One

0 0 0
                                    

Ah, akhirnya dia datang juga.Si Gadis senja.begitu kami menamakannya. Kali ini penampilannya agak sedikit berbeda. Rambutnya terlihat lebih kusut dari biasanya dan jaket coklat mahalnya tidak dikancing dengan benar. Entah apa lagi telah dilaluinya seharian tadi. Senja pertama ia datang, tangannya berlumuran darah, ia memesan secangkir cappucino lalu duduk dan menunggu. Kali ini sepertinya ia sedang tergesa ia melangkah ke arah bartender, "Aku harus pergi cepat, bisakah kau membuatkan cappucinoku lebih dulu?" Suaranya yang berat dan tegas, membuat si tua John yang biasanya tidak suka diperintah, bergegas membuat pesanannya.

Setelah mendapatkan cappucino pesanannya,ia memberikan selembar uang lalu pergi meninggalkan cafe dengan tergesa-gesa.
Begitu keluar dari cafe ia pergi ke suatu sebuah gedung terbengkalai dengan secangkir cappucino di tangannya, gedung lusuh dan penuh lumut di setiap sudut dan sisi dindingnya diikuti bau tidak sedap, seakan tidak memperdulikan bau yang begitu menyengat Gadis Senja itu masuk ke dalam, menaiki beberapa anak tangga dan sampai di depan sebuah pintu ruangan ia itu merogoh saku celananya mengambil sebuah kunci lalu memasukkannya ke lubang kunci di pintu yang ada di hadapannya, begitu pintu terbuka terlihat beberapa orang di dalam dan satu laki-laki yang terikat dengan mata tertutup kain dengan tubuh penuh luka, ia menghampiri laki-laki itu berjongkok di hadapannya dan mulai berbicara padanya " bagaimana rasanya di sekap?apa kamu masih tidak mau mengakui kesalahan yang kamu buat beberapa tahun sebelumnya? apa kamu akan tetap diam seperti patung yang tidak hidup?" Suaranya terdengar seperti menahan amarah ia berusaha untuk tenang dan tidak tersulut emosi.
tidak lama kemudian laki-laki itu mulai mengeluarkan suaranya dan bicara dengan samar " Aku... Aku mengakuinya... Aku membunuh orang itu,orang yang kamu percaya selama hidupmu, bukan karena keinginanku sendiri... Aku di paksa seseorang... Kumohon bebaskan aku... Aku mohon..." Suara laki-laki itu bergetar saat mengatakan kebenaran dan memohon kebebasan.
Gadis Senja itu berdiri dan mengambil cambuk di sudut, ia mulai mencambuk laki-laki yang terikat dengan penutup mata di matanya,seakan mengabaikan jeritannya ia itu terus mencambuknya hingga darah mengalir dari lengan dan kaki laki-laki itu.

"please stop... I beg you..." laki-laki itu terus memohon dan permohonannya masih di abaikan begitu saja, setelah merasa puas Gadis senja itu menghentikan apa yang ia lakukan dan mulai bicara kembali, "katakan, siapa yang menyuruhmu? lalu aku akan membebaskan mu dari sini" suaranya dingin dan menusuk, bahkan beberapa orang yang berjaga bergidik ngeri dan merinding, laki-laki itu menjawabnya dan menyebutkan satu nama "George,dia... d-dia yang menyuruhku... Kumohon bebaskan aku..." Laki-laki itu masih memohon, Gadis itu tercengang ia mematung mendengar nama yang di sebutkan laki-laki ini karena George adalah sepupu Gadis itu sendiri.
Gadis itu tersadar dan mulai memerintahkan penjaga melepaskan ikatan dan penutup mata dan membiarkan laki-laki itu pergi.

Gadis Senja menatap kepergian lelaki itu. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Yang pasti dan sangat jelas sebuah keinginan membalas dendam tersirat di benaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Judul Standar - Tulis Judul Kamu SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang