Tekan tanda ⭐️ dulu , yuk!
Selamat membaca 🥰
✿︎✿︎✿︎
"Alicia, kapan kamu bisa bersikap dewasa seperti Ana?" Jenna, ibunya berteriak menghentikan langkah Alicia yang sudah berada di depan pintu. Ia hendak menghadiri pesta ulang tahun Joanna. Tapi sepertinya ibunya akan membesar-besarkan perilakunya lagi.
Kelelahan Alicia mengenai kehidupan SMA tidak berhenti di sekolah saja. Bahkan, segala keletihannya berawal dari rumah. Terutama mengenai sikap ibunya. Tak heran ia sangat tak sabar menantikan kelulusan. Begitu ia lulus, ia bisa keluar dan bebas dari tempat terkutuk ini.
Jika definisi kata dewasa menurut ibunya adalah sosok seperti Anastasia, Alicia memilih untuk tidak pernah dewasa. Saudara tirinya itu terlalu penuh tipu daya. Di depan semua orang, dia seperti kertas putih tanpa noda. Sosok yang mampu membuat Alicia layaknya bawang merah dan dialah bawang putih yang lemah.
"Alicia!" Teriak Jenna lagi.
"Mama ingin aku apa?" Gerutunya kesal. Bagi Jenna, setiap tindakan Anastasia pasti benar dan Alicia yang salah. Entah siapa sebenarnya putri kandung Jenna, nyatanya selalu Anastasia yang paling utama di matanya.
"Tetap tinggal di rumah. Jangan pergi kemana-mana."
"Tapi Ana pergi?"
"Ana itu berbeda. Dia perlu berkumpul dengan teman-temannya. Dia jarang keluar. Tidak seperti kamu."
Bahkan ucapan Jenna sering tak berdasar. Ia heran kenapa ibunya bisa buta. Padahal Alicia jarang sekali keluar rumah malam hari. Sungguh sangat tak wajar sekaligus menyebalkan.
Andai saja Jenna tahu apa yang sebenarnya Anastasia lakukan di luar sana, mamanya itu pasti takkan mampu berkata begitu. Tak peduli berapa kali Alicia menjelaskan, hasilnya tetap sama. Alicia yang berakhir terlihat buruk. Tipu daya Anastasia sekuat itu. Mungkin karena darah penyihir mengalir dalam darah saudara tirinya itu.
"Oke." Balas Alicia ketus. Ia sudah terlalu malas menanggapi Jenna.
Ia lalu berbalik ke kamar. Itu artinya ia akan pergi dengan menyelinap seperti biasa. Melompat melalui jendela.
✿︎✿︎✿︎
"Alicia, baby. Akhirnya kamu datang. Kupikir kamu takkan berhasil kemari." Ucap Joanna manja lengkap dengan memanyunkan bibirnya.
"Mana mungkin aku melewatkan ulang tahun sahabatku, Jo." Sekalipun sebenarnya ia tak nyaman, tambahnya dalam hati. Sangat sulit bagi Alicia untuk bersahabat dengan keramaian. Pesta jelas jauh dari daftar kegiatan favoritnya.
"Benar sekali. Ayo, kita menari?" Ajak Joanna, menariknya menuju kerumunan orang yang menari di tengah ruangan. Pria dan wanita dengan pasangan mereka masing-masing bergumul disana.
"Tidak, Jo."
"Aku akan mencarikan pasangan untukmu. Lihat, Rio masih sendirian." Bujuknya sambil memandang ke arah Rio yang berada di seberang ruangan. Pria itu sedang berbincang dengan pria lain yang Alicia tidak kenal. Jujur saja, banyak sekali yang tidak ia kenal sekalipun mereka satu sekolah. Selain karena seolah mereka yang terlalu besar, Alica terlalu berkutat dengan kutukannya.
Rio balik menatapnya. Mungkin merasa dirinya dibicarakan. Menari dengan Rio sebenarnya bukan ide buruk. Pria itu baik dan ramah sekalipun dirinya Werewolf. Dia juga berwajah tampan. Sebelumnya, Rio juga pernah beberapa kali mendekatinya. Namun, sayang sekali Alicia tidak merasakan magnet di antara mereka. Alicia tidak ingin memberikan harapan palsu. Jadi ia harus menolak.
Alicia menghentikan langkah sahabatnya, "Lebih baik aku menikmati minuman yang ada disini. Aku akan duduk disana," tunjuknya ke arah meja yang ada di sudut. "Lagi pula aku lapar." Dengan begitu ia berharap bisa mengurangi rasa paranoid yang menghantuinya sedari tadi.
Sebenarnya, beberapa kali sejak ia sampai Alicia merasa ada mata yang memperhatikannya. Namun tiap kali ia menengok ke sekeliling, Alicia tak menemukan siapapun. Mungkin hanya perasaannya saja.
"Baiklah." Melihat keteguhan Alicia, Joanna setuju. Sahabatnya itu memang paling mengerti sifatnya. "Akan kubiarkan kamu kali ini. Satu kali ini saja." Tegasnya. "Hanya karena aku harus segera menemui Adrian." Tambahnya berbisik. Andrian adalah manusia dan pacar Joanna.
Alicia tersenyum, "Pergi sana." Ia takkan menghentikan sahabatnya bersenang-senang di hari ulang tahunnya.
Setelah Joanna meninggalkannya sendirian, Alicia segera mengambil segelas minuman dan menuju ke sudut yang ia maksud.
Alasan lain ia memilih menghindari kerumunan dan duduk di pojok, Alicia melihat James ada disana. Pria itu sedang menari dengan adik tirinya. Miris sekali, bukan?
Berkebalikan darinya, Anastasia sangat populer di sekolah. Entah sihir apa yang wanita itu gunakan hingga bisa membuat siapapun luluh dan menganggapnya wanita lembut. Sepertinya hanya Alicia yang menyadari tipu daya adik tirinya itu.
Jantungnya serasa diremas-remas melihat keduanya menari disana. Apalagi..
Ah, tidak boleh diteruskan. Hanya sakit yang akan menghampirinya jika Alicia meneruskan arah pikirannya yang kacau.
Jadi, ia memilih memperhatikan waktu pada jam dinding besar dan mewah yang terletak tak jauh darinya. Tepat tengah malam, ia bisa pulang.
Sekalipun posisinya sudah di sudut, perasaan ada seseorang yang memperhatikannya masih belum hilang.
Tik tok tik tok tik tok.
Alicia berharap waktu cepat berlalu.
✿︎✿︎✿︎
Ramaikan dengan voment, yuk, biar Scarlett semangat nulisnya. Thank you. 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Lycan Series
Fantasy[21+] Royal Lycan Series Book 1: Alicia [end] Book 2: Lorenzo [ongoing] Book 3: Cordelia [tba] Book 4: Archer [tba]