Prolog; The beginning of everything.

1.5K 152 1
                                    

𓆩⟡𓆪

    Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Bintang. Bukankah mereka nampak berkilauan? Menghiasi langit malam yang gelap dengan percikan cahayanya, ditemani oleh induk mereka yakni bulan.

    Katanya, cahaya bintang-lah yang membuat bulan menjadi bersinar terang di langit. Jika tanpa bintang, langit malam tidak akan begitu indah, bulan pun tidak akan bisa bersinar terang.

    Mereka mengandalkan bintang. Dan bintang tidak mendapatkan keuntungan apapun dari mereka.

    "Lalu bintang juga dapat mewujudkan permohonan kita saat mereka jatuh—"

    "Ibu, aku telah mendengar cerita ini berpuluh-an kali.." keluh gadis tersebut, wanita tersebut yakni ibunya terkekeh.

    "Tapi bukankah mereka sangat misterius? Justru ibu sangat penasaran dengan mereka," sahutnya dengan senyuman yang tidak pernah menghilang dari wajahnya, kamu hanya menghela nafas.

    "Pasti masih bersangkutan dengan 'kebebasan' yang dimiliki oleh bintang, bukan?"

    Benar, meskipun banyak yang mengandalkan bintang tetapi ia tetaplah bebas dan bisa terbang di langit angkasa tanpa beban. Tugasnya hanya menyinari langit malam, membuat ekspetasi tinggi kepada manusia.

    Wanita tersebut hanya membalasnya dengan tersenyum, senyumannya sedikit mencair akibat perkataan putrinya yang faktual.

    "Sudah, sudah, ibu tidak ingin memikirkan 'kebebasan' lagi. Karena ibu tidak yakin itu akan terjadi kepada kita," sang ibu terbangun dari posisi duduknya, lirih matamu menatap kearah punggung ibumu, penuh dengan luka pukul yang membekas berwarna ungu dan merah.

    Kebebasan yang kalian maksud adalah terbebas dari genggaman sang ayah, yang kalian sudah anggap monster dirumah. Bisa saja ibumu bercerai dengan ayahmu, namun karena ibumu tidak bekerja dan tidak memiliki keluarga, akan sulit jika ia ingin hidup sendiri bersama putrinya, bahkan jika baru satu menit yang terlewat pun yang namanya uang akan dibutuhkan.

    Sudah sejak lama kamu memikirkan masa depanmu, menjadi seorang Alkemis yang sukses dan dapat membiayai ibumu lalu memisahkannya dari iblis bernama 'ayah' tersebut.

    Itu sebabnya kamu belajar dengan bersungguh-sungguh, meskipun ayahmu tidak memiliki niat sedikitpun untuk menyekolahkan mu tinggi-tinggi, kamu tetap berusaha.

    Karena terlalu larut kedalam pikiranmu, sang ibu pun membuyarkan lamunan mu, "nak, mari kita makan malam bersama. Sebelum ayahmu pulang," ujarnya.

     Kamu mengangguk pelan lalu bangun dan berjalan menuju meja makan, seperti biasa, makanan yang disajikan hanyalah ikan dengan saus asam manis.

    Mengingat bahwa ayahmu sangatlah pelit untuk memberikan uang untuk sehari-hari, hanya itulah yang bisa kamu santap bersama ibumu, sedangkan ia memakan makanan mewah diluar dengan wanita lain.

    Seperti inilah kehidupanmu sehari-hari. Kekerasan selalu terjadi setiap hari nya, dipukul, ditendang, bahkan memakai alat seperti sapu pun sering kamu dan ibumu rasakan.

    Bagaimana bisa kamu terlahir dari bibit bajingan itu? Bahkan kalian tidak mirip sama sekali, ia hanya membagi warna rambut denganmu.

    Setelah makan malam bersama, ibu menyuruhmu untuk tidur karena jarum jam telah mengarah kearah angka 10. Sebelum itu kamu mencuci piring-piring bekas makan untuk meringankan beban ibumu, lalu berjalan menuju kamar.

    "Nak," kamu berhenti berjalan dan menoleh kembali kearah ibumu yang tiba-tiba memanggilmu, "jangan lupa berdoa, seperti setiap malam sebelumnya."

    Kamu mengangguk pelan dengan senyum tipis, lalu kembali lagi berjalan menuju kamar.

   Sebenarnya kamu tidak begitu mengerti kenapa ibumu selalu menyuruh mu untuk berdoa setiap malam, memang kamu akan berdoa ke siapa didunia ini? Aeon? Mustahil bukan?

    Tetapi, jika memang mereka yang bisa membuat ibumu terbebas dari rantai gelap yang diikat diseluruh tubuhnya oleh sang iblis. Kamu tidak akan ragu-ragu untuk berdoa kepada mereka.

    Setelah menidurkan tubuhmu ke kasur yang empuk tersebut, kamu melirik kearah jendela yang memberikan pemandangan langit gelap gulita, bintang terlihat jelas disana.

    ... Apa jadinya jika kamu hanya berdoa untuk langit malam, lebih tepatnya bintang dibandingkan Aeon? Apa ada yang berubah nanti?

    Pikiran konyol mu mengisi otakmu, rasa penasaran turut menggerogoti tubuhmu, tubuhmu bergerak sendiri menghadap kearah jendela lalu kedua tanganmu mengepal bersama, menatap langit malam dengan dalam.

    "... Ibu sangat mempercayai bintang, bulan, dan langit malam dibandingkan Aeon. Maka dari itu, kurasa itu kunci jawabannya...

Jika pada malam ini aku berdoa, aku yakin doa ku akan terwujudkan... "

    Gila? Ya, saat itu kamu berpikir akal sehatmu telah hilang karena beban yang kamu pikul terlalu berat.

    Namun siapa sangka... Itu akan terwujudkan...

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

    Ia kembali membuka kedua matanya, tersadar bahwa ia tidak sengaja tertidur saat sedang mengamati langit angkasa yang telah ia lihat selama puluhan—ratusan─bahkan ribuan kalinya.

    Gadis tersebut, yakni {name} melepas tangannya yang menyelimuti lututnya, tubuhnya selalu melayang di angkasa, ia selalu bersinar layaknya bintang.

    Semenjak doanya terwujudkan, tibalah ia disini selama ribuan tahun, mengamati makhluk hidup yang berada di setiap planet seperti Aeon.

    Mereka bilang ini adalah sebuah berkah untuknya, namun baginya..

    Ini adalah kutukan, dan penyesalan yang tak akan pernah hilang di dirinya.

Star Path - HSR x Readers .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang