Semua OSIS berkumpul untuk merapatkan beberapa agenda yang akan segera dilaksanakan. Agenda yang dibahas, yaitu persiapan kampanye calon ketua dan waket OSIS, pelantikan anggota OSIS, dan battle class. untuk pertandingan olahraga antarsekolah. Di saat tim OSIS sedang serius-seriusnya berdiskusi, tiba-tiba pintu terbuka dengan kerasnya, “Hai!” Elang. Ternyata Elang orangnya. Pede sekali dia nyelonong tanpa permisi.
Elang mendekati Bagas dengan membawa berkas. Kemudian dia pergi meninggalkan OSIS dan berkas yang dia serahkan ke Bagas. Bagas membuka berkas itu. Formulir pendaftaran calon ketua OSIS. Bagas tercengang. Tanpa repot-repot negosiasi, dia mau mengajukan diri. Persyaratan yang diminta juga lengkap. Berarti, Elang niat sekali untuk daftar. Tapi, ada angin apa kok dia mau ikut OSIS? Sudah tertebak, pasti dia mau balas dendam karena yang akan jadi rivalnya adalah Defga dan Dewa. Bagas menilik lagi kertas demi kertas dan pada lembaran terakhir Elang menyelipkan kertas kecil. Bagas membacakannya di depan rekan-rekan OSIS.
"Siapa pun yang bakal jadi calon wakil ketua OSIS yang menjadi tim gua, harap datang ke kelas gua saat pulang sekolah.”
Sontak semua pandangan tertuju ke Asta. Andalan OSIS yang juga sudah digadang-gadang menjadi penerus Bagas. Badan Asta melemas seketika. Dalam hati pasti menggerutu. Kenapa harus berpasangan sama Elang. Sebenarnya, kalau Asta bisa menemukan pasangan yang mau jadi waket OSIS, dia pasti aman karena ambisinya menjadi ketua bisa terlaksana. Selain itu, dia bisa terbebas dari penguasa nggak ada otak seperti Elang. Lah ini, udah cuma jadi waket OSIS, eh malah sama anak manja. Sudah tertebak deh yang bakalan kerja ekstra adalah Asta.
“Ya deh!!” jawab Asta lesu, “Semoga bisa, ya…” Anggota OSIS yang mendengar itu langsung bertepuk tangan dan memberikan semangat. Akhirnya, ada yang bisa menjadi penyelamat OSIS.
***
“Kamu tidak senang akhirnya bisa menjadi kandidat OSIS, Asta?” tanya Pak Aji. Lutfi, Bella, dan Asta dikumpulkan di ruang kepala sekolah. Pak Aji memanggil mereka karena Beliau ingin menindaklanjuti rencana tempo lalu.
“Atau kamu tidak puas karena tidak menjadi ketua?” Pak Aji bertanya dengan nada lebih keras.
“Kalau bukan kamu, lalu siapa lagi Asta? Tidak ada kandidat lain dan kamu yang paling pantas. Juga benar.” Asta tidak berani menatap Pak Aji. Wajahnya tertunduk menatap lantai.
“Jelaskan ke kami apa yang kamu dan Elang bicarakan!”
“Pertama, sebenarnya saya lebih ingin jadi ketua, Pak. Saya rasa semua orang lebih menginginkan saya daripada Elang. Tetapi karena ….” Asta menghembuskan napas panjangnya, “Ya sudah, Pak. Demi Eliam dan demi scientist.”
“Elang akan susah dikendalikan, Pak!” Asta menatap lamat Pak Aji. Pak Aji menepuk Pundak Asta untuk menenangkannya.
“Oleh karena itu, saya mengundang kalian bertiga ke sini. Kalian yang saya percaya.”
“Elang ngomong apa sama lo, Ta?” tanya Bella.
“Ya…. Dengan angkuhnya dia bilang, gua mau karena Dewa dan Defga. Gua mau mereka jatuh. Gua nggak peduli siapa yang jadi wakil gua yang penting tujuan kita sama. Gua nggak rela kalau Eliam dikuasai society. Cuma gua yang boleh bertindak dan mengubah peraturan sekolah ini sesuka hati. Dewa dan Defga itu licik.”
“Defga nggak kayak gitu, Bro!” Lutfi berdiri. Dia tidak menerima pernyataan Elang yang menghina sahabatnya. Pak Aji menghentikan Lutfi. Lutfi menangkupkan kedua tangannya. Dia meminta maaf ke Pak Aji.
“Gua nggak tahu mereka niat atau hanya menggertak. Tapi, gua mau mereka kalah. Nobody can drag me down! Itu kata Elang. Gua sih yakin dia akan nekat. Elang nggak akan main-main demi mewujudkan ambisinya. Dia akan all out.”
“Lo nggak negosiasi ke Elang biar dia yang jadi wakil?” tanya Bella.
“Nggak perlu ditanya udah jelas dia maunya apa, Bee.”
“Asta benar. Elang pasti tidak akan mau diposisi bawah. Ikuti saja. Asta yang sabar, ya,” kata Pak Aji.
“Lutfi dan Bella. Saya meminta kalian ke sini Bersama Asta karena saya mau kalian menjadi tim sukses Elang dan Asta.”
“Apa???” jawab Bella dan Lutfi bebarengan.
“Katanya mau bantu saya. Bantu saya menyukseskan Elang dan Asta, ya. Biar Eliam selamat. Defga itu baik dan memiliki ide miliaran. Sebaik-baiknya orang, jika disakiti akan garang juga. Itu yang saya takutkan dari Defga. Tampaknya dia diam saja. Tapi saya yakin, otaknya sudah bermain. Tinggal mengeluarkan rudalnya saja.”
“Kenapa Bapak berkata seperti itu? Bukannya Bapak dekat dengan Defga?” Asta memberanikan diri bertanya.
“Justru karena saya tahu. Saya takut.”
Pak Aji melepaskan kaca mata rigennya. Beliau usap kedua matanya. Terekam dari matanya kalau Beliau gusar. Orang yang Eliam hadapi sekarang baginya berbahaya. Bella, Lutfi, dan Asta masih tercengang melihat Pak Aji yang seperti itu. Secara tidak langsung mereka ikut merasakan ketakutan Pak Aji akan Eliam.
KAMU SEDANG MEMBACA
"L" Letter
Teen FictionSurat yang ditulis oleh inisial "L" menggemparkan Eliams -penghuni Eliam High School-. Surat yang berisi teror, tuduhan, dan adu domba menyerang antarsiswa super power. Surat singkat yang berhasil mencobak-cabik seluruh sekolah. Terutama, saat Defg...