HUG [Second Life- another flashback]

1.4K 47 1
                                    


"Kalo capek, berhenti dulu." 

---*---


|No matter how much you hide it, you know you can't hide it forever|

|No matter how much you hide it, you know you can't hide it forever|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah dicek ASInya?"

Seungcheol tercenung sesaat. Masih dengan tangan kanan menggenggam jemari bayi 10 bulannya yang menangis memberontak ingin sekali menggaruk wajahnya sendiri yang bahkan di dekat pelipis sedikit mengeluarkan darah. Pukul setengah satu dini hari dan Seungcheol terbirit-birit pergi ke ER rumah sakit karena tak tahan dengan bayinya yang berjam-jam menangis.

"Gak ada bengkak di kerongkongan. Radangnya gak ada. Suhunya 39 derajat ini karena Rayya-nya gatel semua."

Oke, tatapan dokter Okta seolah menghakiminya. Bagaimana Seungcheol harus menjawab?

"Kalo gak ASInya, bisa bawaan. Ayah atau Yandanya ada yang punya eczema?"

Diam lagi Seungcheol. Tak sanggup menjawab karena kepalanya kosong.

Baru 6 bulanan Seungcheol memutuskan kembali ke Jakarta karena toh untuk apa menetap di London kan?

Sibuk ia mencari suster yang cocok untuk Rayya karena ia sadar betul, tak mungkin membawa Beth ke Jakarta dan ia pun tak mungkin sanggup mengurus bayi sendirian sementara ia juga tetap harus bekerja. Sudah banyak sekali dispensasi yang diberikan oleh kantor dan rasanya sangat tak bertanggung jawab bila pimpinan sepertinya seolah 'nyeleweng' dari tanggung jawabnya. Sementara tentu bayinya tak bisa dipegang oleh sembarang orang.

Dispensasi untuk urusan pekerjaan sudah beberapa kali ia dapatkan. Sadar dengan privilege yang ia miliki, ia tak ingin melakukan abuse of power dengan melarang Mbak Mirna, suster yang akhirnya berjodoh dengan Rayya 4 bulan lalu, yang meminta ijin padanya karena Ayahnya di kampung meninggal dunia. Seungcheol tak ingin dicap tak berperikemanusiaan kan? Jadilah Mbak Mirna pulang kampung 5 hari ini, meninggalkan Seungcheol dengan Rayya yang mendadak muncul ruam kemerahan, kulitnya kering bahkan pecah-pecah di seluruh badan hingga area pipi dan pelipisnya, terlihat gatal luar biasa karena anak itu tak henti menggaruk badannya hingga luka.

Buru-buru ia minta diantar ke rumah sakit dan di sinilah ia, diadili bak kriminal tanpa dapat melontarkan satupun pembelaan.

"Saya enggak dok."

"Yandanya?"

Dokter Okta menangani Rayya beberapa bulan ke belakang. Sangat amat paham riwayat kesehatan bayi ini, termasuk soal si bayi yang masih rutin meminum ASI dari donor ASI terpilih. Ia juga tau bahwa Rayya adalah bayi prematur, masih butuh penanganan khusus dan dipantau terus-menerus. Meski usianya 10 bulan, namun usia koreksinya sekitar 8 bulan karena si bayi dilahirkan saat usia kandungan Jeonghan sekitar 7 bulan. Setiap hari tak pernah ada kata 'santai' di hari-hari Seungcheol.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang