_20_

388 68 0
                                    

Haerin meletakkan kepala Hanni dibahu, berusaha menyamakan posisi gadis yang kini tengah tertidur disisinya.

"Heeseung hendak membawanya pergi kemarin, beruntung aku datang diwaktu yang tepat" ucap Hyeju memecah keheningan.

Sudah 5 jam mereka berkendara kini ketiganya mulai menjauh dari hiruk-pikuk perkotaan, membawa serta perasaan lega didalam hati masing-masing.

"3 minggu terakhir aku mulai mengikuti kemanapun kau pergi. Hanya untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja, karena ku lihat beberapa orang suruhan ayah Hanni mulai gencar untuk menangkap mu"

Itulah sebabnya Haerin merasa seseorang terus mengikutinya, bahkan saat dirinya berangkat dan pergi ketempat kerja. Namun anehnya ia tak mengetahui bahwa itu adalah Hyeju.

Apakah orang-orang itu telah dilatih sebelumnya untuk menjadi penjahat kelas kakap? Mereka begitu hebat saat menyamar.

"Aku yakin kau juga pasti mengetahui siapa orang yang sengaja menyimpan obat-obatan itu diflat ku" ucap Haerin dengan datar.

Tak ada respon apapun dari Hyeju menyimpulkan bahwa diamnya gadis tersebut mengiyakan ucapannya.

Haerin berdecak penuh ejekan, membiarkan keheningan mengambil alih kembali.



________________________________




Terlihat matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri. Nyanyian jangkrik dan hewan malam lainnya turut terdengar saling bersahutan.

Segarnya udara pagi yang lembab membuat tubuh terasa rileks, diam-diam Haerin merindukan suasana damai yang sudah lama tak dirasakannya tersebut.

"Aku mengemas beberapa pakaian untuk kalian" Hyeju mengulurkan tas punggung miliknya kepada Haerin.

"Apa kau yakin tidak ingin tinggal disini bersama kami?" Jauh di lubuk hati, ia benar-benar mengkhawatirkan mantan teman kerjanya tersebut.

"Tidak, adikku masih membutuhkanku"

"Terimakasih karena telah menyelamatkanku" ucap Hanni dengan senyum lebarnya.

Tampak wajah kesedihan dari Hyeju saat melihat senyum tulus yang Hanni berikan kepadanya.

"Tak masalah, ku harap kalian baik-baik saja disini. Aku percaya Haerin bisa menjagamu dengan baik, tolong jangan membiarkannya sendiri lagi"

Haerin mengeratkan genggamannya ditangan Hanni, menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan.

"Aku pergi dulu"

"Terimakasih untuk semuanya, Hyeju" terlihat keduanya saling melempar senyum tipis, berusaha menyakinkan satu sama lain bahwa mereka akan baik-baik saja.

Mobil mulai melaju pergi meninggalkan mereka, menyisakan kesunyian kembali menyelimuti.

Haerin menghela napasnya panjang, menatap rumah kosong dihadapannya yang kini sudah ditumbuhi rerumputan dan ilalang setinggi tubuh orang dewasa.

Kepalanya menoleh pada Hanni yang dengan setia berdiri disamping, saling bergenggaman tangan seakan tak ingin melepaskan satu sama lain.

"Ini desa tempat tinggalku dulu dan ditempat kita berdiri saat ini adalah halaman rumah milik keluargaku" Haerin menatap sendu bangunan rumah yang sudah tak berbentuk tersebut.

Rumah yang menyimpan ribuan kenangan yang ia bagi bersama ayah, ibu, dan kakaknya dulu. Kini kondisinya sudah sangat mengerikan dan tak layak huni.

Bahkan Haerin masih bisa melihat sebagian rumah yang menghitam, ulah dari keganasan api yang melahap seisi rumah.

Terasa sapuan halus ibu jari Hanni dipunggung tangannya sedikit mengobati kesedihan yang tiba-tiba menghinggapi hatinya.

"Permisi? Aku melihat kalian berdua berdiri disini sedari tadi, apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu?"

Tiba-tiba suara berat namun ramah mengejutkan keduanya. Haerin semakin terkejut saat melihat siapa orang yang kini tengah tersenyum lebar kearahnya.

Tampak pria tua tinggi dengan wajah asing dan rambut yang sudah memutih seutuhnya berdiri tak jauh dari keduanya. Haerin benar-benar masih mengingat pria tua tersebut.

"Pak Alston?"



.
.
.
.

My Eyes || [𝕂𝕚𝕥𝕥𝕪𝕫] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang