"L" Letter

34 5 0
                                    

Saat rapat OSIS kemarin berakhir, Pak Aji mengemban tugas tambahan kepada Bagas dan Asta untuk mencari tahu siapa penulis surat itu. Bagas meminta tolong untuk Asta yang mengatasi ini karena dia sedang sibuk mengurus OSIS periode akhirnya. Asta menurut saja karena dia memang penasaran dengan pembuat onar itu. Asta mulai menyusun rencana. Pertama yang mereka lakukan adalah dengan mewawancarai Pak Landung sedetail-detailnya. Informasi dari Pak Landung tak membuahkan hasil. Sepenglihatan Pak Landung, pembawa surat itu adalah babang ojek online. Itu saja. Jangankan plat nomor, merek dan warna motor aja lupa. Kekecewaan berkecamuk di benak Asta. Dia mencari cara lain.

Cek CCTV di penjuru sekolah. Untuk rekaman CCTV dari sisi lain sekolah juga nol. Tidak ada orang yang menunjukkan gerak-gerik aneh. Sialnya, ternyata tidak terpasang CCTV di daerah OSIS. Bagaimana mau ngerti penguntit yang masuk ruang OSIS lah mata-matanya aja nggak dipasang. Asta pun melaporkan hal ini ke Pak Aji. Respon Pak Aji sangat bagus. Dia meminta Pak Budi penjaga sekolah untuk menelepon tukang pasang CCTV agar segera dipasang.

Pak Aji menanyakan rencana lain kepada Asta. Ide kali ini konyol. Bisa sih, tetapi lumayan susah karena akan memakan waktu. Rencananya, yaitu semua guru wajib mengumpulkan catatan semua siswa. Kemudian, Asta akan mencocokkan satu per satu tulisan siswa dengan tulisan surat. Pak Aji mengizinkan tetapi jika itu benar-benar mentok. Pak Aji juga memberi saran kepada Asta kalau memang tidak menemukan peneror itu, diamkan saja. Ikuti alur dan permainan yang dia mau daripada pusing dan membuang-buang waktu. Asta menyampaikan ini ke Bagas agar anak-anak yang lain juga tahu.

***

Suasana kelas XI IPS 4 sunyi. Mata Steffy dan penghuni kelas melihat gerak-gerik Dewa yang berlalu lalang nggak jelas. Tangan kanannya memegang dagu, sedangkan tangan kirinya bergelantung di kepala. Dia sedang berpikir tentang “L” Letter yang mencoba mengadu domba society dan scientist. Yang membuatnya geram adalah kok bisa namanya dan Defga dijadikan sebagai calon ketua dan waket OSIS. Tanpa seizinnya. Sesekali dia melihat Defga dengan salah satu alis yang terangkat. Bisanya nih anak santai tanpa beban.

“Pokoknya gua harus cari tahu siapa itu L!” kata Dewa yang meremas tangannya geram. Defga yang melihat sahabatnya kayak cacing kepanasan, mengangkat tangannya memberi kode slow bro.

“Lo nggak penasaran El?” tanya Dewa kepada Defga, “Kalian nggak penasaran?” Dewa mengarahkan telunjuknya ke teman-teman yang ada di kelas. Semua mengangguk.

“Nama kita loh dipergunakan tanpa izin. Lo rela?” Defga mengangguk mantap. Dewa melongo dengan jawaban Defga. Dia menggelengkan kepala heran. Lagi, bisanya dia rela jadi tumbal.

Defga berdiri menghampiri Dewa. Dia menepuk pundak tegap Dewa dan berkata, “Tenang, Bro! Kita ikuti saja alurnya. Anggap saja kita lagi main game.” Defga keluar pergi meninggalkan Dewa dan teman-temannya.

 ***

“Ha...ha...ha...” Elang tampak sumringah hari ini. Pasalnya, “L” Letter yang ditakuti para siswa justru menjadi sumber kebahagiaan baginya. Elang merasa suka dengan surat yang secara nggak langsung mengadu domba Eliams. Elang menganggap ini hanya sebuah permainan seperti bermain playstation kebanggaannya.

“Bagus! Keren! Tanpa campur tangan gua, Eliams terporak-porandakan. Terima kasih “L” Letter,” Elang bertepuk tangan seraya tertawa kembali menertawakan society dan scientist.

“Kali ini, gua nggak akan duduk saja. Gua akan ikuti alur yang “L” mau.”

Seketika kelas XI IPA 4 yang tadinya riuh berubah menjadi senyap karena mendengarkan ucapan Elang. Glory moment. Seorang Elang yang tidak perduli dengan hal kegiatan sekolah, sekarang sangat antusias. Tetapi, antusias karena apa? Karena dia ingin mengalahkan society dan balas dendam?

"L" LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang