Pukul 20:12 malam.
Keduanya tengah tidur tengkurap di dalam tenda, Shani tidur dengan memeluk bantal di bawahnya, menumpu dagunya dengan bantal tersebut, sementara Gracia tengkurap dengan kepala yang masih tegak, kedua tangan wanita itu tengah sibuk dengan ponselnya.
"Aku seneng banget Shan" Katanya, sejenak mengalihkan fokus pada layar ponsel yang tengah menujukan penjelajahan dari destinasi wisata yang mau Mereka kunjungi.
Shani menoleh pelan, ia tersenyum begitu lembut "Saya seneng kalau dokter juga seneng" Gracia harus tau, apapun yang dia rasakan ntah bahagia, atau sedih, Shani juga akan turut merasakan nya.
"Tapi, dari diri kamu sendiri, kamu seneng ngga?"
"Saya bahagia dokter, sama dokter saya selalu ngerasa bahagia" jujur Shani.
Gracia lantas mencebik "Gombal banget!" Ledeknya pura-pura tidak suka, padahal dadanya berdebar dengan hebat lagi.
"Pasti sering yang dapat gombalan begini?"
"Oh, jadi beneran Gombal?"
"Habisnya dokter tidak percaya"
Gracia kembali mendengus, Shani memang sabar, tapi dia juga pendebat yang handal, kadang Gracia yang harus mengalah, tidak lebih tepatnya dia yang kalah oleh argumen Shani.
"Nggalah, awal kita ketemu ajah kamu udah berani banget Gombal" Gracia tidak juga mau kalah kali ini.
"Itu jujur" elak Shani, perempuan itu lantas menegakan kepalanya, ia menatap amat serius pada Gracia "Ngga percayaan banget!" Katanya, lalu ia mengeluarkan tangannya dari balik bantal dan mencubit hidung mancung Gracia.
Gemas sendiri.
Gracia hanya tersenyum membalas perlakuan Shani barusan, tidak marah toh juga tidak sakit.
"Ish, iya iya percaya!" Kalah juga dia.
Shani tersenyum, kali ini kedua tangannya ada di atas bantal, kepalanya tegak sejajar dengan Gracia, ia juga ikut melihat kearah layar ponsel milik sang kekasih.
"Sebelum ini bener ngga pernah pacaran?" Tanya Gracia, matanya masih fokus melihat pada layar ponselnya.
"Tidak pernah" Shani heran, kenapa Gracia selalu menanyakan ini, apakah Shani terlihat seperti pembohong.
"Kenapa?" Ia bertanya lagi, padahal dia selalu mendapat jawaban yang sama.
"Tidak berani, takut di tolak" selalu sama, inilah jawaban yang selalu Shani berikan pada Gracia, setelah itu wanita itu tidak akan lagi bertanya.
Gracia mengangguk kecil, iya dia tau ia kembali melihat Shani, pun jug perempuan itu yang balik melihatnya "Tapi, sebelum ini, pernah kamu suka sama seseorang?" Ini, adalah pertanyaan yang pertama kali Gracia tanyakan, iya, sebelum ini dia tidak pernah menanyakan ini.
Shani bergeser lebih mendekat, wajah mereka tak sampai satu jengkal tangan "Bagaimana jika membahas itu lain kali saja" bisiknya selagi tersenyum manis pada Gracia, si cantik Gracia lantas menatap dengan curiga, senyuman Shani apa maksudnya.
"Oke, jadi mau bahas apa dulu?" Baiklah, turuti saja Shani kali ini.
Shani kembali mendekatkan wajahnya, kini hanya beberapa Centi saja, bahkan hidung keduanya sudah hampir bersentuhan.
"Dokter ngerasa ngga kalau malam ini sangat dingin?"
Gracia diam dengan menahan senyumannya, oke dia mulai paham, tapi dia mau melihat Shani terus berusaha.
"Hmm, lumayan?"
"Saya tau caranya biar tubuh kita jadi hangat" Tawar perempuan itu, ia tersenyum selagi menjilat bibir bawahnya sekali, gerakan yang membuat Gracia makin tau arah dari pembicaraan Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Xavier"
Fanfiction"ceritakan tentang masalalumu?" "apakah itu penting?" "Yah, aku ingin tau" "jika tidak bisa" "maka mungkin kita tidak akan berjalan jauh" "Baiklah seperti itu lebih baik"