"Kau yakin ini tidak terlalu besar?" ucap Inojin menggelar baju bayi itu di hadapannya, "Putra kita bahkan tidak sebesar ini."
"Ih! Ini itu trik supaya pakaiannya bisa dipakai lama tau! Lagipula, apa salahnya kita beli semua bajunya untuk beberapa tahun ke depan?" Himawari hanya terus berjalan sembari mencentang semua daftar belanjaannya yang sudah menghampiri keranjang troli yang setia didorong suaminya itu. "Hmm aku rasa sudah semuanya." ia berbalik dengan tiba-tiba dan menyodorkan daftar belanjanya itu.
Inojin hanya mengganguk seraya melihat daftarnya, lalu dengan cepat mengembalikan semua barang yang ia rasa tidak penting kembali ke raknya. "Nah sudah, ayo keluar dari tempat ini sebelum kau semakin memerasku."
"Ihh! Kenapa dikembalikan?! Ini semua penting tahu!" Hima menarik kembali sepatu berwarna kelabu yang baru saja disimpan Inojin itu dan meletakannya kembali di keranjang, namun dengan cepat juga Inojin menaruhnya kembali. "Kenapasih?! Kau kan punya banyak uang, tidak boleh pelit sama anak sendiri!"
"Dia belum butuh ini. Beli barang yang kita butuhkan saja." ia mendorong trolinya seraya menjauhkan istrinya yang bermasam muka itu dengan menoyor kepalanya sedikit, "Aku memang banyak uang, tapi itu bukan berarti kau bisa berperilaku konsumtif seenaknya Hima. Sudah, ayo ke supermarket."
"Iishh iya iyaaa," sebalnya, gemas dengan sikapnya itu, ia mencubit pipi Hima sampai membuat tingkat kekesalannya itu bertambah padanya. "Apasih!"
"Sudah jangan begitu, nanti ku belikan eskrim." Hima semakin sebal bahkan semakin membuang mukanya pada suaminya itu, memilih untuk tidak ikut mengantre di kasir depan dan hanya menungguinya di luar toko.
"Aku bukan anak kecil lagi ya! Yang bisa kau bujuk hanya dengan eskrim!" tidak, dia berbohong, ia masih sangat bisa dibujuk dengan itu.
"Tentu saja." Inojin memindahkan kantung belanjaannya pada tangannya yang lain untuk menarik Hima masuk ke dalam rangkulannya, "Kau sudah jadi Ibu dari anakku, kau pasti bukan anak kecil lagi."
"Tapi.. Sejujurnya eskrim juga tidak buruk! Hari ini panas sekali kan?" lihat, dia apa yang tadi ku katakan. Ia hanya dapat seringai atas rayuannya itu, "Heii! Mau kemana? Tunggu aku!" ujarnya seraya mengejar suaminya itu yang entah kenapa tiba-tiba mendahuluinya.
"Katanya kau mau eskrim! Ayo!" teriaknya, ya tidak sepenuhnya, mereka masih di tempat umum. Inojin tidak mau lagi disangka sebagai pedofil gila yang tengah mencari mangsa atau sebagai pria tua menjijikan yang menjadikan para gadis muda sebagai objek fantasinya. Ditegur bahkan dihardik oleh orang asing hanya karena kelabilan istri remajanya itu berkali-kali hari ini sudah cukup untuknya.
"BENARKAH?! ASYIK!"
Akhirnya, rencana mereka untuk memenuhi sebagian daftar belanja tertunda untuk menyanggupi permintaan si tuan putri. Mereka bercengkerama tentang hal-hal tidak penting yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya, bagaimana Hima menjelaskan dengan semangat rasa eskrimnya atau bagaimana ia mengomentari hampir semua orang yang melewati mejanya dan Inojin yang menjadi pendengar yang baik mendengar semua ocehannya.
"Oh ya Shikadai bilang ingin berkunjung, dia minta kau buatkan teh lagi." Inojin mendorong mangkuk eskrim kosong miliknya menjauhinya, "Astaga kau ini," ia menarik selembar tissue dan mengelap permukaan bibir Hima yang penuh akan eskrim itu, sayang sekali ingatannya malah meluncur pada saat dimana ia begitu menikmati apa yang diselimuti makanan manis itu dan dengan cepat memalingkan wajahnya, "Sialan Inojin! Kau ini apa? Remaja yang sedang pubertas? Dasar bodoh! Kendalikan dirimu!"
"Hum? Kenapa?" Hima mengusap permukaan bibirnya sendiri, kebingungan akan respon aneh suaminya itu "Sudah bersih kok, terimakasih!–Oh iya kapan dia mau datang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Fall In Love? [COMPLETED]
FanfictionKata apa yang tepat untuk hal ini? Kutukan? Atau Anugrah? Jujur! Aku sangat bingung! Aku memang bahagia karena pada akhirnya, sosok yang aku sangat sangat kagumi dari dulu kini menjadi milikku Tapi apakah harus sekarang? Apa yang mama dan papa piki...