Serangkaian pelatihan untuk menjadi permaisuri dijalani oleh Hinata. Wanita itu memiliki dedikasi yang tinggi sehingga tumpukan buku yang berisi tata cara dan tradisi kuno Konoha masa kekuasaan Namikaze terlahap dalam waktu singkat. Tindak tanduknya sudah menampakkan kesiapan sebagai permaisuri Konoha. Dia telah pantas sebagai permaisuri secara fisik, namun hatinya masih gamang.
Dia merindukan Hiruto. Bahkan kehadiran dua bayi milik Kushina tak mampu menggantikan kehadiran Hiruto, putranya sendiri. Dia bermain dengan dua bayi itu setiap hari. Dua bayi itu bahkan mengosongkan ASI yang membengkak di payudaranya.
Ya, dia menyusui dua bayi itu secara diam-diam. Dia menyusui dengan menitikkan air mata, membayangkan Hiruto yang pasti merindukannya dan kehausan. Bibirnya mengelus dahi Kenji yang ada di lengan kirinya dan dahi Eiji yang ada di lengan kanannya.
"Apakah kalian menikmatinya?" Hinata mulai bertanya, seolah dua bayi itu bisa mengerti apa yang dikatakannya. "Kakak kalian, bukan...keponakan kalian.. Hiruto tidak bisa menikmatinya lagi. Ya... Hiruto yang malang. Semua karena keegoisanku. Dia memang sudah waktunya disapih, namun ... ah... semoga dia selalu sehat. Kalian juga ya.... tumbuhlah dengan sehat."
Hinata tersenyum. "Kalian adalah adik-adik Naruto. Adik-adik Naruto menyusu padaku."
Hinata mulai melamun. Naruto juga suka menyandarkan kepalanya di dadanya. Dia teringat dengan saat-saat mesum mereka di salah satu gudang di padepokan milik Kasashi. Dua remaja yang sama-sama tersesat oleh cinta hingga Hiruto pun terlahir. Air matanya menetes kemudian.
"Dan aku harus menikahi ayah kalian. Menjadi permaisuri negeri ini sekaligus ibu pelindung bagi kalian. Aku mohon dukunglah aku menjalani peran itu. Hem....? Aku menyayangi kalian."
Dan kabar itu pun sampai di telinga Naruto. Putra mahkota Konoha itu pun begitu kecewa akan Hinata. Dia menangis seperti orang linglung. Hatinya nelangsa, merasakan ada ikatan penting yang hilang.
Sasuke hanya bisa menepuk pundaknya. "Sudahlah, Naru. Kau sudah memilih untuk menjadi suami Konan. Biarkan Hinata dengan pilihannya."
"Tapi menjadi istri ayahku? Kenapa dia tega sekali? Dia bisa menolak sebelum dekrit itu dituliskan!"
"Tapi itulah yang terjadi, Naruto. Ini juga sebenarnya menyelamatkan adik-adikmu. Atau bahkan menyelamatkan tahtamu."
"Aku tidak perlu diselamatkan. Apalagi itu oleh Hinata."
"Tapi itulah pemikiran ibumu." Sasuke meletakkan gulungan di depan Naruto. "Bacalah, karena setelah ini aku harus membawanya kembali. Ini dari Hinata."
Naruto menatap penuh harap.
"Bukan, ini bukan surat darinya. Dia sudah menganggapmu orang asing. Tapi dia ingin kau tahu masalah ini."
Naruto mengulurkan tangannya di atas gulungan. Dia membuka gulungan dan mulai membaca. Sejarah Konoha yang selama ini dihilangkan oleh Senju dan Uzumaki.
"Ayahmu adalah pewaris Konoha sesungguhnya. Ibumu dan Mendiang Neji mengetahui itu sehingga mereka ketar-ketir." Kata Sasuke ikut menjelaskan.
"Jadi....,Ayahanda... ?"
"Hinata bercerita padaku. Ratu Kushina kawatir jika pada akhirnya Namikaze berkuasa lagi dan putra-putranya tersingkir."
"Ayahanda tidak mungkin melakukan itu."
"Hati manusia tidak ada yang tahu, Naruto. Oleh karena itu, ibumu memutuskan mengembalikan kekuasaan pada pewaris asli tapi tetap dengan cara melindungi putra-putranya. Dan karena Byakugan-Hyuga sejak awal adalah wilayah teritorial Konoha, maka penyatuan diperkuat dengan pernikahan Namikaze dan Hyuga. Terpilihlah Hinata yang juga merupakan bibi dari adikmu. Hinata bisa melindungi adikmu yang juga keturunan Hyuga. Itulah pemikiran ibumu, Naruto. Beliau sampai berpikir keras di masa akhir hidupnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire Of Kingdom
FanfictionTak ada yang tahu sampai di mana desiran hati itu berakhir