Hari yang sial. Terkadang kita merasa bahwa sepanjang hari yang kita jalani, kita selalu dipertemukan dengan kesialan. Kita merasa tak ada kebaikan yang terjadi dan selalu ditimpa musibah, terkadang juga hari yang kita lalui tidak seperti yang kita harapkan sejak bangun di pagi hari. Perasaan seperti itu lah yang kini tengah Greesel rasakan, sejak bangun tidur di pagi hari hingga kini menjelang malam saat latihan untuk kegiatan idol group yang ia jalani terus menerima kesialan. Greesel menghela nafas panjang, lagi-lagi kejadian tak mengenakkan menimpa dirinya.
"Kamu terlalu terbawa sama omongan fans, kamu gak sebagus itu" ujar Sensei pada Greesel, menohok hatinya dengan keras.
"Apa sih dance kyak gitu? Kamu ini member Jeketi apa sanggar anak-anak paud yang nari pelangi-pelangi?!"
"Kamu mau cepet-cepet nyusul Gracie dan Michie? Ini kamu gak liat ini?!" Sensei memukul cermin dengan kepalan tangannya, membuat suara yang cukup nyaring dan mengejutkan Greesel hingga nafasnya tercekat.
"Ngacaa...! Dance lu masih acak-acakan, perform lu berantakan.. Trus lu mau perform bareng senior? Mimpi!"
Makian dari Sensei membuat hati Greesel hancur berantakan, dirinya yang terkenal sebagai gadis kuat akhirnya rapuh juga. Ia menangis, air matanya terus mengucur deras meski ia berusaha menahannya dan ingin terlihat kuat. Ia hanya mampu mengangguk, menerima kata-kata dari Sensei yang begitu memukul tepat di hatinya. Greesel sadar, ia memang tidak sebagus itu, namun ketika Sensei yang mengatakannya, Greesel semakin merasa bahwa Gracie dan Michie terbang jauh meninggalkan dirinya.
"Kuat, kuat Icel.." seorang teman segenerasinya, disusul dengan seluruh teman satu generasinya, memeluk Greesel dengan erat dan mencoba menenangkannya.
"Mungkin ini bukan harimu Cel, tapi kamu pasti bisa!" ujar teman segenerasinya tersebut, seorang gadis berwajah oriental bernama Cynthia.
Semua kata-kata semangat, kata-kata penguat yang diberikan teman-temannya tidak banyak berpengaruh, Greesel sudah jatuh terlalu dalam hari ini. Bahkan ia sudah tak menyadari waktu dan tempat karena ia baru tersadar bahwa latihan telah selesai dan mereka sudah bisa pulang. Greesel merapikan barang-barang bawaannya, tanpa menyeka keringat maupun meneguk sebotol air mineral terlebih dahulu, ia bergegas meninggalkan area theater untuk pulang. Meski berat bagi hatinya, ia masih memberikan salam kepada Sensei dan juga staff-staff yang masih berada di theater, lalu keluar menuju lift dengan langkah gontai.
"Kamu mau nunggu atau naik online? Papa mama lupa bilang kalau kita harus ke rumah nenek... nenek sakit Cel" isi pesan dari kedua orang tuanya membuat Greesel kembali menghela nafas panjang, lagi-lagi ia merasa bahwa kesialan terus menimpanya.
"Yaudah... aku naik online aja, tolong titipin ke Mbak Ayi buat nyiapin air panas di bathtub sama makan malam ya ma, Icel capek" balas Greesel, dengan segala ketidakenakan pada dirinya karena ia tak pernah ingin menyulitkan ARTnya pada malam hari.
"Wah.. Mbak Ayi kan pulang hari ini, kamu lupa? Tadi siang dia berangkat dan baru pulang hari kamis besok. Anaknya sakit" balas mama dengan cepat, membuat gadis itu kembali lagi merasa kecewa.
Ia tak membalas pesan dari mamanya, ia menghentakkan kakinya ke tanah dan kembali menghela nafas penuh kekecewaan. Kini, ia hanya berdiri di tengah-tengah lobby mall FX Sudirman yang sudah sepi, seorang diri karena rombongan yang pulang bersamanya sudah dijemput oleh orang tua mereka. sendirian, di tengah malam yang semakin larut, akhirnya Greesel membuka aplikasi taksi online untuk memesan kendaraan pulang. Dengan kepala yang begitu pusing serta hati yang patah, ia berharap bisa segera pulang setelah memesan taksi.
"Cel, belom pulang?" tanya seseorang dari arah belakang, gadis yang menyapanya baru saja turun dari lantai 4 tempat theater berada.
"Belom. Gak ada yang jemput hari ini jadinya aku mau naik taksi online" ujar Greesel membalas pada Cynthia.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Collection 2
Hayran Kurgusama aja seperti yang pertama, biar gak kebanyakan aja yang sebelah hehe