Prolog

1 1 0
                                    


"Alvaa!! Sini bolanyaa," Caramel berlari mengejar kekasihnya. Setiap hari, Alvaro selalu membuatnya kesal. Dia sering mengganggunya dan bahkan tak segan merebut bola yang sedang dimainkan Caramel.

Alva melirik ke arah kekasihnya yang sedang berlari, dia terkekeh pelan. "Hahaha, sini kejar kalau berani."

"Alvaaa!!"

"Kenapa, hmm? Cape yah?" Alva menghentikan aktivitasnya dan berlari ke arah Caramel, dia menggelus kepala kekasihnya dengan penuh sayang, menunjukkan bahwa dia sangat menyayangi Caramel dengan tulus. Alva berharap bahwa suatu hari nanti hubungannya dengan Caramel akan selalu baik-baik saja.

"Mel, janji jangan pernah tinggalkan aku ya."

"Apaan sih, kok tiba-tiba?"

"Ya gpp, aku cuma mau kamu akan selalu bersamaku. Kalau pun suatu saat nanti kita harus berpisah karena pendidikan, aku harap kamu tidak akan pernah berubah, Mel."

Caramel terharu mendengar ketulusan Alva. Dia juga selalu mengharapkan hal yang sama seperti Alva. "Aku tidak bisa berjanji," kata Caramel.

"Kenapa? Kamu tidak mau bersamaku?" Alva menggeram marah, mendengar jawaban Caramel, meragukan apakah kekasihnya benar-benar mencintainya dengan tulus.

"Tapi aku akan berusaha, karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi dalam satu menit ke depan, dan tidak pernah bisa mengembalikan satu menit yang telah berlalu," lanjutnya. "Aku tidak bisa berjanji, Va, tapi aku akan berusaha."

******

Saat bel pelajaran terakhir berbunyi, Caramella dengan cepat menyelesaikan tugasnya dan berlari menuju pintu gerbang sekolah.

"Yuk!" Tiba-tiba, Alvaro datang dari arah yang tak terduga, dia menggenggam dan menarik tangan Caramella, mengajaknya pulang.

"Lah?" Caramella yang bingung mengikuti langkah Alvaro, padahal dia sebelumnya hanya menunggu temannya yang mampir ke kantin.

"Ayok pulang, nungguin aku kan?"

"Lah, kok kamu? Aku pulang bareng teman Alva," Caramella merasa bingung.

"Udahlah, sama aku aja, udah terlanjur nggandeng juga."

Caramella tidak protes dan terus mengikuti langkah Alvaro. Ketika mereka sudah sampai di perempatan tempat mereka harus berbelok karena mereka tidak searah, mereka berpisah di sana.

"Aku duluan ya, hati-hati," kata Alvaro sambil berlalu mendekati temannya dan menaiki kendaraannya. Rumah Alvaro sangat jauh dari sekolah, berbeda dengan rumah Caramella yang tidak perlu repot-repot menggunakan kendaraan.

Caramella hanya mengangguk, sambil memperhatikan Alvaro dari kejauhan. Tiba-tiba, teman yang sedang Caramella tunggu datang dan berteriak kepadanya.

"Caramel!" Teriak Diana sambil menggelengkan kepala. "Lo kok udah di sini aja? Gw nyari-nyari lo, gw kira lo nungguin tadi."

"Soryy na, tadi Alvaro langsung narik gw gitu aja," Caramella meminta maaf.

Diana menghela nafas. "Yaudahlah, yuk pulang."

"Eh, gimana kalau nanti kita double date ?" Lanjut Diana.

"Boleh juga ide lo, nanti gw tanyain deh sama si Alva, atur-atur aja," Caramella menanggapi.

"Oke deh."

Mereka berdua asyik bercerita sepanjang perjalanan, sesekali Caramella dan Diana tertawa geli karena cerita-cerita acak yang mereka bagikan. Hingga tak sadar bahwa keduanya sudah sampai di dekat rumah masing-masing.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memori's With My Ex? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang