Iya iya bentar! Bawel banget dah." Ketus Verra dari dalam sana.
Melihat lapangan voli, Bella teringat akan betapa bahagianya dirinya latihan setiap hari Kamis, memakai Jersey dan latihan bersama teman-temannya.
Beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar saat kenangan buruk tentang olahraga tersebut memenuhi kepalanya.
"Ck. Banyak sakitnya daripada bahagianya."
"Kenapa lo?" Sahut Vania.
Bella hanya mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban.
Terdengar suara pintu yang di buka. Muncullah Verra dengan wajah masam karena hijabnya sudah tak serapi tadi.
"Gue pengen pulang!" Verra merengek seperti anak kecil.
"Ngapain pulang? Lagian ini masih pagi." Sahut Bella.
"Bete! Hijab gue gak rapi lagi." Adu gadis itu.
"Yang penting menutup aurat, Ver." Bella mengingatkan.
"Iya sih, tapi kan gue jadi gak pede."
"Pede gak pede kita harus ke lapangan!" Tanpa aba-aba, Vania menyeret Verra menuju lapangan. Namun sebelum itu mereka bertiga ke kelas untuk menyimpan baju seragamnya.
"Yang datang telat, silahkan buat barisan." Pak Adam menginstruksi.
Guru olahraga muda itu nampak sangat tampan jika terkena sinar matahari pagi.
Kulitnya putih dengan tinggi 175 cm. Pak Adam punya gigi gingsul yang membuat senyumnya tambah manis.
Pak Adam juga termasuk deretan guru-guru ramah dan penyabar.
Kalian tau sendiri kan betapa ribetnya cewek-cewek kalau olahraga. Nyerah duluan, bilang gak bisa, kalau di suruh praktek maunya belakangan semua lagi. Itu sudah menjadi makanan sehari-hari Pak Adam.
"Lo di depan. Lo kan pendek." Celutuk Verra sambil mendorong tubuh Vania.
Vania menatapnya datar. "Beda 1 senti doang sok keras lo."
Tinggi Verra dan Vania cuma berbeda 1 cm. Vania 157 cm sedangkan Verra 158 cm. Walaupun demikian tinggi keduanya sudah di atas rata-rata teman-teman mereka yang kebanyakan berbadan mungil.
Maka dari itu mereka menamai circle nya dengan nama Trio Bambu.
"Putri, pimpin pemanasan." Titah Pak Adam.
Putri mengangguk lalu melangkah dengan gaya seperti bebek. Dada dibusungkan dengan posisi badan agak membungkuk sedikit sehingga pantatnya terlihat menonjol. Sanggul gadis itu segede gaban.
"Bebek wek wek." Verra menirukan suara bebek. Vania dan Bella yang mendengar langsung cekikikan.
"Di kira dia doang yang punya." Sindir Vania. Gadis itu langsung digeplak oleh Bella.
Putri menatap Pak Adam. "Gimana caranya, Pak? Saya gak bisa." Putri merengek dengan suara yang diimut-imutkan.
Vania hampir muntah saya mendengar suara Putri yang mirip tikus kejepit di pintu.
"Idih. Jijik gue dengernya."
Pak Adam mencontohkan beberapa gerakan pemanasan yang biasa mereka praktekkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Teen Fiction[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...