Chapter 21

192 18 0
                                    

malam itu sekitar jam sembilan malam Jayendra dan Arsa sudah ada dirumah Nanda namun Saka masih belum menunjukan batang hidungnya. dihubungi pun tidak dijawab. Arsa dan Nanda merasa santai saja dengan itu mereka pikir Saka mampir dulu ke suatu tempat.

Sungguh berbeda dengan Jayendra yang malah merasa tak enak hati setiap mengingat temannya itu. Jayendra merebahkan badannya di sofa, matanya menatap kosong ke arah dinding rumah Nanda yang berwarna putih. padahal sekarang jika menoleh kearah kanan, Arsa dan Nanda sedang tertawa keras karena melihat video-video lucu yang ditayangkan di televisi.

Jayendra menggigit ibu jarinya dengan pikirannya berkelana, apa Saka terjebak macet? membantu orang yang kecelakaan? membeli makanan yang antriannya banyak? kata Saka rumah pamannya tak jauh dari rumahnya yang dimana memang bersebalahn dengan rumah Nanda. namun kenapa sampai satu jam pemuda itu belum datang juga.

beberpa menit kemudian ponsel Nanda berdering menandakan ada panggilan masuk. ia langsung mengangkatnya, tak tahu dari siapa namun setelahnya raut wajah Nanda berubah seketika. setelah berkata kalau dirinya akan pergi kesana Nanda mengakhiri pangilannya dan bangkit dari duduknya. Jayendra juga langsung duduk dengan wajahnya yang mengadah menunggu Nanda menjelaskan hal apa yang membuatnya terlihat begitu serius.

"Si Saka masuk rumah sakit. dia dikeroyok. ayo kita kesana."

Arsa langsung bangkit dari duduknya, membawa jaket miliknya dari sofa. Nanda sendiri masuk kedalam kamarnya untuk memakai jaket dan membawa kunci motor juga helm. sedangkan Jayendra masih diam ditempatnya.

Bagaimana Saka bisa dikeroyok? apa ini ulah Bara atau Reyan? apa karena video itu? apa mereka tahu jika Saka yang mengambil videonya dan menyebarkannya di sosial media?

sampai akhirnya Jayendra baru sadar dari lamunananya ketika merasakan Arsa menepuk pundaknya. "lo kenapa sih? Ayo kita berangkat sekarang."

***

sesampainya di rumah sakit, tempatnya di bagian IGD. Jayendra, Arsa dan Nanda belum diperbolehkan masuk kedalam karena orang yang diperbolehkan masuk dibatas. namun Nanda sudah mengerim pesan pada Ayah Saka dan mengatakan jika dirinya sudah ada di depan IGD untuk melihat keadaan Saka. namun belum ada balasan apapun, bahkan pesannya belum dibuka.

ketiga pemuda itu gelisah disana, ia takut Saka terluka parah dan tak lama dari itu seseorang datang dengan bajunya yang ternodai bercak darah. Ketika melihatnya Nanda langsung bangkit menghampirinya begitupun dengan Arsa. lagi-lagi Jayendra hanya diam terduduk seolah terpaku di kursi tunggu berwarna abu itu, ia meremat bagian bawah kursi.

Tak tahu kenapa tapi badannya mendadak terasa lemas, Napasnya pun terasa sesak dan ia berkeringat dingin. Jayendra menahan semua yang ia rasakan dan memfokuskan dirinya untuk mendengar penjelasan dari orang yang bernama Dimas itu, orang yang tengah berbicara dengan Nanda dan Arsa.

"Lo nolongin si Saka tadi? lo tahu siapa pelakunya?" Tanya Nanda.

"gue gak tahu, karena mereka pada pake masker. pas gue sama beberapa temen dan warga disana ketempat itu mereka langsung kabur. tapi emang gila sih, siapa pun pelakunya dia gila banget, mungkin emang niat dia ngebunuh si Saka."

"emangnya kenapa?" Kali ini Arsa yang bersuara.

"Lo kalo liat nangis, Sa! tadi tuh ya, si saka diinjek-injek dan ditendang mungkin sama enam orang, terus si Saka yang dilantai itu kepalanya ditutup karung. dia gak dikasih jeda buat ngelawan. dan kayaknya emang mereka ngeroyoknya belum lama karena pas gue kesana dan bantu ngelepas karung dari Kepala Saka. dia masih sadar. gue lega banget pas dia masih bisa buka mata dan ngenalin gue. karena bro, kalo si Alden ngasih tahu gue telat, mungkin kita udah kehilangan Saka sekarang."

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang